Impian

Sumber gambar : mohammedfikri.wordpress.com

Aku selalu suka membaca kisah-kisah orang yang berhasil merealisasikan impian mereka. Itu pasti sesuatu yang fantastis. Apalagi jika perjalanannya penuh liku dan tantangan.

Meskipun membaca hal semacam itu membuatku bersemangat, di sisi lain, sebenarnya dadaku dipenuhi dengan keraguan. Aku pernah kecewa terhadap diri sendiri karena hancurnya sebuah impian. Sempat berpikir bahwa impian hanyalah milik orang-orang spesial saja, aku menjalani kehidupan normal dan tidak lagi percaya dengan impian.

Bagiku impian hanya semacam khayalan. Sekadar pemanis hidup yang tidak nyata dan mungkin malah menjerumuskan orang untuk melakukan kesia-siaan. Karena dunia tidak seideal sebuah pemikiran, berharap impian menjadi kenyataan bukanlah ide yang bagus. Seiring dengan realita kejam, impian-impian itu akan hancur dengan sendiri.

Dulu aku seperti itu. Takut akan masa depan. Takut bermimpi. Takut rasa sakit. Tapi akhir-akhir ini kehidupan begitu baik kepadaku dan benih-benih mimpi mulai muncul lagi. Di dalam keragu-raguan, aku tetap melangkah. Lagipula tidak ada keharusan akan keberhasilan. Jika tidak terwujud, setidaknya aku sudah siap menerima kegagalan.

Mimpi Kecil : Menjadi Penulis Buku

Aku suka menulis. Hampir setiap hari aku rutin menulis. Bukan bertujuan untuk berlatih dan serius mendalami dunia kepenulisan, hanya bentuk pelarian diri dari rutinitas kehidupan saja.

Setelah akan berpetualang menulis selama 3 tahun pada Desember 2017 nanti, aku punya impian untuk menerbitkan bukuku sendiri. 

Keinginan semacam itu sering hinggap di pikiranku, meskipun sebenarnya aku tidak terlalu peduli dan tidak ingin mengubah niatku untuk sekadar bersenang-senang saja.

Sejujurnya saja, mungkin aku pernah beberapa kali menyingung bahwa aku ingin menjadi penulis buku. Tapi jauh di dalam hatiku, aku ragu apakah itu benar-benar impianku.

Aku tidak habis pikir, mengapa ada pikiran-pikiran semacam itu sementara hatiku dipenuhi keragu-raguan. Aku menerjemahkannya sebagai pengakuan diri sendiri yang ragu dengan kemampuan diri sendiri.

Boleh saja selama ini aku cukup puas dengan tulisan-tulisanku, namun menulis buku tidak sama dengan menulis artikel. Dan mungkin itu hanya ketakutanku karena ingin memasuki dunia yang berbeda.

Sampai detik ini aku masih belum memutuskan. Apakah aku akan berusaha mewujudkannya atau sekalian melupakannya. Aku bahkan bingung menjawab pertanyaan : Apakah jika suatu saat aku berhasil menerbitkan bukuku sendiri aku akan merasa bahagia? Atau itu merupakan awal dari ambisi-ambisi lain yang tidak pernah kuketahui?

Yang Lebih Realistis

Baiklah… untuk saat ini biarkan saja kusebut itu impian. Tapi aku benar-benar tidak punya ide apapun dalam rangka mewujudkannya. Bukankah seharusnya orang yang bermimpi itu punya banyak rencana untuk mencapai impiannya?

Aku lebih suka ide untuk menulis ebook lagi. Setelah berhasil menelurkan ebook Panduan Idiot untuk Bloger Pemula, aku saat ini sudah mengatongi ide lain untuk menyusun ebook berikutnya. 

Rencana besarnya, aku akan menerbitkan ebook-ebook gratis dengan kualitas yang baik secara rutin di Shiq4.

Padahal jumlah pendownload ebook pertama tidak banyak. Mungkin kurang dari 50 orang saja. Tapi aku merasa puas melakukannya. Dan sama seperti ketika aku baru belajar menulis lebih dari 24 bulan yang lalu, aku ingin belajar menyusun ebook sedikit demi sedikit.

Harapanku, di masa depan, aku bisa berbangga memajang karya-karyaku tersebut. Setidaknya, jika di masa depan aku punya kesempatan menulis bukuku sendiri, aku akan sudah berpengalaman menyusun sebuah buku berdasarkan pengalaman-pengalaman menyusun ebook. Semoga.

Semoga Tahun Depan Bisa Menerbitkan Ebook Lagi

Ebook pertamaku terdiri dari 55 halaman (18.000 kata plus). Artinya aku ingin menghasilkan ebook yang lebih bagus lagi agar terlihat menjadi penulis yang lebih baik. Mungkin 70 halaman.

