Review Buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Review buku Bung Karno : penyambung lidah rakyatSumber gambar : mooibandoeng.com

Akhirnya selesai juga. Ini merupakan buku pertama yang saya baca melalui apps reader di smartphone.

Walaupun butuh waktu lama untuk menyelesaikannya karena rutinitas saya sedikit berubah, tapi saya berhasil melewati bab demi bab dengan baik.

Ini juga merupakan buku pertama tentang nasionalisme yang pernah saya konsumsi. Sepertinya akan ada beberapa buku sejenis yang akan saya nikmati dalam beberapa bulan mendatang.

Walaupun pengetahuan saya nol besar soal nasionalisme dan sejarah, begitu pula dengan sikap nasionalisme saya yang rendah, saya cukup tertarik dengan topik tersebut. Dan tentu saja, belakang parang lagi, jika diasah niscaya tajam.

Jadi, sepertinya saya harus rajin membaca buku bertopik tersebut.

Untuk kali ini, biarkan saya menyajikan ringkasan isi Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat .

Berikut reviewnya:

Judul : Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Pengarang : Cindy Adams

Penerjemah : Syamsu Hadi

Penerbit : Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo

Tahun Terbit : 2007

Halaman : 415 Halaman (versi buku) dan 158 Halaman (versi ebook)

Isi Buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Tidak ada kata sambutan. Tidak ada kata pengantar. Buku ini langsung disajikan di sini. Berikut adalah isi buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia:

1.Alasan Menulis Bab Ini….

Mungkin Anda pernah mendengar pro dan kontra mengenai Sukarno. Di sebagian akhir kepemimpinanya, ada yang mengatakan Sukarno dibenci oleh rakyat Indonesia. Sebagian lainnya mengatakan mencintai Sukarno. Di bab inilah berisi pandangan Sukarno mengenai hal tersebut.

Ada juga pengakuan dari Sukarno yang menyukai wanita dan mengapa ia seperti itu. Saya yakin Anda akan terkejut karenanya.

Selain itu, diceritakan mengapa Sukarno menyukai negara-negara blog timur. Kisahnya bersama John F. Kennedy, dan media-media asing yang menjelek-jelekan namanya.

Dan yang terpenting, meskipun Sukarno selalu menolak jika ada yang mengusulkan biografi dirinya, pada akhirnya ia bertemu dengan Cindy Adams dan tertarik untuk menulis kisah hidupnya.

Di bab ini, saya merasa terharu dengan kisah Sukarno.

Bab 2 : Putra Sang Fajar

Sukarno lahir ketika fajar menyingsing dan ditakdirkan menjadi pemimpin. Ada semacam gurauan di bab ini mengenai kelahiran Sukarno ke dunia ini.

Lalu tentang leluhur Sukarno yang juga pejuang, yang terlibat dengan Belanda sejak penjajah datang ke Indonesia.

Juga dikisahkan bagaimana orang tua Sukarno bertemu. Bagian ini, saya mulai sedikit mengenal sejarah keluarga bapak Proklamator Indonesia ini.

Di bab ini, saya mencari kesamaan Sukarno dengan saya ha ha ha…. dan tidak menemukannya. Juga terkejut dengan fakta-fakta siapa sebenarnya orang tua Sukarno.

Bab 3 : Mojokerto : Kesedihan di Masa Muda

Sukarno hidup dalam kemiskinan. Masa kecilnya cukup menyedihkan, sampai-sampai ia tidak bisa membeli mercon seperti teman-temannya dan menangis dan protes kepada ibunya.

Juga ada kisah bagaimana Sukarno dididik oleh Bapaknya dengan keras.

Nama Sukarno sendiri didapat karena ia sering sakit-sakitan di masa kecil. Ada sejarah bagaimana kemudian ia diberi nama Sukarno oleh bapaknya.

