Sumber gambar : Detik.com
Seperti yang sudah kurencanakan, aku mulai memosting konten-konten pendek. Karena aku begitu menikmati momen nostalgia seperti ketika memulai semuanya ini, mungkin bukan ide buruk untuk melakukannya hingga akhir tahun.
Aku juga hanya menulis dari smartphone. Kadang-Kadang aku bagai anak sepat ketohoran ketika menulis. Aku menulis sambil memandang langit malam. Menyenangkan.
Sangat santai, tapi tetap serius.
Setelah memeras keringat menyusun buah pena, tibalah saatnya menekan tombol “Terbitkan”.
Menekan tombol “Terbitkan” membuat berbunga-bunga. Itu merupakan tindakan yang berarti karya kita akan segera mengudara dan mampu dinikmati orang lain. Dan tentu saja, entah bagaimana, meskipun sudah ratusan kali aku melakukannya, tetap saja aku merasa senang ketika melakukannya.
Ada Rotan, Ada Duri
β..Susahnya menjaga kualitas tulisan di antara derasnya godaan publish button..β Lili Yulianti
Walaupun tombol “Terbitkan” mampu memberi kesenangan ketika kita menekannya, terkadang justru kita terlena dan lupa melakukan editing.
Kita terlalu tergesa-gesa menerbitkan postingan sehingga kualitas tulisan kita menurun.
Mungkin ada typo. Mungkin ada penggunaan kata yang kurang tepat. Mungkin tanda baca yang salah. Atau kesalahan-kesalahan mendasar lainnya.
Jadi, meskipun Anda tergila-gila dalam menekan tombol “terbitkan”, untuk menjaga kualitas postingan, kusarankan untuk membaca “12 Checklist Postingan Sebelum Menekan Tombol Publish“.
Kekalahan yang Sering Kualami
Tahun ini aku ingin melakukan one day one post sepanjang tahun. Aku sudah melakukannya selama 9 bulan dan masih kuat.
Tahukah Anda strategi yang biasa kulakukan? Itu adalah menulis dua postingan sekaligus dalam sehari.
Ketika aku menemukan hari di mana aku tidak terlalu sibuk, maka aku menulis lebih dari satu postingan. Begitu caraku mengambil libur.
Jadi, keesokan harinya, aku tidak perlu menulis dan bisa mengambil istirahat, tinggal menerbitkan postingan yang kutulis kemarin.
Tapi ada saat di mana aku kalah melawan tombol “Terbitkan”. Kadang-Kadang hatiku dipenuhi dorongan untuk langsung memublikasikan postingan untuk jatah keesokan harinya sehingga dalam sehari Shiq4 menerbitkan 2 postingan.
Alih-Alih mendapatkan hari libur, karena tidak tahan godaan tombol “Terbitkan”, justru aku malah menyusahkan diri sendiri.
Itulah momen di mana aku dikalahkan kekuatan tombol “Terbitkan” yang begitu menggoda.
Tidak Pernah Merasa Puas
Ada biduk serempu pula. Peribahasa itu sepertinya sangat cocok dengan keadaanku.
Menekan tombol “Terbitkan” bukan berarti tugas telah selesai, justru itu merupakan awal dari “rasa lapar” dalam menulis.
Setelah postingan terbit, aku terbiasa membaca tulisanku sendiri berulang-ulang kali. Walaupun aku puas awalnya, tapi kemudian aku malah ingin menghasilkan sesuatu yang lebih sempurna.
Bodohnya… aku tidak punya mentor. Aku merasa menyurat di dalam air. Biar bagaimana pun, sulit menemukan kekurangan dalam tulisan sendiri, sekalipun aku berusaha melakukan kritik untuk diri sendiri.
Jadi, tombol “Terbitkan” berarti simbol menempa diri. Semakin sering menekannya, seharusnya semakin bagus kualitas suatu postingan.
Berikan Semuanya
Alang-Alang berdawat biarlah hitam. Walaupun tombol “Terbitkan” mengesankan tuntutan untuk menelurkan tulisan-tulisan yang lebih baik lagi di masa depan, juga memberi sedikit tekanan, aku selalu memberikan semua yang kumiliki.
Aku tidak pernah menahan diri ketika menulis. Bahkan aku sampai merasa puas sekali seolah aku telah melakukan hal paling besar dalam hidupku. Kalau pun aku meninggal, tidak akan ada lagi penyesalan dalam hidup.
Aku ingin terus menekan tombol “Terbitkan”. Sesering mungkin. Ribuan kali. Bahkan jutaan kali jika memungkinkan. Dan semoga saja, aku tidak akan berhenti menekan tombol “Terbitkan” untuk beberapa tahun mendatang.
Bagaimana dengan pengalaman Anda tentang tombol “Terbitkan”? Apakah ada sesuatu yang istimewa? Bagikan di kotak komentar.
Kalo aku mah, kadang pas lagi rajin sebulan bisa beberapa kali. Giliran males bisa beberapa bulan sekali baru nulis, wkwkwk
SukaSuka
Belum dapat feelnya mungkin dini. Klo saya tahun ini berasa lagi enjoy-enjoynya ngeblog. Pernah saya merasa bahagia sampai beberapa hari nggak ilang2 ha ha ha….. π
SukaSuka
Iya juga sih ya π€
SukaSuka
Kalau kesalahan bisa diatasi bahkan setelah post, yg saya rasa harus diperhatikan sebelum terbitkan kalau jadi penulis lepas saja. Karena beberapa kali saya sudah tekan “kirim” malah ditolak karena typo yang super parah
SukaSuka
Typo “Kekalahan”
SukaSuka
Wah sepertinya saya belum pernah sekalipun mengalaminya mas rahmad. Mungkin harus tekan dua kali tombol terbitkannya. Biasanya saya gitu klo nggak mau terbit setelah ditekan π
SukaSuka
Ditolak adminnya, saya nulis di blog luar.hehe mungkin grammar saya jelek
SukaSuka
Kalau awal-awal ngeblog dulu mungkin iya. Secara banyak target. Sekarang lebih banyak malasnya.
