Review Buku Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway

Review lelaki tua dan lautSumber gambar : lensabuku.com

Ini merupakan buku yang meraih nobel sastra. Saya bahkan sangat antusias dan menyiapkan mental sebelum menikmati sedikit kemewahan dalam hidup.

Saya membaca 20 atau 30 halaman pertama berulang-ulang untuk mendapatkan sentuhan ajaibnya. Agar perasaan saya terhubung dengan buku.

Pertama kali mencoba, saya senang bukan kepalang karena nikmatnya sama seperti ketika saya membaca Totto Chan dan Di Kaki Bukit Cibalak.

Mencoba kedua kali, ada beberapa bagian yang tidak saya pahami. Tapi siapa peduli, saya tetap melanjutkannya.

Mencoba ketiga kali, saya tahu bahwa saya tidak bisa menilai sastra. Karena saya tidak antusias lagi.

Meskipun demikian, saya punya aturan untuk menyelesaikan semua bacaan bagaimana pun caranya. Jadi, meskipun tidak menikmatinya, saya tetap melanjutkan petualangan memasuki dunia Ernest Hemingway.

Berikut adalah review Lelaki Tua dan Laut :

Judul : The Old Man and The Sea (Lelaki Tua dan Laut

Pengarang
: Ernest Hemingway

Penerjemah
: Yuni Kristianingsih Pramudhaningrat

Penerbit
: PT Serambi Ilmu Semesta

Halaman
: 145 Halaman

Jalannya Cerita

Kisah ini tentang nelayan tua bernama Santiago. Istrinya sudah meninggal, miskin, dan sudah pernah tidak mendapatkan seekor ikan pun selama 84 hari.

Hanya ada seorang anak yang berbaik hati kepada lelaki tua itu, namanya Manolin.

Manolin awalnya merupakan anak yang melaut bersama Santiago, namun karena tidak mampu menangkap ikan, orang tua anak itu menyuruh Manolin menangkap ikan bersama kapal lain.

Hari itu, Manolin membantu Santiago untuk berlayar. Dan setelah menyesap kopi, Santiago berlayar sendirian ke tengah laut berharap tidak menambah rekor waktu terlama tidak mendapatkan ikan.

Lelaki tua itu terus ke tengah, Bersama kapal lain yang menyebar ke seluruh penjuru, sampai matahari benar-benar muncul dan membuat laut menjadi terang.

Ia mengikuti burung laut, atau melihat penyu, juga ubur-ubur, juga bersusah payah mengendalikan kapalnya. Lelaki tua itu berharap akan mendapatkan ikan di hari ke-85-nya mencari ikan.

Hal yang dinantikannya pun tiba. Umpannya dimakan ikan. Besar karena mampu menyeret perahunya. Juga kuat, karena meskipun sudah seharian, ikan itu tak kunjung muncul kepermukaan atau menunjukkan tanda-tanda kehabisan tenaga.

Sang lelaki tua kelelahan tentu saja. Dan ia sering berharap Manolin berada bersamanya di atas perahu untuk membantunya menaklukan ikan yang mungkin berjenis kelamin jantan, ikan yang memakan umpannya..

Sampai berlalu sehari, ikan itu belum ditangkap. Lelaki tua itu mulai seperti orang gila dan berkata atau berpikir seorang diri. Tapi memang, ketika kau berada di laut, kau tidak pernah benar-benar sendiri. Ada burung, bebek liar, atau ikan-ikan yang terlihat.

Ikan itu membuat tangan lelaki tua tergores. Juga berdarah. Dan tentu saja kram. Tapi lelaki tua itu dengan sabar dan bekerja keras memastikan talinya tidak putus.

Sampai ikan itu sekali muncul ke permukaan. Lelaki tua itu ingat pernah setidaknya dua kali menangkap ikan seberat 400 Kg sepanjang hidupnya. Dan ikan yang ia hadapi kali ini jauh lebih besar. Setidaknya lebih panjang setengah meter dari perahu yang ditumpanginya.

