Pengalaman Pertama Membaca “Web Novel”

Aku bahkan merelakan untuk tidak memecahkan rekor menulis setiap hari dalam setahun. Selama bulan Januari ini, aku sudah absen 14 kali. Berarti totalnya sudah 20 kali absen. Tantangan ini berakhir pada 31 Januari 2018 dan kuharap aku tidak bolos lagi.

Tiga kali absen berturut-turut karena asyik membaca komik. Dan hampir seminggu terakhir absen karena terjebak kenyamanan membaca web novel. Maklum saja, pengalaman pertama melakukan suatu hal pasti menyenangkan. Dan aku terlalu larut menikmati bacaan.

Judul web novel yang kubaca adalah Death March. Aku sudah membaca komiknya hingga chapter 38, sedangkan animenya masih berjalan hingga episode tiga hingga saat ini.

Cerita Death March mengisahkan tokoh utama yang overpower mirip Overlord, No Game No Life, atau Sword Art Online. Hanya saja secara khusus aku cenderung menyukai Death March dibanding judul-judul lainnya.

Berkisah tentang programmer berusia 29 tahun yang terjebak di dunia lain. Ia memiliki hack seperti di dalam sebuah permainan RPG dan memiliki level tinggi sejak awal. Ia juga memiliki beragam skill yang membuat semua terasa mudah. Mungkin Satou adalah orang terkuat di dunia tersebut.

Namun, ia tidak berniat mengalahkan raja iblis meski memiliki kekuatan semacam itu. Ia ingin berwisata dan berkeliling ke semua daerah. Walaupun pada akhirnya tetap saja ia turun tangan untuk melawan iblis-iblis yang muncul sepanjang perjalanan wisatanya bersama dengan teman-temannya.

Untung Ada Google Translate

Bintangku sedang terang saja akhir-akhir ini. Sebelumnya aku belum pernah mendengar mengenai web novel. Tapi ketika aku sudah membaca komik Death March, dan karena masih merasa penasaran, aku mengutak-atik kata kunci dan terdampar di laman terjemahan web novel Death March.

Sayangnya, aku hanya bisa menikmati hingga chapter 7 saja. Penerjemah web novel tersebut sudah tidak memperbarui blognya untuk sisa chapter. Mengikuti pranala sumber dari laman tersebut, aku menemukan blog berbahasa Inggris yang sudah menerbitkan Death March secara lengkap.

Awalnya aku ragu untuk membacanya. Tetapi aku tidak mau bagai mengenggam bara, terasa hangat dilepaskan. Jadi, aku sedikit memaksakan diri untuk melakukannya.

Untungnya di zaman teknologi
seperti saat ini sudah ada alat seperti Google Translate sehingga sangat membantu menerjemahkan kata-kata yang tidak kumengerti.

Setelah beberapa lama melakukannya, aku bahkan sudah terbiasa dengan beberapa kosakata dan tidak lagi membutuhkan Google translate meski tetap saja ada kata yang tidak kumengerti. Walaupun demikian, aku tahu betul alur ceritanya.

Ingin Menerjemahkan Death March

Aku sudah menjelajah internet dan tidak menemukan situs web berbahasa Indonesia yang memublikasikan Death March secara lengkap. Jadi, karena aku sangat suka dengan ceritanya, aku ingin menerjemahkannya dan menyimpannya di situs web Shiq4. Siapa tahu aku ingin membaca ulang lagi di masa depan.

Selain itu, seiring dengan kemauanku untuk memperkaya kosakata guna memperbaiki kemampuan menulisku, menerjemahkan bahasa asing merupakan ide yang brilian. Karena tentu aku bisa mengetahui kosakata-kosakata baru. Lagipula… mencari padanan kata bisa menjadi tantangan yang menyenangkan.

Entahlah… aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Untung tahun ini rencananya aku tidak lagi melakukan ODOP. Jadi, kurasa aku cukup punya banyak waktu luang.

Aku juga tidak ingin tergesa-gesa melakukan project ini. Meski aku ragu punya kapasitas untuk menerjemahkan semua chapter, tetapi aku akan mencobanya sebaik mungkin. Semoga suatu saat nanti aku bisa menyelesaikan project ini.

Terima kasih sudah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.

Iklan