Aku lupa berapa kali bapak memasok gelitu, seingatku baru dua atau tiga kali saja. Beruntungnya, sejauh yang kulihat, sekilas gelitu-gelitu itu terjual dengan baik. Bahkan di pasokan terakhir, 5 keranjang gelitu habis dalam setengah hari.
Padahal pasokan tersebut rencananya untuk persediaan selama dua hari.
Aku senang. Setidaknya aku optimis untuk melalui musim gelitu tahun ini.
Sayangnya, pasokan gelitu hanya datang setiap dua hari sekali. Itu pun jika tidak telat dan molor.
Sebenarnya sudah agak lama sudah tersedia blewah atau garbis di Mojosari. Hanya saja baru di tanggal 15 Mei 2017 bapak membeli sebanyak 82 Kg blewah matang. Di hari pertama menjual blewah tersebut, hasilnya cukup memuaskan meskipun tidak semuanya terjual habis. Lalu di hari berikutnya kembali memasok 80 Kg, kali ini sisa banyak.
Tapi saya masih optimis dengan blewah. Selalu optimis. Karena di musim panas, tidak ada orang yang tidak tertarik untuk membuat es blewah. Dua hari terakhir adalah catatan awal yang lumayan bagus untuk penjualan blewah. Kami menjualnya dengan harga Rp 6.000,00/Kg.
Bulan september. Sejak awal bulan ini mulai muncul buah gelitu. Ya… musim gelitu tahun 2016 telah tiba. Gelitu biasa juga disebut kenitu, sawo susu, atau menurut wikipedia biasa disebut sawo duren. Buah ini berwarna hijau kecoklatan. Semakin coklat buahnya, semakin manis rasanya. Jika Anda orang desa, maka pasti tidak asing dengan buah ini. Waktu kecil dulu, saat saya mengunjungi rumah kakek di lamongan, ada saja pohon gelitu yang sedang panen.
Jika ketika memasok buah jeruk saya bisa membantu Ibu karena sudah cukup mahir memilih buah jeruk berkualitas, maka ketika memasok gelitu saya tidak bisa membantu sedikit pun. Dalam memasok gelitu perlu ketelitian tinggi karena semua gelitu berada dalam keranjang yang ditutup rapat. Kita hanya bisa melihat bagian samping saja sehingga kadang-kadang akan salah memilih. Jika keranjang yang kita pilih di dominasi oleh gelitu berwarna hijau, maka keuntungannya pun menurun. Sedangkan jika keranjang yang kita pilih didominasi oleh warna kecoklatan, akan lebih mudah memasarkannya dan tentu saja mendapatkan untung yang lebih banyak. Disini pengalaman yang akan banyak bicara. Dan biasanya Bapak saya yang melakukan tugas memilih keranjang gelitu dari pedagang besar. Lanjutkan membaca “Musim Gelitu 2016 Telah Tiba”→
Musim panas tahun 2016 sedikit terlambat. Hingga pertengahan bulan agustus, cuaca masih tidak menunjukkan akan berakhirnya musim hujan. Hujan masih turun dan menyebabkan pasar menjadi sepi. Penjualan menurun. Padahal musim panas merupakan waktu untuk menghasilkan lebih banyak uang Walaupun demikian, saya masih tetap optimis di musim panas tahun ini.
Memang perkembangan terakhir belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan penjualan seperti musim panas – musim panas sebelumnya. Tapi saya berasumsi bahwa keadaan akan kembali normal di awal september.
Selain karena kualitas buah-buahan yang semakin baik saja, jumlah pelanggan kami menjadi semakin banyak. Terlebih setelah kami menjual produk-produk untuk kalangan menengah ke atas sehingga target pasar kami menjadi lebih luas dari sebelumnya. Dan pasar merespon dengan baik. Produk kami habis. Itu merupakan langkah terbaik yang pernah saya catat selama setahun terakhir yang diambil oleh kedua orang tua saya.
Dan semoga kami bisa menyelesaikan musim panas tahun ini dengan baik, menjual lebih banyak buah, mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kepuasan pelanggan lama, dan semoga keuntungannya pun lebih baik dari tahun lalu.
