Tertarik Belajar Peribahasa

Belajar Peribahasa IndonesiaSumber gambar : Segores-info.blogspot.co.id

Sejak Shiq4 mengudara sekitar 2 tahun yang lalu, saya rutin menerjemahkan konten bahasa Inggris dan memublikasikannya.

Selain memudahkan saya mempelajari materi yang saya terjemahkan, konten-konten tersebut mungkin berguna bagi orang lain yang juga tertarik dengan topik serupa mengingat ada beberapa materi yang belum banyak dibahas dalam bahasa Indonesia.

Dua konten terakhir yang saya terjemahkan adalah “10 Kesalahan SEO pada WordPress yang Sebaiknya Dihindari” dan “Mengapa Google membenci situs Anda?“.

Ketika menerjemahkan kedua konten tersebutlah saya mulai menyadari bahwa penggunaan idiom dalam tulisan merupakan seni tersendiri. Tulisan lebih indah dan mampu memberi makna yang lebih dalam dibanding memakai kata-kata biasa.

Pada akhirnya, saya pun tertarik melakukan hal yang sama dengan tulisan-tulisan saya.

Anda benar… bahasa Indonesia punya ribuan peribahasa yang bisa digunakan untuk memperindah tulisan.

Kabar buruknya, meskipun sejak SD saya sudah diajari peribahasa, saya sudah melupakannya sama sekali.

Untungnya di aplikasi KBBI terbaru sudah ada daftar peribahasa beserta maknanya. Saya berniat mempelajarinya dan memakainya dalam karya-karya saya yang selanjutnya.

Pengertian Peribahasa

Menurut Belajar Bahasa, pengertian peribahasa adalah sebagai berikut :

“Peribahasa adalah ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.”

Bentuk peribahasa adalah tetap. Artinya adalah susunan katanya tidak berubah ataupun disisipi dengan kata lain.

Peribahasa dibedakan menjadi 6 jenis, termasuk idiom (ungkapan) di dalamnya :

  • Bidal – Peribahasa ini berisi ungkapan yang mengandung peringatan, sindiran, dan atau ejekan.
  • Pepatah – Jenis peribahasa yang mengandung nasehat yang berasal dari orang tua.
  • Ungkapan – Jenis peribahasa yang menggambarkan kelakuan seseorang atau keadaan alam dengan beberapa patah kata dimana makna ungkapan tersebut tidak bisa diartikan satu persatu dari kata yang membentuknya.
  • Perumpamaan – Jenis peribahasa yang membandingkan manusia dengan alam sekitar.
  • Tamsil atau Ibarat – Kalimat kiasan yang sering menggunakan kata ibarat yang bertujuan untuk membandingkan suatu hal atau perkara .
  • Semboyan – Kumpulan kata, kalimat atau frasa yang digunakan sebagai prinsip atau pedoman

Ingat Masa Lalu dan Tertawa

Mempelajari peribahasa membawa saya kembali ke masa lalu. Di masa kecil, beberapa orang sering menyindir saya dengan menggunakan peribahasa atau sekadar bertanya tentang makna peribahasa. Bahkan seingat saya di masa kuliah pun hal tersebut masih sering terjadi.

Bodohnya, saya baru sadar bahwa saya sedang dipermainkan. Karena pengetahuan saya nol besar mengenai peribahasa, saat mereka mengatakannya kepada saya dalam momen-momen tertentu, ternyata saya menerjemahkannya secara salah.

Misalnya ketika masih SD, seorang teman mengatakan bahwa saya seperti air di daun talas. Dan saat itu saya menerjemahkannya menjadi tidak pernah bisa bersatu dan tidak merasa disindir ha ha ha…..

Atau ketika kuliah, di mana teman satu kos mengatakan ada gula ada semut. Dan saya juga menerjemahkannya secara salah karena arti dari peribahasa tersebut adalah di mana ada kesenangan, di situlah banyak orang berdatangan.

Meski saya jago dalam soal hitungan dan ilmu pasti, tetapi dalam berbahasa saya payah dan baru sadar selama ini dipermainkan orang lain. Memang benar bahwa tiada gading yang tak retak.

Oleh karena itu, sedikit demi sedikit saya ingin belajar peribahasa agar tidak lagi salah paham jika berkomunikasi dengan orang yang punya kecakapan berbahasa.

Alah Bisa Karena Biasa

Sejujurnya saja, saya tidak punya pikiran jenius atau pintar. Tapi saya punya kegigihan.

Sejak saya masih kecil, saya termasuk mereka yang kesulitan dalam belajar. Jadi, untuk menguasai sesuatu, saya cenderung melakukannya dan mempelajarinya secara berulang-ulang hingga saya mahir.

