Sebuah Masalah : Mengenai Mood Menulis yang Jelek

Sumber gambar : wisebread.com

Hampir 30 bulan menggeluti hobi menulis tanpa hambatan apapun, beberapa hari terakhir aku mulai menemui masalah.

Karena pergeseran waktu menulis yang disebabkan kesibukan, yang awalnya pukul 6 sore, kini berubah menjadi di atas pukul 9 malam.

Mood menulisku jelek. Perasaanku tidak nyaman. Dan tentu saja, kupikir akan bijaksana untuk menunda kegiatan menulis sampai moodku membaik dalam beberapa jam kemudian.

Kupikir semua berjalan sesuai rencana, tapi lama-kelamaan, aku diserang rasa malas karena jam menulis bertabrakan dengan jam membaca. Belum lagi mentalku yang merasa bahwa menulis di malam hari membuatku begitu kewalahan dan tergesa-gesa. 

Menurut catatanku, aku pernah sekali kalah oleh rasa malas karena tidak berhasil menyelesaikan sebuah tulisan.

Ternyata level menulisku masih rendah. Kata Moh. Faizal Adhim :

“Para pemalas menggunakan mood sebagai alasan untuk tidak bertindak. Para idealis mengendalikan mood untuk menghalau kemalasan.”

Atau kutipan dari Writing-World :

“Jika Anda mempercayai bahwa Anda harus menunggu mood yang tepat datang untuk menulis, Anda tidak akan pernah berhasil.”

Aku tertampar. Buktinya aku mengalami satu kali kekalahan. Juga kenyataan bahwa semakin hari, aku semakin memaklumi penundaan selama beberapa jam sampai merasa mendapatkan mood yang tepat untuk mulai menggoreskan tinta.

Sebuah Makna : Penulis Harus Menulis

Aku begitu menyukai kalimat “Penulis harus menulis“.

Aku sering menyisipkannya dalam karya-karyaku. Kupikir, maknanya adalah tugas penulis adalah terus menulis dan menghasilkan karya. Jika tidak, maka gelar sebagai penulis akan hilang.

Aku merasa telah melaksanakan kata-kata ajaib milik Jeff Goins tersebut. Hampir setiap hari aku menulis. Dan ternyata ada makna yang lebih dalam lagi berdasarkan pengalaman serangan tidak mood selama beberapa hari terakhir dan kekalahan yang kualami.

Tugas penulis adalah terus menulis. Bahkan dalam kondisi apapun. Tidak peduli betapa banyak rintangan yang menghadang, maka penulis harus menempatkan pantat di tempat duduk ketika jam menulis tiba dan mulai menuliskan sesuatu, seremeh apapun tulisan itu.

Tidak ada alasan. Tidak ada pengeculian. Penulis harus disiplin. Itu jika ingin menghasilkan tulisan-tulisan bagus dan mempertahankan insting menulis yang sudah ada.

Monster yang Sesungguhnya

Kupikir penundaan bukan masalah serius. Ketika jam menulis telah tiba, dan aku mendapati diri dalam mood yang jelek, maka kuputuskan untuk menundanya sesaat sampai aku benar-benar siap berhadapan dengan halaman putih kosong.

Kuhabiskan waktu untuk merokok atau tidur-tiduran. Atau pergi ke kamar adik perempuanku dan mengajak mereka membeli makanan atau minuman kesukaan mereka. Setelah semuanya selesai, moodku tidak kunjung membaik. Jadi, aku melakukan beberapa hal lain seperti berpikir tentang bacaanku atau browsing menjelajahi internet untuk membaca.

Lalu setelah aku merasa mendapat angin (mood menulis kembali), maka aku langsung menyalakan laptop dan mulai merangkai kata. 

Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana, aku merasa dikejar-kejar waktu dan terlalu terburu-buru dalam menyelesaikan tulisan. 

Meskipun aku mampu menyelesaikan tulisan tepat waktu, tapi aku merasa ada penurunan kualitas. Jadi, aku menganggap penundaan adalah masalah besar.

Belum lagi karena kejadiaan yang tidak terduga. Gara-Gara penundaan, aku pernah absen tidak mengupdate blogku. Aku berhenti menulis ketika masih separuh jalan dalam menyelesaikan “7 Tips untuk Penderita Skizofrenia” dan menyerah kalah dengan keadaan.

Berkaca dari beberapa kejadian tersebut, hal remeh seperti penundaan adalah monster sesungguhnya bagi penulis. Oleh karena itu, aku akan belajar untuk tidak lagi menunda-nunda jika jam smartphone menunjukkan waktu menulis telah tiba. Sekali saja melakukannya, maka akan lebih mudah melakukannya lagi di hari-hari berikutnya.