Saya walau sudah cek tulisan sebelum terbit beberapa kali, tetap aja menemukan typonya setelah publish π¦
SukaSuka
sama banget mbak Salma… saya juga perasaan udah edit sana sini. eh ternyata masihaja ada salahnya. cuma sekarang jarang nulis serajin dulu. sesempatnya saja
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha, iya mba dyah,, saya selalu nemu aja yg typo setelah posting, padahal sebelum publish kayaknya udah diteli dan ga ketemu. Duh, editor malas ngebaca postingan saya kali yaa π
SukaSuka
Sama mbak salma. Biarpun udah diedit dan nulisnya hati2 kadang2 saya juga salah ketik. Bahkan pernah ada kalimat tidak nyambung. Ya… namanya juga blogger amatir yang gak punya editor hiks π
SukaDisukai oleh 1 orang
Salah satunya seninya ngeblog kayaknya yaa Shiq4 π
SukaSuka
Hmm… satu pandangan baru tentang tombol publish. Saya juga selalu menikmati ketika menekan tombol itu. Kadang lega karena tulisan yang lama diidamkan telah selesai. Kalau lama tak menekan tombol itu, saya suka sedih. Apalagi kalau penyebabnya adalah terlalu lama menulis karena menanti sempurna, haha. Tapi tak apalah Mas, yang penting ada belajarnya. Yang penting bisa selalu menikmati kegiatan menulis. Semakin hari dilakoni pasti ada perkembangan. Dan perkembangan itu, meski sedikit, membuat saya bersyukur.
SukaSuka
Iya… saya juga pernah merasa lega mas gara ketika menekan tombol publish setelah berjuang menyelesaikan tulisan.
Tapi klo menunggu sampai sempurna saya jarang begitu mas gara. Setelah menulis paling dikoreksi dikit. Tapi untuk menyempurnakannya biasanya nulis postingan baru untuk menutupi kekurangan postingan lama.
Saya juga mulai berprinsip sedikit demi sedikit lama2 jadi bukit mas gara. Ngeblognya pelan-pelan saja, meskipun lambat dalam berkembang, tapi saya sangat bersyukur melihat kemajuan blog sedikit demi sedikit π
SukaSuka
Setuju… mengejar kesempurnaan memang harus, tapi jangan kelamaan juga ya, hehe.
Sip, terima kasih untuk pandangan barunya.
SukaSuka
Hebat dong mas bisa memenuhi tantangan buat diri sendiri
SukaSuka
Wa ha ha… kebetulan saja saya mampu. Lagian saya ngubah banyaknya kata. Klo dulu biasanya lebih dari 1000 kata, bahkan sampai 4000 kata, sekarang paling 500-1000 kata saja. Nyoba strategi baru mbak π
SukaSuka
Iya mas harusnya ada strategi baru biar ga bosen ya
SukaSuka
Iya euy tombol publish itu menggoda banget. Tapi di WP sekarang sebelum publish keluar peringatan dulu kan? Biasanya dicuekin sih hahaha (kayak cuekin alarm bangun pagi). Apalagi kalau merasa deadline.
SukaSuka
Wah kurang tahu saya klo versi dekstop. Tapi klo versi apps kayaknya nggak ada peringatannya mbak fiberti π
SukaSuka
tombol publish emang menggoda, apalagi ketika banyak draft yang mengendap π₯ ingin cepet-cepet menekan tombol ituβ¦
SukaSuka
Iya… seperti itulah kekuatan tombol publish π
SukaSuka
Keren banget bisa nulis dua postingan tiap hari yaaa
SukaSuka
Kadang-kadang saja mbak firsty. Klo sedang ingin libur nulis dua postingan dalam sehari π
SukaSuka
Tapi itu tetap lur biasaa… Pengeenn juga kaya gitu,hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Satu hari satu post π² mantab kali… Saya satu bulan 1 aja megap2 mas… #keren
SukaSuka
He he he… tapi postingan-postingan singkat saja mas. Klo postingan panjang sih sesekali saja saya bisa melakukannya π
SukaSuka
Justru yang singkat itu yg mantans mas, kalo kepanjangan juga malas bacanya hehehe
SukaSuka
Kalo aku, ada hari-hari di mana aku bisa menulis lebih dari dua tulisan, tapi ada juga hari-hari di mana aku tidak menulis sama sekali. Tapi kalo soal tombol “Terbitkan”, wah lain lagi ceritanya :” Meski udah selesai menulis, biasanya akan kutahan dulu beberapa hari untuk kemudian disunting kembali sampai benar-benar tidak ada salah eja dan lainnya.
SukaSuka
Sy paling susah nekan tombol “terbitkan” sblum bnar2 ykin tulisannya lyak utk utk di-share. Aplgi klau lg sedih, galau, atau apapun yg bikin baper. Inilah susahnya jd perfeksionis…pdhal sy tahu itu jlas gak baik jg.
SukaSuka
Bagusnya perfeksionis itu mampu menghasilkan sesuatu yang bagus. Klo dalam tim bisa dimasukkan dalam quality control ha ha ha…. π
SukaSuka
Nyatanya, saya malah mnghsilkan yg payah, ππ
SukaDisukai oleh 1 orang