Belajar peribahasa dan menggunakannya dalam tulisan bukan hal yang mudah bagi saya. Selain karena masih terlalu minim peribahasa yang saya kenali, menggunakan peribahasa di dalam kalimat terasa sangat sukar sekali.

Namun saya tetap mencobanya. Setidaknya, setiap kali menulis, mulai saat ini, saya harus menyisipkan peribahasa yang cocok dengan tulisan-tulisan saya.

Karena saya percaya alah bisa karena terbiasa. Selama saya punya kegigihan dan berusaha melakukannya dengan sebaik-baiknya, suatu hari saya pasti mahir memakai peribahasa dan tulisan saya menjadi lebih hidup dari biasanya.

Bagaimana dengan Anda? Tertarik belajar peribahasa? Bagikan di kotak komentar.

Iklan

14 tanggapan untuk “Tertarik Belajar Peribahasa

  1. Sebenarnya saya sudah lupa dengan pelajaran peribahasa saat masih sekolah dulu. Bertanya malu, tidak bertanya ntarnya nyasar .. haaha..😁
    apakah majas itu termasuk peribahasa ya.. ?

    Suka

    1. Wah itu saya juga bingung mas. Ada satu situs dot com yang memasukkan majas sebagai jenis peribahasa, tapi saya meragukan kebenarannya. Kemudian saya lebih mempercayai situs http://www.pelajaran.co.id/2017/21/pengertian-peribahasa-jenis-jenis-dan-contoh-peribahasa.html yang tidak ada mengikutsertakan majas di dalamnya.

      Susanya belajar di internet yang berbahasa indonesia itu masih jarang ada situs otoritas sehingga menyulitkan pencari informasi untuk mempercayai 100% konten yang diterbitkan.

      Keyakinan saya cuma domain pelajaran.co.id lebih bisa dipercayai karena co.id biasanya dijalankan oleh perusahaan profesional. Nama domainnya pun brandable. Jadi 80% saya percaya. πŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

      1. Kalo begini keadaannya nanti sy coba bertanya kepada guru saya bahasa saya di SMA dulu.. haha..
        Tapi dr info dan link yang sahabat berikan majas itu mmg bukan bagian dr peribahasa.
        Contohnya di beberapa peribahasa diatas saya tak mendapatkan kata-kata seperti “tembok pun mendengar” atau “biarkan pedang ini berbicara” . Kalo diteliti kalimat2 itu adalah contoh2 majas. Cuma gak tahu apakah jenis majas ironi atau hiperbola.. 😊

        Suka

    1. Ha ha ha…. nggak tahu mas firman sejak kapan saya suka menulis. Semakin banyak yang saya baca, semakin banyak hal yang ingin saya tuliskan. Dan entah mengapa seolah menulis sudah menjadi bagian hidup saya karena saya begitu menikmatinya πŸ˜€

      Suka

  2. Saya juga tertarik banget mas belajar peribahasa.Dengan sedikit seni,tulisan bisa lebih enak dibaca.Dan tidak terkesan monoton tentunya.Tetapi kemampuan kosakata saya masih sangat dangkal,jadi nulis seadanya dulu.hhees

    Suka

    1. Saya juga termasuk orang yang berkosakata dangkal mas jalil. Tulisan saya cenderung sederhana jika dibandingkan penulis-penulis lain. Tapi setiap kali saya nemu satu kata baru, biasanya saya berusaha menuliskannya agar tidak lupa. Plus banyak baca biar semakin kaya kosakata.

      Klo peribahasa, mungkin sesekali saja memasukannya. Soalnya memang tidak tahu sama sekali ha ha ha…. πŸ˜€

      Suka

      1. Tapi itu keunikan mas shiq4 kayaknya.Dengan kosakata sederhana mas meramunya jadinya menarik.Saya sebagai pembaca jadi mudah memahami mas.

        Iya,harus disesuain sama konten artikelnya juga kan ya.

        Disukai oleh 1 orang

  3. Terbit jg ttg peribahasa…
    Menarik memang memakai peribahasa dlm tulisan, sepanjang memamg relevan. Sebab maknanya sangat figuratif (tdk harfiah). Bgtupun dg idiom yg jg merupakan ungkapan figuratif

    Suka

    1. Benar mas desfortin. Bahasa Indonesia sangat kaya. Saya merasa beruntung bisa menyadarinya dan bersyukur punya kesempatan menikmati kekayaan bahasa bangsa Indonesia πŸ˜€

      Suka

  4. kalau bisa diartikan ungkapan modern anak gaul sekarang juga merupakan peribahasa, contohnya masbuloh,egp,tercyduk,kuy,jaman now dan sbagainya,

    sayangnya hal tersebut tidak bisa, sekali lagi tidak bisa.

    Suka

Komentar ditutup.