Di tengah peperangan dengan ikan, Santiago bersusah payah mendapatkan energi dari ikan-ikan mentah tangkapannya. Tapi sebagian menjadi rusak karena ketika melawan ikan, kaki atau tangan, atau wajah mengenai daging-daging mentah yang siap makan.

Beruntung, lelaki tua itu mampu menarik ikan besar sampai cukup dekat dengan perahu dan melemparkan seruitnya. Ikan itu mati. Lelaki tua mengikat ikan itu di samping perahu karena tidak muat dinaikkan perahu.

Sayangnya, perahu lelaki tua itu terlalu jauh berlayar ke tengah lautan. Ditambah dengan luka ikan karena seruit, karena darahnya mengalir, lelaki tua masih harus mempertahankan buruannya dari para hiu.

Hiu pertama muncul. Lelaki tua itu membunuhnya. Kemudian di susul dua ekor hiu jenis lain sekaligus, dan lelaki tua itu masih mampu mengatasinya meskipun seruitnya ikut tenggelam bersama hiu-hiu terkutuk itu.

Tidak hilang akal, lelaki tua itu berkeras mempertahankan ikan miliknya, walaupun ia tahu bahwa hiu-hiu sebelumnya telah mencabik-cabik daging ikan miliknya.

Lelaki tua itu tidak hilang tekad dan tetap berjuang. Hingga malam tiba, apa yang ia bisa lakukan di tengah kegelapan?

Segerombolan hiu mendekat. Sang lelaki tua tetap berjuang, bahkan dengan mempreteli kemudi perahunya untuk digunakan sebagai senjata, memukul kepala-kepala hiu terdekat.

Pada akhirnya, sesampai di daratan, lelaki tua itu tahu yang tersisa hanya tulang ikan. Tubuhnya banyak terluka dan ia langsung tidur di rumahnya.

Nelayan lain, yang khawatir tetang lelaki tua itu karena tidak pulang, mengalami kesedihan atas nasib Santiago. Tulang ikannya saja sepanjang 5 meter lebih, tentu itu merupakan ikan terbesar yang pernah mereka ukur.

Manolin, bocah baik hati, menangis menyaksikan kemalangan lelaki tua itu. Dan ia berjanji untuk kembali berlayar bersama Santiago di hari esok meskipun harus melawan perintah orang tuanya.

Bagian Terpenting Buku

Sebenarnya melihat kondisi Santiago, mungkin sebagian besar pembaca akan berharap agar Santiago membawa pulang ikan tangkapannya.

Saya sendiri seperti itu. Tapi setelah memikirkannya, mengapa nasib Santiago dilanda kemalangan, padahal ia baru saja merasa menjadi lelaki paling beruntung yang bisa menangkap ikan terbesar sepanjang hidupnya, mungkin karena perilaku lelaki tua itu yang tidak terpuji.

Ini penyebab mengapa Santiago bernasib malang meskipun ia berhasil menangkap ikan itu:

“Aku bukan orang saleh,” katanya. “Tapi aku akan mengucapkan do’a Bapa Kami dan Salam Maria sepuluh kali saat aku berhasil menangkap ikan itu, dan aku berjanji akan berziarah ke perawan dari Combre. Ini ikrarku.” (hal 70)

“Aku tak boleh gagal dan mati karena ikan seperti ini,” katanya. “Sekarang ikan itu telah mendekat, Tuhan pasti membantuku bertahan. Aku akan mengucapkan doa Bapa Kami dan Salam Maria seratus kali. Tapi bukan sekarang.” (hal 94)

Ketika benar-benar berhasil menaklukan ikan besar tersebut, saya tidak melihat Santiago benar-benar melakukan apa yang ia ikrarkan dengan begitu mudahnya.