“Hari ini menunda 30 menit. Besok akan menunda 120 menit. Lusa akan menunda 180 menit. Dan siapa pun pasti akan berani bertaruh bahwa Anda akan memaklumi diri sendiri sekalipun melewatkan jadwal-jadwal menulis yang Anda susun sendiri.

Menulis Butuh Kegigihan

Sangat penting menjaga pikiran dan perasaan menyenangkan saat menulis. Baru kali ini aku merasa tertekan sebagai penulis. Mood jelek benar-benar mampu mengubah perasaan senang ketika menulis menjadi beban tersendiri.

Mungkin inilah saat dimana kegigihan dibutuhkan. Meskipun dalam situasi yang berbeda, tapi dulu aku pernah merasakan tekanan yang hampir mirip ketika mengikuti tantangan menulis di bulan Februari 2017.

Karena aku terbiasa menulis sesuka hati, ketika ada tantangan menulis yang mengharuskan mengerjakan topik-topik tertentu, aku sempat minder dan tertekan karena tidak ada motivasi uang di dalamnya. Untunglah aku berhasil menyelesaikannya.

Dan kini, perasaan tertekan muncul lagi dalam sosok yang berbeda, mood menulis yang jelek. Tapi aku tetap yakin akan mampu melewatinya. Sebagai penulis yang berkeyakinan menulis itu tidak butuh bakat, aku menganggap mood jelek sebagai tantangan yang harus ditaklukan.

Mungkin kualitas tulisan akan turun selama beberapa waktu. Namun setelah aku berhasil menguasai seni menulis lebih jauh lagi, kurasa mood jelek tidak akan menjadi penghalang bagi impianku untuk menjadi penulis buku di masa depan.

Lalu, apakah Anda pernah mengalami mood jelek ketika menulis? Apa yang Anda lakukan? Bagikan di kotak komentar.

15 tanggapan untuk “Sebuah Masalah : Mengenai Mood Menulis yang Jelek

  1. Saya rasa mungkin belum pernah, karena kalo badmood iya mending aku gausah nulis. Ha.

    Mungkin kalo mood nya lagi melankolis keluarnya puisi/cerita yg agak di baper”in. Kalo mood lagi kritis keluarnya artikel tentang hukum. Kalo moodnya lagi asyik keluarnya artikel entertain. Yagitudeh. Masuk akal lah iya. Yeah.

    Suka

    1. Berarti arika nulisnya spontanitas gitu? Wah hebat. Klo saya mesti buat mikirin dulu mau nulis apa, trus bisa nggak diangkat, klo terlihat bagus baru mulai menulis. Klo spontanitas ujung-ujung bingung sendiri mau nulis apa saya ha ha ha….. 😀

      Suka

  2. Pernah mas..
    Kalo saya sih belum pernah menjadwalkan nulis (dan berhasil).. Tapi saya pengen satu hari satu tulisan (dan ga selalu terlaksana)..

    Memang menulis itu harus rutin kalo nggak kualitasnya akan menurun.. Tapi aku sendiri ga begitu memaksakannya krna emang tuntutanku nggak seperti mas ke diri mas..

    Biasanya aku ga mood nulis itu kalo terlalu lama di rumah. Ntah kenapa, kalo udh ilang mood dan dibawa jalan atau ketemu teman, pulangnya ide dan semangat dateng lagi.. Malah banyak banget yang mau dituliskan (walau remeh2 sih)..

    Jd yaa caraku mengatasi masalah mood ini dgn membaca buku atau tulisan orang sehingga termotivasi utk nulis jg.. Bertemu orang2 dan berdiskusi atau memperhatikan lingkungan sekitar saat jalan2 (pulangnya jd terinspirasi utk nulis diari)..

    Suka

    1. Saya juarang mbak jalan keluar atau ketemu teman buat nyari inspirasi. Soalnya hati gak bisa tenang klo gak punya gambaran kasar mengenai apa yang ingin ditulis.

      Saya sendiri maunya tahun ini fokus ke konten dulu mbak. Jadi mesti nulis tiap hari sampai tahun 2017-berlalu.

      Tapi klo membaca buku dan membaca tulisan orang, saya rutin melakukannya setiap hari agar pikiran lebih terasah dalam menggali ide-ide dan mampu mengeksekusinya 😀

      Disukai oleh 1 orang

  3. Jujur saya sering banget ngalamin ini mas. Terutama sejak saya bikin jadwal menulis 3 hari sekali.
    Saya rasa ini normal dan pernah dialami penulis manapun. Terlebih dalam beberapa bulan terakhir mas shiq4 selalu update tiap hari, bahkan seingat saya pernah dua postingan dalam sehari.