Juga ada cerita tentang cinta pertama dengan wanita belanda. Bagaimana Sukarno harus bersekolah di sekolah Belanda. Namun Sukarno harus mengulang kelas karena tidak fasih bahasa Belanda. Juga belajar selama satu jam setiap pagi dengan guru lesnya

Di usia ke-15 tahun, Sukarno pergi ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah.

Di bab ini, saya belajar sesuatu tentang mencintai makhluk Tuhan. Dan juga ada kebanggaan karena Sukarno pernah tinggal di Mojokerto.

Bab 4 : SUrabaya : Dapur Nasionalisme

Di kota Surabayalah Sukarno yang baru menginjak usia muda tahun berpetualang. Ia tinggal dengan Tjokroaminoto yang merupakan pemimpin Sarekat Islam.

Sukarno tinggal di kamar gelap tanpa pintu.
Di Surabaya, Sukarno tidak mengalami masa senang. Karena alasan-alasan tertentu. Dan ia mencari kesenangan dengan membaca. Di titik inilah Sukarno mulai memasuki “Dunia Pemikiran”.

Di masa ini Sukarno juga bertemu pemimpin-pemimpin politik dan terkadang mengajukan pertanyaan. Dan setapak demi setapak Sukarno mulai mencintai tanah air.

Juga ada kisah penghinaan anak Belanda di sekolah. Sukarno bersekolah dengan cara yang tidak mudah dan terkadang pulang dalam keadaan babak belur.

Di Surabaya juga tempat Sukarno mendapat ramalan akan menjadi orang besar. Dan tentu saja, itu benar-benar terjadi.

Yang paling menyenangkan, Sukarno menceritakan kisah cintanya dengan gadis Belanda. Sayangnya, ketika ia melamar gadis pujaannya, hanya penolakan dan hinaan yang diperoleh Sukarno.

Pada akhirnya Sukarno menikah di usia 21 tahun dengan putri Tjokroaminoto.

Selanjutnya, Sukarno ingin melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun akhirnya tidak jadi karena tidak mendapat restu ibunya dan melanjutkan ke Bandung.

Bab 5 : Bandung : Gerbang Ke Dunia Putih

Di bandunglah tempat di mana Sukarno mulai menggunakan peci dan kemudian menjadi simbol pejuang kemerdekaan beberapa puluh tahun kemudian.

Di bandung pula Sukarno melanjutkan pendidikan dengan 10 orang Indonesia diantara orang berkulit putih berambut merah.

Namun, Karena suatu alasan, Pak Tjokro dianggap dalang dibalik pemogokan buruh dan ditangkap Belanda. Sebagai menantu, Sukarno terpanggil untuk membantu keluarga mertuanya, Memutuskan berhenti kuliah dan bekerja sebagai klrek di stasiun kereta api dengan gaji 165 rupiah sebulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Pak Tjokro.

7 Bulan kemudian Pak Tjokro dibebaskan dan Sukarno kembali kuliah. Lalu akhirnya ia mengembalikan Utari ke Pak Tjokro tanpa mengaulinya sedikit pun selama masa 2 tahun pernikahan.

Lalu Sukarno menikahi wanita yang lebih tua, namun menjadi pendamping yang sesuai untuk Sukarno, Inggit.

Bab 6 : Marhaenisme

Di bab ini Sukarno menceritakan mengenai pemikirannya dan menemukan paham Marhaenisme. Nama itu diambil dari nama petani yang ditemui Sukarno dan mengilhami pemikirannya.

Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktik.

Di bagian ini Sukarno juga menceritakan tentang pidato pertamanya di lapangan yang dihadiri ribuan orang. Pidatonya dihentikan dan sejak saat itu, nama Sukarno di black list oleh Pemerintahan Belanda.

Diceritakan pula bagaimana Sukarno akhirnya berhasil menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar. Meskipun pernah mendapat nilai 3 atau pun melakukan “gotong royong” dengan sesama pemuda Indonesia dalam setiap ujian.

