Review Buku : Gadis Pantai By Pramoedya Ananta Toer

Review Buku Gadis Pantai
Sumber gambar : uniquejune.blogspot.co.id

Gajah mati karena gadingnya. Mungkin peribahasa itulah yang paling cocok menggambarkan Pramoedya Ananta Toer. Ia dipenjara karena menulis. Setidaknya ia pernah merasakan penjara di tiga era kekuasaan di Indonesia. Yang paling lama, di masa Orde Baru, ia mendekam 14 tahun tanpa sekalipun diadili.

Salah satu karyanya yang berjudul Gadis Pantai merupakan salah satu yang “selamat”. Gadis Pantai merupakan roman yang tidak selesai. Sejatinya buku ini berisi cerita berkelanjutan yang dikemas dalam trilogi.

Namun dua dari buku ini ludes dibakar oleh angkatan darat ketika semua buku karangan Pramoedya Ananta Toer dilarang peredarannya di Indonesia. Satu buku dari novel trilogi ini diselamatkan oleh salah satu mahasiswa Universitas Negeri Australia, yang menjadikan buku ini sebagai bahan kajian tesisnya.

Berikut adalah review Gadis Pantai:

Judul : Gadis Pantai

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Halaman : 280 halaman (buku), 206 halaman (ebook)

Jalannya Cerita Gadis Pantai

Gadis itu tinggal di pantai. Di perkampungan. Dan masih miskin.

Ketika ia berusia 14 tahun, seorang pembesar yang bekerja kepada Belanda, menikahinya, yang dalam upacaranya diwakili keris.

Gadis pantai pun diantarkan ke kota, ke rumah suaminya. Meskipun berkali-kali merengek pada emak untuk pulang, karena ia merasa takut, tapi emak tidak menghiraukan. Kata bapak dan emak, ia akan hidup enak setelah itu.

Sesampai di sana, gadis pantai masih takut. Di hari pertama, ia baru pertama kali mendapati tubuhnya wangi setelah mandi, memakai pakaian yang bagus, dan juga punya sandal buatan Jepang. Itulah dunia gadis pantai yang baru.

Gadis pantai menangis, ingin pulang. Tapi takut. Ketakutan pula yang membuatnya nurut ini dan itu. Bahkan ia tak punya teman. Kesepian. Si mbok, selalu menggunakan kata “sahaya”. Betapa besar perbedaan antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya sekarang. Kata si mbok, kalau ingin apa-apa, gadis pantai tinggal perintah saja.

Kata si mbok, tugasnya cuma dua : memenuhi perintah suaminya dan memerintah para sahaya. Hanya itu saja. Si mbok juga mengingatkan, kalau sampai Bendoro marah, bisa bikin susah.

Lambat laut gadis pantai mulai mengerti. Tapi waktu berlalu dan gadis pantai mulai kesepian dan merindukan suaminya. Entah karena urusan apa, suaminya bisa pergi berhari-hari tak pulang. Takutnya suaminya membawa wanita lagi.

Gadis pantai mengutarakan hatinya pada suaminya, ia mendapatkan jawaban, tapi tidak memuaskan. Sulit dipahami.

Lalu gadis pantai mulai belajar ketika si mbok akhirnya diusir Bendoro. Ia kemudian mendapat pengganti dari kalangan atas, yang menyebalkan, yang mengingatkan bahwa dirinya hanya istri percobaan, cepat atau lambat akan diusir juga. Kalangan atas hanya pantas menikahi kalangan atas, dan mereka masih dianggap perjaka jika hanya menikahi orang kalangan bawah. Gadis pantai mulai terusik.

Setelah dua tahun terkurung, akhirnya gadis pantai kembali pulang. Namun perlakuan semua orang berbeda. Ia jadi asing di kampungnya sendiri.

Tapi tak berlangsung lama, semua kembali seperti semula. Masalahnya, katanya gadis pantai akan digorok kalau pulang ke kota. Oleh orang yang berkuasa. Jadi, penduduk kampung akal-akalan melindungi gadis pantai.

Dan ketika gadis pantai pulang ke kota, semua rahasia tersimpan dengan baik. Bendoronya tidak tanya macam-macam. Bahkan sekarang gadis pantai hamil, kemudian melahirkan.

Malangnya, setelah melahirkan, gadis pantai diceraikan, diusir.

Gadis pantai tidak mau pulang ke kampungnya. Sebulan terakhir, ia selalu mengintip di rumah yang telah mengusirnya. Setelah itu gadis itu tidak terlihat lagi.

Bagian yang Paling Saya Suka

Yang paling menggelikan adalah saat masyarakat berunding tentang apa yang harus dilakukan setelah mereka menenggelamkan orang yang dicurigai sebagai mata-mata bajak laut.

Ikutlah Si Dul berunding. Tapi justru kehadiran Dul malah membuat diskusi melenceng jauh. Setelah itu Si Dul pun di usir.

Tapi setelah Dul pergi, begitu Si Dul memuji para nelayan, adalah beberapa orang yang menyarankan Si Dul untuk ikut diskusi lagi dan malah berdebat. Lupa bagian penting yang seharusnya didiskusikan.

Kelebihan Gadis Pantai

Yang paling menyenangkan dari Gadis Pantai adalah teks dan kalimatnya sangat enak dibaca, seperti menghipnotis.

Mata saya seolah dimanja dan sangat menikmati membaca dari kata per kata, kalimat per kalimat, hingga paragraf ke paragraf.

Saya pikir buku ini sejenis dengan Di Kaki Bukit Cibalak, setidaknya gaya bahasanya cukup mirip. Hanya saja di Gadis Pantai saya tidak mendapatkan sensasi perasaan yang sama dengan karya Ahmad Tohari tersebut.

Kekurangan Gadis Pantai

Sebenarnya seharusnya ini bukan sebuah kekurangan mengingat buku ini sejatinya adalah trilogi. Namun karena memang tidak ada kelanjutannya lagi, dan memang kenyataannya demikian, maka bagian akhirnya seolah kurang memuaskan.

Sempat berpikir bahwa setelah diceraikan, gadis pantai akan pulang ke rumahnya, hidup seperti sebelum menikah dengan Bendoronya, dan berbahagia. Namun apa mau dikata, ending cerita cukup menyedihkan bagi gadis pantai.

Akhir yang menggantung juga cukup aneh sekali. Meskipun hal yang sama juga saya rasakan pada Her Sunny Side, tapi tidak separah gadis pantai, di mana saya berharap akhir yang bahagia untuk tokoh utama. Dan karena ceritanya tidak selesai, masih ada rasa penasaran mengganjal.

Nilai

Saya memberi nilai 85 untuk Gadis Pantai. Tak sabar rasanya membaca buku Pramoedya lainnya. Jadi, Nantikan review-review selanjutnya.

Iklan

6 tanggapan untuk “Review Buku : Gadis Pantai By Pramoedya Ananta Toer

Komentar ditutup.