Hari ke-27 : Belajar Berdagang dari Orang Tua

Apa yang saya pelajari dalam bekerjaSumber gambar : naveenjain.com

Kedua orang tua saya adalah pedagang hebat. Mereka sudah berjualan selama puluhan tahun dan memiliki insting berdagang yang mengesankan. Jika ada buah-buahan bagus atau produk-produk baru yang muncul di juragan besar, orang tua saya mampu memprediksi produk apa yang mendatangkan banyak keuntungan. Bahkan tanpa melihat statistik penjualan dalam beberapa tahun terakhir.

Rencananya mereka akan pensiun dalam beberapa tahun ke depan. Kata ibu, lapak buah akan diserahkan kepada saya. Ibu dan bapak akan membuka toko yang menjual kebutuhan rumah tangga seperti beras, gula, dan bahan pokok lainnya.

Masalah utamanya saya tidak punya insting seperti mereka. Dalam melakukan apapun, saya lebih mempercayai data-data. Dan masalah semakin pelik karena orang tua saya tidak punya catatan pembukuan apapun untuk membaca semua kegiatan jual-beli di lapak buah selama ini.

Sejauh ini tugas saya hanya melayani pembeli saja. Meskipun saya sudah mengetahui bagaimana menilai kualitas buah-buahan, tapi saya masih belum percaya diri untuk ikut terlibat dalam urusan memasok barang dagangan dari juragan besar. Jadi, orang tua saya yang mengatur semuanya sehingga lapak buah bisa berjalan dengan baik.

Itulah mengapa saya selalu mencatat kejadian-kejadian penting seputar perkembangan lapak buah kami. Agar di masa depan saya punya data valid sehingga mampu menentukan kebijakan terbaik untuk mengembangkan lapak buah kami. Juga sebagai sampel untuk menanggulangi kejadian-kejadian buruk seperti kegagalan panen petani yang berimbas pada sulitnya mendapatkan produk berkualitas atau musim hujan sepanjang tahun seperti tahun 2016 yang membuat penjualan menurun.

Saya juga belajar menghadapi pelanggan-pelanggan yang sulit. Tentang ketegasan, pemberian diskon, atau negosiasi harga ketika membeli pasokan. Semua itu masih saya pelajari dengan memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang tua saya.

Kadang-Kadang saya pun bertanya macam-macam kepada mereka agar paham dengan semua keputusan dalam pengelolaan lapak buah. Dan saya senang mereka menjawab semua pertanyaan konyol saya.

Namun bukan saya jika tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Pernah suatu ketika hujan deras dan saya lupa menutup salak karena terlalu asyik berselancar di internet. Akibatnya salak menjadi rusak keesokan harinya. Pernah juga salah memberi harga sehingga banyak menjual tapi untung hanya sedikit. Dan berbagai macam kecerobohan yang sudah menjadi ciri khas saya sejak kecil. Kalau sudah begitu, saya akan dimarahi.

Di lain waktu saya juga terkadang menebak-nebak keputusan apa yang akan diambil orang tua saya ketika menghadapi masalah baru. Atau tentang pemberian harga pada produk-produk tertentu. Dan ternyata saya masih payah karena banyak prediksi yang meleset. Itu membuktikan bahwa saya masih anak ingusan di bisnis buah-buahan.

Tahun lalu saya sudah mulai ikut membantu ibu mengambil pasokan di juragan besar. Pernah juga ibu menyuruh saya untuk melakukannya sendiri, namun saya takut salah seperti biasanya. Belum lagi saya tidak begitu pandai bernegosiasi. Tentu masih butuh beberapa tahun lagi untuk mempercayakan semua kepada saya. Dan saya akan berusaha untuk menyerap semua ilmu orang tua saya dalam berdagang.

Sejak saat ini saya sudah mulai merancang pengembangan lapak buah kami. Meskipun hanya berupa ide-ide yang belum teruji, tetapi saya cukup percaya bahwa di masa depan, ketika saya memegang kendali, saya akan mampu mengimplementasikan semua ide-ide kecil untuk membangun bisnis yang lebih baik dibanding kedua orang tua saya.

Sebelum hal tersebut terjadi, tugas saya adalah belajar dengan sungguh-sungguh sehingga akan matang ketika tiba waktu pensiun bagi orang tua saya.

Begitulah sedikit cerita tentang pekerjaan saya saat ini.

21 tanggapan untuk “Hari ke-27 : Belajar Berdagang dari Orang Tua

  1. Cerita yg mngalir. Nampak simple dan smkin sy mengetahui hari2 dan ksibukan Anda; ttg impian, hrapan dan sgla teori yg Anda mliki. Salut saya mas Shiq4.

    Saya yakin, seorang Anda bisa smkin sukses d msa dpan. Anda suka data dlm mengembangkan sstu. Ortu Anda tampak tak punya, tp pnglman mrekalah trnyata data2 itu. Ktika bisnis lapak disrahkan spnuhnya kpd Anda ktika mreka hrs beralih ke jnis pkerjaan lain, pada saat itulah Shiq4 bnar2 mengalami apa artinya kga2lan atau kbrhasilan.

    Yang saya salut adalah, pikiran Anda adalah pikiran penulis, yg ksehariannya brgumul dg kata2 dan data2 trkait serta hrus brslancar di dumay. Di lain pihak, Anda harus mnggeluti lapak buah Anda hingga bs berkembang. Suatu pkerjaan yang bnar2 nyata di dunia nyata. Mengkombinasikan keduanya, bagi saya mungkin akn trasa mustahil, tapi Anda tlah membuktikannya. Itu yg mmbuat sya salut/kagum.