Ketika lulus, Sukarno mengingat kata-kata Presiden universitas, “Ir. Sukarno, ijasah ini dapat robek dan hancur menjadi abu di satu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesudah mati. “

Bab 7 : Bahasa Indonesia

Selepas lulus, Sukarno menolak pekerjaan kepadanya. Karena ia tidak sudi bekerja untuk kepentingan Belanda.

Sukarno hanya pernah mengerjakan sebuah rumah saja. Itu pun karena hal tersebut merupakan permintaan seorang professor yang dihormatinya.

Karena sudah tidak punya uang, maka Sukarno menjadi guru. Walau untuk mendapatkan pekerjaan itu ia harus berbohong. Situasinya sedang sulit kala itu.

Di bab inilah Sukarno mulai mendapatkan pengikut. Berpidato dengan siapapun yang ditemuinya.

Ia juga matang dengan pemikiran-pemikirannya sendiri dan memiliki ideologi politik yang berbeda.

Akhirnya ia mendirikan perkumpulannya sendiri. Dan studi klub itu tumbuh di solo, Surabaya, dan Kota lainnya di Indonesia. Kemudian menerbitkan majalah perkumpulan – Suluh Indonesia Muda. Dan Ketua Sukarno adalah penyumbang tulisan pertama.

Bab 8 : Mendirikan P. N. I

Di bab inilah Bung Karno mendirikan PNI setelah Serikat Islam terpecah. Dan PNI menjadi satu-satunya partai politik. Tujugan PNI membuat pengikutnya gemetar : Kemerdekaan sekarang.

TAhun 1928 adalah tahun propaganda. PNI bergerak. Dan di masa inilah Bung Karno mendapat julukan “Singa Podium”.

Diceritakan pula beberapa pro dan kotra di dalam PNI. Mulai dari pemakaian seragam hingga memasukan pelacur sebagai anggota PNI sekaligus menjadi mata-mata.

Lagipula pelacur adalah anggota PNI yang selalu punya uang dan memberikan hasil gilang gemilang.

Walaupun di masa ini Sukarno sudah diakui sebagai pemimpin, namun kondisinya masih tetap melarat. Baginya kemiskinan bukanlah sesuatu yang patut dimalukan.

Di bab ini Anda akan sedikit tersentuh dengan perjuangan para pahlawan di tengah kemiskinan, namun tetap memimpikan kemerdekaan.

Bab 9 : Masuk Tahanan

Di masa ini, beberapa tokoh yang dianggap berbahaya oleh Pemerintah Belanda akan berakhir dengan penjara. Sukarno pun sudah menyadarinya bahwa cepat atau lambat, ia akan mendapatkan gilirannya.

Bagian mengerikannya, nasib pejuang sangat memprihatinkan. Bahkan disebutkan bahwa ada dari 300 orang, yang selamat hanya 4 orang saja. Ada pula yang langsung digantung.

Di suatu pagi setelah rapat, giliran Sukarno pun tiba. Ia pun ditangkap Belanda.

Dan Sukarno pun berakhir di Rumah Penjara Banceuy.

Bab 10 : Penjara Banceuy

Banceuy adalah penjara tingkat rendah. Didirikan di abad kesembilan belas, keadaanya kotor, bobrok, dan tua.

Usut punya usut, disebutkan bahwa penangkapan Sukarno sudah direncanakan selama berbulan-bulan. Di saat bersamaan, ribuan orang ditangkap. Termasuk 4 tokoh PNI.

Di bab ini, Sukarno banyak menceritakan pengalaman pahitnya selama ditahan di penjara Banceuy. Bahkan ia sempat berpikir rasanya lebih baik mati.

Di penjara ini terdapat orang-orang Indonesia yang bekerja sebagai sipir. Dan melalui merekalah Sukarno berkomunikasi dengan dunia luar.