Dampak dari Petani yang Gagal Panen
Melon dan Blewah merupakan dua produk yang sangat digemari oleh masyarakat Mojosari di musim panas. Kami bisa menjual 200 Kg Blewah dalam sehari. Boleh dibilang Blewah merupakan produk unggulan kami guna meningkatkan penjualan. Selain itu, karena kami terbiasa membeli jumlah sebanyak itu, biasanya akan mendapatkan potongan dari juragan besar sehingga kami bisa menekan harga serendah mungkin. Dengan kata lain, harga yang lebih murah dari pesaing mampu meningkatkan daya saing kami terhadap pedagang buah lainnya.
Dampak positifnya, ada semacam brand bahwa lapak buah kami memberikan harga yang lebih murah. Walaupun itu sebenarnya tidak benar, namun masyarakat mempercayainya. Produk-produk lain pun menjadi laku walaupun harganya tidak jauh berbeda dengan harga pesaing. Jadi, Blewah memegang peranan penting dalam bisnis kami.
Kemudian buah melon. Walaupun jumlah penjualannya tidak sebanyak blewah, melon juga termasuk produk yang saya sukai. Bukan sekadar laku, tapi beberapa pelanggan lama sering memberikan feedback yang baik. Jika mereka puas, maka mereka pun akan menceritakan tentang lapak buah kami kepada orang lain. Itu sangat baik bagi brand kami.
Di sisi lain, kami biasanya menjual melon “sedikit” lebih mahal sehingga kami bisa mendapatkan untung yang lebih banyak. Meskipun begitu, tidak ada tanda-tanda pelanggan kami protes mengingat kualitas melon sedang baik. Strategi ini terus berlaku setiap tahun.
Kabar buruknya adalah petani melon dan blewah gagal panen tahun ini. Penyebabnya adalah hujan yang tak kunjung berhenti. Hujan membuat melon dan blewah rusak. Dan tahun ini tidak ada produk-produk tersebut di pasaran.
Seingat saya, kami hanya pernah 3 kali memasok blewah di bulan ramadan. Itu pun blewah berkualitas rendah. Awalnya saya kira memang belum panen, tapi kemudian saya mendengar kabar bahwa petani gagal panen. Dan sampai bulan ini, saya tidak menemukan blewah di pasar buah Mojosari.
Melon? Nasibnya sama seperti blewah, gagal panen. Namun beberapa bulan yang lalu masih ada melon di pasaran. Bahkan kami sempat memasoknya beberapa kali dan mendapatkan untung. Tapi sekarang juga tidak ada melon di pasaran.
Dampaknya, tentu saja penjualan kami menurun drastis dibandingkan tahun lalu. Kejadian petani gagal panen blewah dan melon diluar prediksi saya. Saya cukup khawatir. Tapi juga ingin belajar bagaimana orang tua saya menghadapi situasi semacam ini. Dan jawabannya adalah menjual produk-produk baru.
Produk-Produk Baru dan Performanya
Setiap kali saya mengusulkan untuk menjual produk-produk mahal, orang tua saya selalu menolaknya. Katanya semua masih baik-baik saja dan tidak perlu mengambil resiko untuk menjual produk-produk yang mahal.
Secara teori sebenarnya target pasar kami adalah kelas menengah ke bawah. Menurut saya, dengan menjual produk-produk mahal, mungkin kami bisa menyasar lebih banyak pelanggan dari kelas menengah ke atas. Tapi ide tersebut hanya menjadi teori di kepala saya, tidak pernah terealisasikan.
Tapi semua berubah di musim panas tahun ini. Bapak saya tiba-tiba memasok kelengkeng, apel china, dan pear. Mungkin karena ada “modal nganggur” karena ketiadaan melon dan garbis sehingga Bapak saya berinisiatif memasok produk-produk untuk orang kaya.
Bagaimana performanya? Lihat di bawah ini:
Kelengkeng
Ada trend baru di Mojosari. Itu adalah popularitas kelengkeng yang semakin meningkat. Entah mengapa kelengkeng menjadi buruan masyarakat beberapa minggu terakhir. Dan itu sangat bagus untuk bisnis.