    Klau boleh crita dikit, ortu saya juga adalah org yg punya lpak dlm pnjualan, khususnya ibu saya. Ibu saya setiap Selasa-Kamis berjualan aneka sayur dan buah pisang di kota kabupaten Lamandau, bliau tidak brdagang di pasar, tapi lpaknya di pinggir jln raya dkat rumah kami di kota N.Bulik. Saya salut juga dg kegigihan org tua sya bkerja. Smpai saat ini lpak pnjualannya lumayan berkembang. Klo sya yg kelola, mungkin dlm waktu 1 hari ajan bngkrut, krn sya tak punya modal pengalaman yg ckup dlm hal berjualan.

    Tapi mklumlah, krn saat ini sya sudah punya pekerjaan ttap sbgai guru di sekolah. Jadi, saya mmang lbih brgumul dan concern dg msalah pndidikan.

    Oke itu aja, mas Shiq4. Moga kita smkin sukses dg tugas dan panggilan kita masing2 ya.

    Suka

    1. Amin. Mas desfortin. Sebenarnya saya sudah ikut membantu orang tua sejak masih sd dan satu2nya anak yg terlibat bisnis secara langsung. Cuma pas kecil saya masih kaku sekali dalam melayani pembeli. Baru pas setelah kuliah mengerti banyak hal tentang bisnis dan seiring berjalannya waktu, mulai serius belajar berdagang. Karena dulu saya nggak kepikiran bakal melanjutkan usaha orang tua saya.

      Ya bisa mas berjualan sama menulis, saya malah senang mengisi waktu kosong dengan produktif dibanding nongkrong2. Lagipula tulisan saya rata2 sederhana semua dan tidak butuh waktu lama untuk menulisnya.

      Kalo jadi guru saya yg merasa gak mampu. Saya gak masalah punya murid isi of sekalipun asalkan dia punya niat belajar sungguh2. Saya akan sabar membimbingnya. Tapi kalo ketemu murid yg gak niat belajar, saya gak tahu cara menumbuhkan minatnya dan cenderung ikut malas ha ha ha……

      Suka

  2. Kakek saya pedagang, ayah saya karyawan bumn. Tapi anehnya saya lebih tertarik dengan pekerjaan kakek. Beberapa kali saya juga melayani pembeli di kios kakek. Saya belum satu bulan ini resign dari pekerjaan saya, dan saya punya keinginan merintis usaha dagang sendiri. Maaf jadi curhat 😄 Apapun cita citanya semoga sukses ya Mas Shiqa 😊

    Suka

    1. Dagang, enterpreneur ala rasulullah. Jujur, dapat dipercaya, tidak sumpah palsu, tidak menyembunyikan cacat pada barang dagangan. Bismillah.

      Disukai oleh 1 orang

  3. Semua ada prosesnya ya mas.. Dan msg pedagang mgkn unik.. Jadi ttp jadi diri sndiri saja, menyerap ilmu bp-ibu sambil berinovasi berdasarkan data yg disiapkan.. Insya Allah sukses yaa…

    Suka

  4. Ibu aku juga pedagang Mas, tapi aku ngerasa aku ngga bakat…
    pernah Ibu ngajarin aku untuk jualan baju, yg aku bawa ke kantor ku,
    laku sih… tapi aku masih ngerasa ngga bisa jualan,,,
    padahal sering bantuin temen jualan, nawar nawarin dagangan temen… laku banyak…
    tapi ya itu, masih ngerasa aku ngga bisa jualan hahaha… kayaknya itumah males aja yaaa…

    tapi emang jualan itu ngga gampang ya mas… semangat yg gigih, ngga gampang putus asa, ‘baca pasar’ penting…

    tapi kayaknya kalau aku harus berhenti kerja karena sudah berumahtangga nanti… kepikirannya cuma jadi pedagang hehe

    Suka

    1. Kalau jadi pedagang enaknya ya kapan pun mau istirahat atau liburan bisa. Cuma penghasilan nggak menentu. Pas laku seneng aja karena untungnya buanyak. Tapi pas lagi sepi, kadang2 mikir kalo jadi pegawai kantoran yg gajinya pasti itu lebih baik he he he…….

      Ayo bersemangat, pasti nanti bisa kok jadi pedagang setelah resign.

      Disukai oleh 1 orang

  5. Ya mas. Klo mnghadapi siswa yg gak niat bljar emang mlelahkan. Klo gak sabar bisa berpengaruh pd diri kita sendiri. Tapi pndidik emang mesti bljar ekstra sabar dlm menghadapi mslh pendidikan. Itulah sbabnya tiap Upacara hari Snin pgi dlm doa yg dipanjatkan oleh slh 1 siswa yg bertugas, slah 1 poin doanya adalah agar para guru diberi hikmat dan ksabaran dlm tgs dan tanggungjawabnya, trmasuk menghadapi siswa yg “malas” dan brbagai karakter, dlsb, 😂😂

    Klo sya sndiri mas, spnjang jmlah murid yg gak niat bljar sdikit, gak trllu ngaruh. Dg sgla upaya yg bisa sy lakukan, sy akn ttp dg sbar menghadpinya. Sebab, bukan tanpa sbab siswa ga niat bljar, itulah akar mslh yg mesti dipecahkan.

    Disukai oleh 1 orang

Komentar ditutup.