
Sumber gambar : cermati.com
Bagian satu klik di sini.
Bagian dua klik di sini.
Bagian tiga klik di sini.
Bagian empat klik di sini
Bagian lima klik di sini
Bagian enam klik di sini
Malam tidak terlalu dingin. Setidaknya tidak ada angin kencang yang membuat keadaan bertambah buruk. Thomas merasa sudah cukup menyendiri dan ia merasa sudah saatnya kembali ke markas. Ia berharap Vina belum tidur karena Thomas ingin mengobrol.
Setelah bangun dari pasir, Thomas merasa angin malam yang pelan membuatnya kedinginan. Ia mendekapkan tangan ke perutnya. Bajunya yang masih basah karena hujan tidak mampu menolongnya mengurangi rasa dingin. Dan ya… bagian belakang baju dan celananya kotor setelah ia tidur-tiduran di atas pasir untuk memikirkan langkah selanjutnya bertahan di pulau terkutuk tanpa penghuni.
Setelah berjalan sekitar 20 menit, Thomas melihat Vina masih belum tidur. Bayangan Vina tampak jelas di bawah sinar bulan yang terang malam ini. Thomas merasa beruntung. Dan ia berharap Vina sedang tidak ketakutan memikirkan hal-hal konyol seperti sebelumnya. Lagipula Thomas sudah menjauh untuk sejenak agar Vina menenangkan diri dengan ketakutannya. Sayangnya, kali ini Thomas salah karena Vina sudah tidak pernah berpikir buruk tentang dirinya.
Lanjutkan membaca “Sebuah Cinta di Pulau Tak Berpenghuni (07)” →
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.