Sayangnya kami termasuk pemain baru. Kami hanya mampu menjual sekotak kelengkeng yang berisi sekitar 10 Kg setiap hari. Menurut Bapak saya sih, untungnya sedikit sekali. Tapi hal ini cuma bertujuan untuk menjaga pelanggan agar tetap belanja di lapak buah kami.
Ingat dengan “gangguan kecil” tahun lalu? Sekarang produk utama mereka adalah kelengkeng. Dengan kata lain, persaingan jeruk bali menjadi longgar. Dilihat dari sisi bisnis, kami cukup diuntungkan. Kami berhasil menjual jeruk bali tanpa hambatan berarti tahun ini. Tidak seperti tahun lalu.
Untuk kelengkeng sendiri, kami tidak terlalu berharap. Terlalu banyak yang menjualnya. Namun kami tetap bersyukur dengan penjualan sekitar 10 Kg perhari. Oh ya…. kami membandrol kelengkeng seharga Rp 25.000,00/Kg.
Pear
Namanya bereksperimen tentu akan mengalami kegagalan. Hal ini terjadi dengan produk pear kami.
Walaupun tidak sampai mengalami kerugian, tapi kami tidak melanjutkan penjualan pear.
Beberapa minggu yang lalu, atas ide saya, Ibu membeli sekardus pear. Awalnya semua berjalan dengan baik, dengan harga Rp 25.000,00, ada saja yang tertarik untuk membeli. Namun kami mengalami salah satu hal menyakitkan dalam berdagang, salah memasok barang.
Dilihat dari segi rasa, tidak ada masalah. Rasanya manis. Namun ada beberapa pear yang memiliki bercak-bercak hitam. Tidak busuk. Tapi membuat pelanggan tidak mau membelinya. Agar produk habis, kami menurunkan harganya menjadi Rp 20.000,00. Cukup adil bagi kami.
Kami butuh waktu sekitar 5 hari untuk menjual sekardus pear. Itu pertanda buruk. Dan kami tidak melanjutkan menjual pear lagi. Kecuali jika ada banyak pelanggan yang mengatakan ingin membeli pear, baru kami akan menyediakannya lagi.
Apel China
Ini produk baru yang paling laku. Kami bisa menjual sekardus apel china dalam 2 hari. Per kardus bisa untung antara Rp 125.000,00 – Rp 150.000,00. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka kami bisa meraup keuntungan di atas satu juta dalam sebulan dari penjualan apel china.
Ini ide Bapak saya. Padahal awalnya saya sendiri sempat pesimis dengan apel china mengingat target pasar kami adalah kalangan menengah ke bawah. Tapi respon begitu baik dan produk ini selalu habis. Saya sangat senang sekali.
Harga apel china Rp 26.000,00/Kg. Entah karena faktor apa, tapi apel china merupakan produk baru kami yang paling sukses karena kelengkeng dan pear tidak menunjukkan adanya kenaikkan penjualan.
Selain tiga produk baru diatas, kami juga menjual semangka merah dan kuning, sawo, jeruk bali, jeruk jember, dan pepaya. Saya juga yakin akan semakin banyak produk yang akan kami jual di musim panas tahun ini. Walaupun tanpa melon dan blewah, saya rasa semua masih terkontrol dan baik-baik saja.
Sudah bulan april. Intensitas hujan sudah mulai berkurang. Itu artinya saya harus mempersiapkan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan akan buah-buahan segar di musim panas.
Sekilas tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh hujan terhadap bisnis saya adalah hujan membuat semuanya tampak lebih sulit. Meskipun jumlah permintaan buah tidak menurun, tetapi orang tidak mau pergi membeli buah jika hujan turun dengan deras. Itu membuat penjualan menurun drastis. Bahkan kami (ayah, ibu, dan saya) kadang-kadang terpaksa libur karena memang tidak ada pembeli.
Selain itu, di musim hujan sangat sulit memenuhi stok buah kami. Persediaan buah-buahan di pedagang-pedagang besar hanya sedikit. Jadi kami harus berebut dengan pedagang kecil lainnya untuk mendapatkan buah-buahan yang berkualitas. Lanjutkan membaca “Musim Panas : Saatnya Menghasilkan Lebih Banyak Uang”→
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.