Suatu siang, setelah Udin mandi di sungai dengan teman-temannya, di dalam perjalanan pulang, Udin melintasi perkebunan tebu di sekitar sungai sendirian.
Tiba-Tiba Udin mendapatkan wangsit brilian setelah melihat bapak separuh baya memanen tebu-tebu.
Udin merasa beruntung, ketika udara panas, ia mungkin dapat menikmati tebu-tebu yang manis. Maka Udin memberanikan diri untuk meminta tebu kepada bapak-bapak yang ia lihat.
“Pak boleh saya minta tebunya?” Kata Udin dengan sopan.
si bapak berhenti sejenak, “Ambil saja sebanyak yang kaubutuhkan.”, lalu menyerahkan golok besar kepada Udin.
Bagi Udin yang baru berusia 10 tahun, golok yang didapatnya cukup berat. Meskipun awalnya kesusahan, akhirnya Udin mampu menebang beberapa batang tebu dan mengumpulkan tebu sebanyak yang mampu ia angkut karena bapak tersebut mengatakan ‘Ambil sebanyak yang kau butuhkan’.
Setelah menebang sekitar 10 atau 20 batang tebu, Udin mengembalikan golok itu ke bapak yang sedang beristirahat sambil memakan sebatang tebu.
“Tidak mau mencoba makan di sini dulu?” Bapak itu menerima golok dari Udin.
“Tapi saya tidak bisa mengupasnya pak. Biar nanti di rumah saja dan minta tolong Ibu.” Udin beralasan karena merasa sungkan.
“Sini biar bapak kupaskan”, Si bapak berdiri, mengambil sebatang tebu yang sudah menjadi milik udin, dan mengupas tebu.
Setelah berhasil, bapak itu juga berbaik hati memotong tanpa “terpotong” sehingga Udin bisa memotong tebu dengan tangannya ketika hendak memakannya.
“Terima kasih ya… Pak” Kata Udin meskipun sebenarnya ia ingin cepat-cepat pulang. Namun karena sekarang ia memiliki tebu yang siap makan, Udin menunda kepulangannya.
“Santai saja dulu di sini, bapak mau mengakut tebu-tebu ini.” si bapak kemudian mengangkat begitu banyak tebu dan meninggalkan Udin seorang diri.
Ketika sedang menikmati manisnya tebu dan bersantai, tiba-tiba datang seorang bapak berteriak ‘maling-maling’ sambil berlari menuju ke arah Udin.
“Hei masih kecil udah berani maling” Pak Ahmad menggunakan nada yang agak kencang agar anak kecil dihadapannya takut.
Karena tidak merasa bersalah, Udin dengan santai menjawab, “Saya bukan maling pak, tadi sudah minta sama pemiliknya!”
“Memang siapa pemiliknya?” Pak Ahmad merasa keheranan sekaligus bingung dengan keterangan Udin.
“Tadi ada bapak-bapak yang memanen tebu di sini dan saya sudah minta ijin, katanya saya boleh mengambil sebanyak yang saya inginkan.”
Pak Ahmad masih kebingungan mencerna penjelasan Udin, namun sebelum ia paham, Udin sudah berpamitan pulang sambil membawa tebu-tebu dengan sempoyongan.
Akhirnya pak Ahmad tertawa sendirian. Karena ia selaku pemilik kebun tebun baru menyadari bahwa tebunya telah dicuri oleh dua orang. Dan ia tertawa karena salah satu diantaranya benar-benar tidak sadar apa yang telah dilakukannya.TAMAT.
Haha…lucu skligus bikes (bikin kesel). Lucu mlihat Udin si bocah polos itu, kesel melihat 2 bapak itu. Satunya karena tega, terhadap seorang anak lagi, dan satunya lagi (pak Ahmad) karena kebunnya gak terjaga dg baik dan sembarang menuduh. Tp sy jg merasa konyol dg pak Ahmad ini yg hanya tertawa stlah menyadarinya, haha…
Jadi, siapa yg pencuri? šš
SukaSuka
Klo dikampung-kampung nggak dijaga mas desfortin kebunnya. Dulu waktu masih kecil saya suka bermain di tepi sungai dan minta tebu sama orang. Eh nggak tahunya pernah dikira maling ha ha ha…. padahal saya kira udah minta sama yg punya š
SukaDisukai oleh 1 orang
Itu semua nama bneran ya, mas?š
SukaSuka
Ya bukan mas desfortin, hanya ngarang berdasarkan kejadian yg saya alami dulu š
SukaDisukai oleh 1 orang
Hehehe.. Udin ini polos apa cerdik ya. Melihat dari caranya pulang ia sepertinya sudah menyadari siapa sebenarnya pemiliknya. Masih beruntung pak Ahmad sepertinya bukan orang yang temperamental dan main hajar saja. š
endingnya di luar dugaan.
SukaSuka
š ahaha..
SukaDisukai oleh 1 orang
He he he…. š
SukaSuka
Udin udin …. Bisa main ke runah klu mo makan tebu. Halal wes …hihi
SukaSuka
Begitulah si udin ha ha ha….
SukaSuka