Ada juga Bos Penjara yang bisa disuap. Tapi tetap saja, di penjara ini, hiburan bagi Bung Karno hanya sebuah permainan mendengarkan kawannya menceritakan kembali kisah Mahabarata dan Ramayana, yang mana membuat perasaannya ringan dan memberi kekuatan.

Bab 11 : Pengadilan

Sukarno menolak untuk dibela secara hukum oleh pengacara. Ia berniat membela dirinya sendiri.

Sebelum pengadilan diadakan, di dalam penjara, beralaskan kaleng tempat buang air, Sukarno menyusun pembelaannya yang dikenal sebagai Indonesia Menggugat yang berisi penderitaan rakyat Indonesia akibat penghisapan selama tiga setengah abad di bawah penjajahan Belanda.

Di pengadilan Sukarno dituduh melanggar pasal-pasal penyebar kebencian atau mengambil bagian dari organisasi yang mempunyai tujuan menjalankan kejahatan disamping… usaha menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.

Sayangnya, Sukarno kalah dan dijatuhi hukuman paling berat, yakni 4 tahun penjara. Ia ditempatkan di penjara Suka Miskin.

Bab 12 : Penjara Sukamiskin

Di Sukamiskin Sukarno dipekerjakan untuk membuat garis di percetakan. Ia juga diawasi dan dibatasi agar tidak membicarakan soal-soal politik dengan manusia lainnya.

Namun tetap, Sukarno tetap bisa mengakali semuanya dan menerima kabar-kabar dari luar melalui cara-cara tertentu.

Di bab ini… Sukarno menceritakan kehidupan di dalam penjara. Putera Sang Fajar berada di lingkungan yang tidak seharusnya ia berada.

Menurut pengakuannya, Sukarno berkembang di dalam penjara. Ia juga mulai mendalami Islam.

Namun karena tulisan Sukarno dalam Indonesia Menggugat, banyak protes dari ahli hukum di seluruh eropa. Dan hukuman diubah menjadi dua tahun.

Ketika keluar dari penjara, Sukarno menjawab pertanyaan Direktur penjara dengan jawaban, “Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.”

Bab 13 : Keluar dari Penjara

Setelah keluar, Sukarno mengucapkan pidato paling terkenal menurutnya.

DI bab inilah terjadi dialog antara Bung Karno dan Bung Hatta. Karena keduanya berselisih paham mengenai cara mendapatkan kemerdekaan. Namun tidak ada kesepakatan dan keduanya tetap meyakini cara masing-masing.

Setelah keluar dari penjara, Sukarno tidak berubah. Ia tetap berpidato kesana-kemari seperti biasanya.

Bab ini Sukarno menceritakan pengalaman-pengalamannya. Tentang pekerjaan, kekurangan uang, menjadi pemimpin partai Partindo, hingga ketika mendapatkan pakaian-pakaian yang bagus.

Namun Sukarno masih orang yang sama. Dan pada akhirnya, ia kembali ditangkap oleh Belanda karena dianggap terlalu berbahaya.

Bab 14 : Masuk Kurungan

Sukarno kembali masuk Sukamiskin. Hanya saja kali ini ia ditempatkan di sel khusus, dibuat di tengah-tengah ruangan besar yang telah dikosongkan. 8 bulan lamanya sukarno hidup seperti pertapa yang bisu.

Pada akhirnya, hukuman yang menanti adalah pembuangan. Sebelum di buang Sukarno sempat bertemu kedua orang tuanya setelah sekian lama. Dan mungkin saja, ini pertemuan yang terakhir.

8 hari kemudian, Sukarno sampai di Pulau Bunga, pulau yang terpencil.

Bab 15 : Pembuangan

Kampung itu bernama Endeh, penjara terbuka bagi Sukarno.

Saat di pengasingan inilah mertua Sukarno meninggal di pelukannya. Juga berita kematian Pak Cokro juga sampai. Di sinilah Sukarno merasa sedih, namun ia berusaha menyembunyikannya agar Inggit tidak ikut menderita melihatnya menderita karena jauh dari cita-citanya.