Jika saya ditanya mengapa novel ini layak dibaca dan memenangkan nobel sastra, karena saya begitu awam mengenai sastra, maka jawaban saya adalah karena pelajarannya luar biasa.

Jika berurusan dengan Tuhan, sebaiknya kau benar-benar melakukan apa yang kau janjikan. Atau kau akan dilanda kemalangan tak peduli betapa hebat dan bekerja kerasnya dirimu.

Kekurangan Lelaki Tua dan Laut

Sebenarnya, sejujurnya saja, saya tidak menikmati novel ini. Jadi mustahil memberikan penilaian.

Bukan karena bahasanya sulit, namun karena saya benar-benar tidak mampu membayangkan seberapa besar perahu yang ditumpangi lelaki tua (karena tidak ada penjelasan), juga karena teknik berburu ikan yang tidak saya ketahui.

Apalagi banyak deskripsi mengenai tali-tali dan bagaimana Santiago menyebarkan umpannya, itu bagian paling deskriptif sekaligus paling membingungkan.

Intinya, karena saya tidak punya pengalaman sama sekali atau pengetahuan mengenai nelayan, maka saya tidak bisa sedikit pun terhubung dengan kisah di dalam buku ini.

Dan yang paling mengherankan, saya cenderung merasa bosan di bagian-bagian tengah buku. Kalau saja bukan karena ingin mempelajari teknik-teknik menulisnya, mungkin saya tidak akan mampu memotivasi diri untuk sampai di bagian akhir buku.

Kelebihan Lelaki tua dan Laut

Karena buku ini memenangkan nobel dan saya tidak mampu menikmatinya, itu berarti jiwa seni saya sangat payah.

Kelebihan buku ini pasti sangat banyak, namun saya masih buta. Tapi jika harus memberi satu kelebihan utama pada buku ini, Pasti itu bagaimana menyajikan sebuah cerita utuh yang sambung-menyambung tanpa jeda sedikit pun.

Ini buku pertama yang seperti itu (yang pernah saya baca). Terus melaju. Padahal cerita utama hanya lelaki tua, melaut, menangkap ikan, dan kehilangan.

Menurut saya, seandainya saya tahu sedikit mengenai nelayan dan bagaimana mereka menangkap ikan, pasti deskripsi-deskripsi yang sangat detail akan membantu saya benar-benar menangkap imajinasi seorang Ernest Hemingway.

Nilai

Untuk sementara, saya memberi nilai 75 untuk buku Lelaki Tua dan Laut. Saya ingin mencoba bergulat lagi, lagi, dan lagi sampai saya mampu benar-benar menikmatinya. Namun, untuk sementara harus tertunda karena saya juga sedang antusias untuk membaca Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

38 tanggapan untuk “Review Buku Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway

  1. Wa juga pengen baca itu kemarin tapi belum punyaa.. Dan yaaa, memang novel2 seperti ini kadang agak membosankan kecuali kita memang suka yg berbau sastra atau klasik atau harus punya motivasi tinggi supaya menghabiskan bacaan..

    Wah buku selanjutnya juga menarik itu, ttg bung Karno

    Suka

      1. Oh ada yaa via email.. Boleh mas.. wawcuz@gmail.com

        Semoga nanti bs cepat terbacaaa..

        Oya, udh pernah baca paulo coelho yg alkemis mas? Itu jg ceritanya mirip2 gitu.. Sastra tinggi dan banyak pelajaran yg diambil.. Nama tokohnya juga santiago kalo ga salah.. Tapi yaaa rada ngantuk sih..

        Disukai oleh 1 orang

        1. Iyaaaa.. Kalo itu salah satu buku yang paling wa suka.. Walaupun pas awal baca rasanya males kali..

          Gapapa mas, cuma merekomendasikan saja..

