Sumber gambar : dunia-nabi.blogspot.com
Kemarin saya lembur. Bapak menjemputku pukul 9 malam untuk mengikat semangka. Dan pekerjaan baru selesai sekitar pukul 22:30.
Ketika bapak hendak mengembalikan keranjang ke juragan, baru diketahui ternyata ban motor telah bocor. Bannya sedikit kempes. Akhirnya, keputusannya adalah keranjang akan dikembalikan besok saja dan pekerjaan di hari itu pun berakhir.
Sementara bapak menata lapak dan menutupnya, saya pergi ke tukang tambal ban tak jauh dari pasar. Karena sudah terlalu malam, sempat khawatir tukang tambal ban telah tutup. Untungnya masih buka. Dan saya merasa cukup senang mendapati tukang tambal ban berjongkok tak jauh dari tempatnya.
Tempat tukang tambal ban tersebut berada di pinggir jalan. Ada becak tua yang digunakan untuk meletakkan semua peralatannya. Didekat becak, ada bak berisi air yang sudah keruh dan pemanas untuk melekatkan tambalan pada lubang ban dalam yang bocor.
Dengan ramah bapak penambal ban menyuruh memarkir motor di samping becaknya. Dan beberapa saat kemudian, ia melakukan apa yang dibutuhkan ban motor saya agar kembali berfungsi seperti sedia kala.
Pekerjaan yang Baik
Ketika tukang tambal ban bekerja memperbaiki motor saya, pikiran saya berkelana memikirkan pekerjaan penambal ban.
Saya membayangkan bagaimana jadinya seandainya tidak ada penambal ban, pasti banyak orang yang kesulitan ketika bannya bocor. Apalagi di saat dalam perjalanan jauh atau malam hari. Jadi, penambal ban merupakan pekerjaan yang baik dan memberi manfaat besar bagi orang lain meskipun terlihat sepele.
Upahnya pun rendah, hanya 10 ribu saja setiap satu ban. Memikirkan betapa besar jasa penambal ban dihadapan saya yang tidak sebanding dengan rupiah yang dikantongi, saya merasa ingin menangis.
Dan saya hanya mampu mendo’akan kebaikan bagi penambal ban tersebut. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih setulus mungkin begitu ban motor saya telah sembuh.
Membandingkan Diri
Kalau membandingkan pekerjaan saya sebagai penjual buah dengan penambal ban, maka dalam segi kebermanfaatan pasti saya kalah jauh.
Saya memang membantu masyarakat mendapatkan buah-buahan terbaik, tetapi itu lebih banyak didominasi oleh bisnis dan keuntungan. Kadang-Kadang terpikir untuk tidak mengambil untung terlalu banyak saja agar nilai kebermanfaatan saya setara dengan penambal ban. Tapi saya belum mampu dan tidak berani melakukannya.
Kebutuhan hidup semakin banyak. Bisnis tetaplah sebuah bisnis. Dan saya merasa kecil jika berhadapan dengan kebermanfaatan tukang tambal ban.
Secara teori, saya percaya kebaikan apapun akan dibalas dengan Tuhan. Begitu pula dengan kejahatan. Tapi logika normal saya tetap saja tidak bisa mengalahkan ketakutan akan kerugian dan tidak tercukupinya kebutuhan.
Itulah mengapa, saya butuh lebih banyak ilmu untuk menggerakan tindakan saya sesuai dengan kepercayaan saya. Mungkin saat ini saya belum memahami ilmunya, tapi suatu saat, mungkin saya bisa bekerja dengan menonjolkan kebermanfaatan dibandingkan dengan keuntungan.
Dan mungkin saja, Tuhan tersenyum ketika saya punya keberanian untuk melakukannya.
Setiap pekerjaan pasi memiliki manfaat bagi banyak orang walau terkadang tidak terasa 🙂
SukaSuka
Hati mas Shiq4 sangat lembut, apa2 dipikirkan, saya jd bljar bnyak dari Anda. Anda luar biasa
SukaSuka