Sekarang aku sudah mengantongi ide yang bagus, Hanya saja materinya sangat berantakan dan tidak terkonsep. Rencananya baru Januari 2018 baru akan mulai menyusunnya. Untuk saat ini, masih mencoba mengumpulkan materi karena ebook tersebut merupakan pengalaman pribadi.

Tapi bisa saja gagal. Karena aku sendiri tidak yakin bisa merealisasikan ide tersebut. Untungnya aku tidak takut mengalami kegagalan. Lagipula aku tetap bisa menulis ceritanya, baik itu kegagalan atau keberhasilan untuk mengisi blog ini. Jadi, nothing to lose saja.

26 tanggapan untuk “Impian

  1. Gagal meraih apa yang diimpikan memang menyakitkan, saya juga pernah merasakannya.
    Tetapi dengan mulai membuat rencana-rencana, saya percaya impian-impian itu akan menjadi lebih dekat daripada sebelumnya.

    Suka

    1. Saya masih ragu-ragu mas firman mau melangkah atau tidak. Soalnya sudah nyaman dengan keadaan yg sekarang. Takutnya nanti malah jadi berambisi mencapai banyak hal tanpa sempat menikmati hasilnya šŸ˜€

      Suka

  2. “Untungnya aku tidak takut mengalami kegagalan.”
    Entah kenapa suka sama kalimat itu. Kegagalan itu banyak yang takut, nggak suka dan menghindarinya. Padahal kegagalan bukan hal yang harus dihindari. Karena itu adalah bagian dari proses meraih mimpi.
    Semoga impiannya lekas tercapai ya, Mas.

    Suka

    1. Makasih mbak kinan manis šŸ˜€

      Sebenarnya karena saya sudah biasa mengalami kegagalan sih ha ha ha…. jadi nggak terlalu berekspektasi tinggi terhadap diri sendiri šŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

  3. Saya yakin Shiq4 bisa meraih yang terbaik, bahkan bisa mewujudkannya mnjdi pnulis buku yang baik, cepat atau lambat. Tentu semua atas ijin Tuhan dg kesehatan yg prima baik jiwa raga.

    Saya yakin mas Shiq4, Anda adalah penulis yang potensial. Ide2 yang Anda telurkan menurut saya, sangat bagus dan menggugah pembaca. Saya suka dengan gaya Anda menyajikan ide2 di kepala Anda di atas meja makan pembaca. U really enjoy it.
    Thanks for being my friend here. I learn a lot from you.

    Suka

  4. Semangat mengejar mimpi bang. Mimpi jangan dikejar ding. Capek. Panggil dia, gandeng dia, peluk dia, laksana kekasih hati agar dia mau menampakkan diri..
    Btw, kalau ngomong gini doang gampang ya Bang. Wkwkwk. Pokoknya semangat. Semangat berproses.. šŸ˜„šŸ˜„šŸ˜„

    Suka

  5. Impian itu ibarat koin. Di satu sisi, mereka membuat kita merasa begitu rentan. Sesederhana mengakui kehadiran mereka saja, dapat menuntun kita pada labirin gelap yang tidak logis, namun diisi dengan kemungkinan menakutkan akan kegagalan, cemoohan, dan kekecewaan. Mengharapkannya berarti meletakkan diri kita pada resiko untuk tidak pernah memilikinya.

    Di sisi lain, impian mempunyai kemampuan untuk menguatkan kita melewati penderitaan. Mereka mengiring kita untuk mencapai hal yang sebelumnya kita anggap mustahil. Dan mereka membantu kita menemukan arti dan tujuan hidup.

    But, without dreams, we are nothing!

    Suka

    1. Entahlah mas, saya sendiri gak yakin dan masih ragu-ragu apakah menjadi penulis buku benar-benar impian saya. Biar waktu yg menjawabnya šŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

    1. Wkwkw…. saya aja masih ragu-ragu kok. Antara maju atau tidak. Biar waktu yg menjawabnya. Untuk sekarang masih nikmati nulis di blog saja šŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

  6. Sukak bgt sama postnya kak shiq, bisa dilarikan ke artikel artikel lainnya yang sebelumnya kalau ku scroll di wordpress kakak banyak bgt :3 semangat kak shiq!

    Suka

  7. Saya juga punya banyak impian dan cita-cita yang tak kesampain.hhee
    Salah satunya pingin kuliah,dan kerja kantoran.

    Ya,walaupun mimpi2 itu tak terealisasi.Tapi tetep mencoba bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang.Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik untuk kita.

    Suka

Komentar ditutup.