          Suka

        2. Iya makasih. Udah banyak juga yg merekomendasikan. Saya juga udah baca reviewnya. Soalnya katanya buku tersebut banyak pelajaran hidupnya. Lagipula saya selang-seling klo baca. Habis baca fiksi, maka selanjutnya non fiksi dan begitu seterusnya πŸ˜€

          Suka

        3. eh ada wawa di sini πŸ˜€

          salam kenal mas shiq4. nemu postingan ini di trackback blog saya. soal ketidak familiaran tentang tali-temali, teknik menangkap ikan, dsb santiago, saya sepakat. kita sama. saya juga kurang bisa membayangkan secara visual. mungkin perlu saya cek di google kali saja ada video nya yah πŸ˜€ salam kenal ^^

          Disukai oleh 1 orang

  2. Waaah.. ini salah satu buku favorit saya jaman SMA Mas Shiq, dulu sudah pernah baca pinjam di perpus. Entah kenapa ceritanya masih membekas sampai sekarang, dulu sampulnya belum berwarna gitu.. mungkin karena masih edisi lawas.

    Suka

    1. Saya googling memang ada beberapa versi sampulnya. Saya merasa beruntung ketemu buku ini. Lumayan untuk dipelajari. Klo di masa SMA dulu, saya paling suka Dan Brown dan 7 habits. Cuma kok saya sudah lupa ya isinya ha ha ha….. πŸ˜€

      Suka

  3. Buku yang sangat terkenal, saya pernah nonton sebuah film yang karakter utamanya suka membaca buku ini.

    Saya sendiri belum sempat baca meski udah punya bukunya.

    Suka

    1. Ayo dibaca mas firman. Saya pingin tahu pendapat pembaca yg lain. Mungkin bisa memberitahu saya kelebihan bukunya biar saya fokus ke kelebihannya. Soalnya klo menyangkut sastra saya benar2 payah πŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

  4. Kasihan sekali pak Santiago ini :((
    Tapi lumayan juga buku ini setebal 145 halaman dan hanya bercerita mengenai beliau seorang. Wah wah.

    Aku posting di blog cuma dikit aja ae isinya ke sana kemari membawa alamat. Jeng jeng.. πŸ˜‚

    Suka

    1. Sekarang aku tahu bahwa suci termasuk penggemar ayu ting-ting πŸ˜€

      Iya bukunya cerita tentang lelaki tua doang. Ini bagus bukunya, sangat deskriptif. Cuma ketika saya membayangkan, banyak gambar kaburnnya. πŸ˜€

      Suka

  5. Wah saya juga punya novel ini.. saya sempat membacanya, namun di tengah jalan saya sudah merasa bosan karena alur ceritanya saya tidak terlalu suka hahahaha. Mungkin karena saya lebih sering membaca novel genre fantasi jadi ketika membaca novel ini saya kurang bisa mendapatkan kepuasan yang biasa saya dapat ketika membaca novel genre fantasi. Mungkin nanti saya coba baca lagi deh yaa novel ini XD

    Suka

  6. Waw, Ernest Hemingway, penulis sastra yg oke punya.

    Ulsan mas Shiq4 bagus skli.
    Sy jg suka dg pesan/ pljran sprti yg mas Shiq4 tulis ttg klau berjanji atau bernazar kpd Tuhan itu harus ditepati..and that must be so.

    Suka

  7. Membaca jalan ceritanya serta setting cerita mengingatkan saya pada film in the heart of the sea, di mana manusia melawan ikan buruannya. Nice review. Kadangkala emang perlu membaca karya sastra lama biar kita tidak terbawa arus karya zaman sekarang mas.

    Suka

    1. Soalnya ini buku memenangkan penghargaan nobel sastra di tahun 1950-an. Jadi berasa banget antusiasnya. Lumayanlah buat mencuri-curi teknik menulisnya πŸ˜€

      Disukai oleh 1 orang

        1. Sayanya yg gak bisa sering-sering update ha ha ha…. habisnya laptopnya hang lagi. Jadi bacanya mesti lewat hp. Ini mau membiasakan diri πŸ˜€

          Suka

Komentar ditutup.