Topeng-Topeng di Pasar Malam

Topeng di pasar malamSumber gambar: redaksiindonesia.com

Kejadiannya lebih dari 20 tahun lalu. Usiaku mungkin baru 5 atau 6 tahun ketika aku menangis sekencang-kencangnya meminta sebuah topeng di pasar malam kepada ibuku.

Di masa itu, setiap ada perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad, umat islam merayakannya dengan pasar malam dadakan. Di jalan niaga no.5 Mojosari, di sepanjang jalan itu, ada pedagang-pedagang yang meramaikan pasar malam. Perayaan itu terjadi hanya semalam setiap tahun.

Ada gula ada semut. Anak-Anak, orang dewasa, para ibu, para pekerja, dan semua orang berbondong-bondong datang, membuat sepanjang jalan dipenuhi lautan manusia.

Mereka berbelanja untuk menyenangkan hati, terutama anak-anak yang dimanjakan oleh berbagai pedagang mainan seperti kapal yang bisa bergerak sendiri di atas air, peralatan masak mini untuk anak perempuan, pedang-pedangan seperti milik para samurai, dan bermacam-macam lainnya.

Pasar malamnya sendiri digelar setelah maghrib, sekitar pukul 6 petang, hingga pukul 9 malam. Tapi 3 jam adalah waktu yang sangat cukup bagi semua orang untuk mendapatkan barang-barang atau apapun yang mereka inginkan: Celengan, makanan, minuman, atau apapun.

Sedangkan aku, di sebuah rumah kecil, aku masih berjuang untuk mendapatkan sebuah topeng. Agak memprihatinkan, kurasa aku menangis selama hampir 30 menit, tepat di jam-jam maghgrib karena ibuku menolak untuk membelikan apa yang kuharapkan sementara teman-temanku, pasti dengan mudah mendapatkan mainan baru di malam itu.

Karena aku masih sangat kecil, aku benar-benar tidak tahu bahwa kehidupan keluargaku ibarat ayam, tiada mengais tiada makan. Jadi, membeli sebuah topeng mungkin pekerjaan yang memberatkan orang tuaku.

Walaupun aku manangis dan merengek, sepertinya itu bagai menyukat belut. Tidak terjadi apapun.

Baru ketika sekitar pukul 8 malam, bapakku mengalah dan pergi ke pasar malam, kemudian membelikanku sebuah topeng.

Topeng itu seperti kepala manusia. Untuk memainkannya, kepala harus dimasukkan ke dalam lubang dari bagian bawah, dan seluruh kepala akan berubah seutuhnya sesuai dengan topeng tersebut.

Aku bahagia di malam itu, terlepas dari berapa banyak kerusakan yang kubuat pada ekonomi orang tuaku. Yang jelas, elok arak di hari panas.

Jika mengingat hal tersebut dan melihat kehidupanku di masa sekarang yang serba berkecukupan, aku sangat bersyukur. Terlebih, seharusnya aku bisa lebih berbakti dengan mengingat banyak pengorbanan orang tuaku untuk membesarkanku karena kehidupan yang kurang baik di masa kecilku.

Mari berusaha menjadi anak yang baik, tendensinya jangan melakukan tindakan yang merepotkan orang tua di usia yang sudah dewasa. Itu saja.

14 tanggapan untuk “Topeng-Topeng di Pasar Malam

    1. Klo membahagiakan rasa-rasanya saya juga masih belum banyak berkontribusi. Ya mulai dikit-dikitlah ngerti apa yang diinginkan ortu. Jadi bisa menyenangkan mereka. Sedikit-Sedikit ntar jadi bukit kok 😀

      Suka

Komentar ditutup.