Bab ini cukup panjang. Sukarno menceritakan bagaimana ia hidup di pengasingan. tentang takhayul, menulis cerita sandiwara, bergaul dengan penduduk setempat, hingga memikirkan masa depannya tentang revolusi.

Di tempat ini juga Sukarno mendekati kematian karena menderita malaria.

Di sini saya banyak belajar tentang pengorbanan. Menjadi kayu yang ikut terbakar untuk api. Dan tentu saja, bagaimana saya memikirkannya, tetap saja saya merasa tidak mampu menjadi seperti Sukarno.

Bab 16 : Bengkulu

SEkitar 5 tahun Sukarno berada di Pulau Bunga ketika ia sakit malaria. Hari itu sekitar Februari 1938 ketika ia dapat kabar akan dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah dipindahkan, Sukarno mendapat penolakan. Orang-Orang di kota tidak suka perubahan ketika sukarno membuat rencana mendirikan masjid.

Akhirnya, Sukarno menjadi guru di Muhammadiyah. Di bab ini diceritakan tentang Fatmawati.

Di bab inilah diceritakan bagaimana Fatmawati tumbuh besar dan Sukarno ingin memperistrinya. Namun Inggit tidak setuju. Juga fakta bahwa menceraikan Inggit akan meruntuhkan Sukarno dalam bidang politik. Biar bagaimana pun, Inggitlah yang telah menemaninya selama berpuluh-puluh tahun dalam pengasingan.

Sebelum diperoleh suatu keputusan mengenai Fatmawati, Jepang menyerang Sumatra pada 12 Februari 1942.

Bab 17 : Pelarian

BElanda tetap menahan sukarno ketika Jepang datang di Bengkulu. Bab ini menceritakan perjalanan Sukarno menuju Padang sebelum akhirnya diberangkatkan ke Australia.

Sebelum pergi, Sukarno masih sempat menemui Fatmawati dan mengucapkan harapannya.

Namun sebelum tiba di kapal yang akan membawanya, kapal itu telah meledak. Akhirnya Sukarno bebas dari pasukan Belanda yang mengawalnya.

Setelah 9 tahun tidak berpidato, Sukarno kembali berpidato. Sukarno membentuk Komando Rakyat yang bertugas sebagai pemerintah sementara.

Perintah pertama Sukarno saat itu adalah tidak melawan terhadap tentara Jepang. Dan Jepang dengan cepat menguasai Padang dengan tank-tank, kereta berlapis baja, dan bala tentara berjalan kaki.

Bab 18 : Jepang Mendarat

Akhirnya Jepang tiba di Indonesia. Tepatnya di daerah Sumatra. Tentara Belanda melarikan diri dan meninggalkan rakyat Indonesia tanpa perlindungan.

Awalnya, rakyat menganggap Jepang sebagai pahlawan yang mengusir Belanda. Namun tak lama kemudian, Jepang melarang bendera Indonesia berkibar dan hanya boleh ada bendera Jepang.

Di bab inilah terjadi kejadian bersejarah di mana Bung Karno dan wakil Jepang saling menjanjikan suatu hal satu sama lain.

Jepang tahu bahwa Bung Karno dekat dengan rakyat sehingga meminta bantuan agar tidak terjadi kerusuhan.

Selanjutnya, Bung Karno mengatur semua permasalahan yang dihadapi Jepang. Karena ini juga jalan dalam merebut kemerdekaan Indonesia yang sudah lama diimpi-impikan.

Bab 19 : Pendudukan Jepang

Panglima tertinggi tentara pendudukan yang bermarkas di Jakarta memerintahkan para pemimpin bangsa Indonesia membentuk suatu badan pemerintahan sipil, tetapi itu tidak akan terjadi tanpa Bung Karno.