    Menurut saya seorang penulis memang harus menulis setiap hari, tetapi ia tak harus memposting tulisannya setiap hari. Apalagi kalau sedang dalam mood yang kurang baik, lebih baik ditunda dulu untuk diedit dan diposting di lain waktu.
    Kayaknya perlu juga membuat “postingan cadangan” yang bisa dipakai di saat-saat seperti ini.
    Tapi nggak tahu juga sih, soalnya saya juga belum pernah nyobain nulis setiap hari,hehehe
    Yang jelas saya yakin kalau sedang dalam mood yang ok, mas shiq4 bisa menghasilkan 2 atau 3 artikel bagus dalam sehari. Dari situ mungkin mas akan mendapatkan banyak cadangan tulisan.

    Suka

    1. Dulu sebenarnya saya selalu punya cadangan mas firman. Tapi setelah jadwal menulis berubah, akhirnya harus penyesuaian lagi dan memakai sistem tulish langsung publish.

      Soalnya tahun ini mau menantang diri sendiri one day one post sampai akhir tahun. Pingin ngrasain aja. Jadi, sebisa mungkin saya update setiap hari.

      Sedangkan menghasilkan 2-3 artikel rasanya tidak bisa mas firman. Selain karena di musim panas banyak kesibukkan di pasar, saya tidak punya banyak waktu untuk mencari referensi lainnya. Buat satu postingan saja butuh begitu banyak bacaan untuk menyeleksi mana yg cocok dimasukkan dalam postinga. 😀

      Disukai oleh 1 orang

  4. Mood yg jelek? Sy ndak tahu, yg saya tahu sy msh mnjdi pnulis yg payah, 😂😂
    Mksudnya tdk bs slncar mas Shiq4 atau siapapun yg suka posting blog tiap hri, yg jls sy ttp nulis tp gak bs lngsung diposting, mkanya sjak 2017 sy komit utk posting seminggu skli (stlah 7 hri). Jdwal itu msh sy patuhi smpe detik ini. Jadi, sy tdk mau memaksakan diri atau menyiksa diri memposting blog tiap hri krn sy memang blm mampu. Nah, klau mas Shiq4 krn udah terbiasa nulis tiap hri gak ap2, krn Anda memang mampu.

    Tp stiap kli sy bca tulisan Anda, sekalipun itu Anda blng lg gak mood atau not in good mood, tp tulisan Anda ttp terasa begitu ok bg saya. Wlaupun sy sdar, dari setiap yg tampak bgus biasanya di belakangnya trdpt pengorbanan2..baik fisik maupun mental.

    Trimksih buat sharenya mas trmsuk kutipan2nya yg hbat dari para pnulis hbat itu.

    Suka

    1. Nanti juga akan terasah mas desfortin skill menulisnya.

      Sebenarnya saya sendiri banyak tahu kekurangan tulisan2 saya, hanya saja masih kurang bisa membagi waktu. Ada banyak teori menulis yg bisa diaplikasikan, cuma saya rada malas melakukan editing. Mungkin tahun depan baru belajar lagi karena tahun depan rencananya tidak akan posting setiap hari.

      Klo pengorbanan, saya tidak terlalu banyak sih. Pling harus banyak membaca agar bisa memahami topik tulisan saja dan harus rajin2 berselancar di internet untuk menemukan bahan yg cocok. 😀

      Disukai oleh 1 orang

  5. Padahal biasanya kalau saya jam jam malam itu yang banyak inspirasi. Hehe. Dulu waktu saya ikut tantangan #30HariMenulisdiBulanRamadhan , rasanya kalau belum nulis hari itu pasti tidurnua tidak nyenyak. Ada yang mengganjal dan harus diselesaikan. Apa ya kak? Semacam janji untuk diri sendiri, dan kalau tidak menulis rasa bersalah pasti hadir. Entah hanya tulisan curhatan bahkan quote, yang penting menulis .. Hehe

    Disukai oleh 1 orang

    1. Klo ikut tantangan memang seperti itu. Ketika saya ikut tantangan dulu bawaanya malas terus dan pikiran stuck. Tapi pada akhirnya dapat selesai dengan baik.

      Saya nggak bisa nulis di jam2 malam karena itu merupakan jadwal membaca buku saya 😀

      Disukai oleh 1 orang

Komentar ditutup.