Setelah itu, perintah militer menyuruh mendatangkan Bung Karno.

Setelah melalui perjalanan melelahkan dari Sumatra ke Pulau Jawa, setelah 13 tahun pergi, akhirnya Sukarno kembali lagi.

Dan keinginan Bung Karno ketika baru datang adalah memiliki Jas Baru buatan De Koning.

Sukarno pun tinggal di Jakarta, di rumah besar bekas milik orang Belanda dan kembali berjuang bersama pemimpin lainnya.

Bab 20 : Kolaborator atau Pahlawan

Meskipun di masa lalu Bung Karno dan Bung Hatta pernah berselisih paham, pada akhirnya keduannya bekerja sama.

Bung Karno bekerja secara terang-terangan dan Bung Hatta bekerja secara rahasia. Hanya ada Sharir yang menyaksikan rencana untuk masa depan tersebut.

Lalu terbentuklah Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dan Sukarno menjadi ketuanya. Melalui Putera lah Sukarno memberikan seruan-seruan kepada rakyat.

Sukarno juga mulai berpidato lagi. Menumbuhkan nasionalisme dan memanfaatkan pemerintahan Jepang untuk kepentingan Indonesia.

Sukarno juga terlibat dalam upaya-upaya menyelamatkan orang-orang penting supaya tidak dihukum mati oleh Jepang.

Di bab inilah diceritakan perjuangan sambil memanfaatkan situasi dari keadaan pemerintahan Jepang.

Bab 21 : Putraku yang Pertama

Pada akhirnya, hubungan Sukarno dan Inggit tidak bisa diteruskan. Mereka bercerai.

Pada Juni 1943, Fatmawati dan Sukarno akhirnya kawin.

Di usia ke 43 tahun, akhirnya Sukarno bergembira karena Tuhan yang Maha Pengasih mengarunia seorang anak.

SElesai

Kekurangan Buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Ini buku biografi pertama yang saya tuntaskan. Dan menyangkut sebuah biografi, tidak ada yang bisa dinilai karena hal ini menyangkut pengalaman pribadi seseorang.

Mungkin ada banyak privasi yang tidak diceritakan. Meskipun demikian, saya cukup senang pernah membaca secuil kehidupan salah satu tokoh proklamator Indonesia ini.

Satu-Satunya yang membuat saya kurang nyaman ketika menikmati buku ini adalah masih banyak ejaan yang belum disempurnakan.

Alangkah baiknya jika penulisannya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia.

Kelebihan Buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Membaca buku ini rasanya nano-nano. Perasaan saya sering campur aduk. Tapi buku ini mampu membangkitkan rasa Nasionalisme saya.

Ketika mengikuti kehidupan Sukarno dan mendapati dirinya banyak berkorban untuk Indonesia, sudah sepatutnya generasi penerus meneruskan perjuangan para pahlawan.

Di buku inilah saya temukkan sedikit pencerahan tentang nasionalisme. Sejujurnya saja, saya pernah bermasalah dengan rasa itu. Dan mungkin saja, buku ini bisa menyembuhkan luka saya dan mulai belajar mencintai Indonesia seperti dulu lagi.

Nilai

Saya memberi nilai 87 untuk buku ini. Sangat direkomendasikan karena banyak hal yang bisa dipelajari dari Bung Karno.

Ini hanya awal. Tunggu saya mereview buku-buku tokoh-tokoh Indonesia lainnya. Semoga saya bisa konsisten membaca buku tokoh-tokoh Indonesia untuk mendapatkan secuil ilmu dan memahami pemikiran mereka.

33 tanggapan untuk “Review Buku Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

  1. Tulisan yang sangat menarik, Bang!. Saya jadi ingin ikut membaca juga. Karena memang tidak tahu banyak mengenai Bung Karno yang merupakasan salah satu tokoh proklamator kita.

    Suka

Komentar ditutup.