Perkembangan Kucing Kampung di Rumah

Perkembangan kucing di rumah

Masih ingat dengan kucing tidak sopan yang melahirkan di rumahku beberapa waktu lalu? Sekarang ke-3 anaknya telah tumbuh besar dan sudah bisa bermain di sekitar rumah.

Masalah yang agak mengkhawatirkan adalah induk kucing yang mogok makan selama beberapa hari pasca melahirkan. Ia tidak mau makan apapun. Segala macam makanan ia tolak, termasuk daging sapi dan daging ikan. Lalu pernah juga kucoba memberikan makanan kucing dari toko, tapi kucing tersebut tetap tidak mau makan.

Saat itu aku benar-benar takut. Meski sebenarnya aku tidak punya ikatan apapun dengan kucing tersebut, tapi aku merasa kasihan dengan anak-anaknya. Kalau induknya tidak makan, mungkin saja air susunya tidak lagi keluar sehingga anak-anak kucing pun akan mati kelaparan.

Sempat berpikir bahwa induk kucing sakit dan akan mati. Mungkin karena infeksi sehabis melahirkan. Untung itu hanya pikiran negatif yang tidak pernah menjadi nyata. Beberapa hari kemudian induk kucing mulai makan lagi. Entah mengapa aku senang melihatnya mau makan, itu berarti ia akan sehat dan anak-anaknya akan baik-baik saja.

Masalah Nama

Sebenarnya dulu kami sekeluarga sering memberi nama kucing yang mampir ke rumah. Tapi karena beberapa bulan terakhir jumlah kucing yang berkunjung terlalu banyak, tidak ada seorang pun yang mampu mengidetifikasi kucing dengan baik. Aku pun termasuk di dalamnya. Sampai akhirnya sekarang hanya ada seekor kucing betina yang melahirkan 3 ekor anak saja.

Secara kebetulan, kucing kampung lain sudah jarang berkunjung ke rumah lagi. Mungkin kucing yang di rumah sudah menandai daerah kekuasaannya dengan air seninya sehingga tidak ada lagi kucing lain yang masuk rumah kami. Jadi, kami bisa fokus memberi makan satu kucing saja.

Tapi aku sendiri tidak menganggapnya sebagai peliharaan. Ia bisa pergi kapan pun ia menginginkannya.

Pernah juga sekali kulihat kucing ini memboyong anak-anaknya ke tempat lain. Dan kupikir saat itu kucing tersebut telah menemukan tempat yang lebih aman dibanding dengan rumah kami. Namun tak berapa lama kemudian kucing itu kembali memboyong anak-anaknya ke dapur kami. Dan sampai sekarang, mereka hidup dengan tenang di dapur.

Sampai saat ini, kucing itu masih tidak punya nama. Kami hanya memanggilnya “Kucing”. Dan sepertinya ia mengerti ketika aku memanggil, “Cing…Kucing….” untuk memberi makan. Aku tidak peduli dengan estetika, yang jelas nama kucing itu adalah “Kucing”.

Sementara 3 anak kucing kuberi nama Arin, Irin, dan Orin. Berikut adalah penampakannya :

Perkembangan anak kucing
Yang ini namanya Arin

Anak-Anak kucing usia 3-4 minggu
Yang ini namanya Irin

Perkembangan kucing-kucing kampung
Yang ini namanya Orin

Tidak Ada yang Merawat Kucing

Biar pun sudah tinggal lebih dari 30 hari di rumah, sebenarnya tidak ada perlakuan khusus bagi kucing-kucing tersebut. Saya hanya bisa memastikan bahwa kucing tersebut tidak kelaparan saja. Kalau untuk membersihkan atau memandikan atau lain sebagiannya, saya sendiri tidak terlalu peduli.

Induk kucing biasanya pergi keluar rumah. Entah kemana. Tapi sepertinya akhir-akhir ini ia tidak kemana-kemana dan hanya berada di sekitar rumah saja.

Untuk anak-anak kucing, ada banyak pasir di halaman depan. Atau halaman belakang rumah yang luas untuk ukuran anak-anak kucing.

Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana kelanjutan kucing-kucing tersebut. Seandainya mereka tetap tinggal di rumah, maka saya pasti memberi makan secara teratur. Kalau pun mereka pergi dan menemukan majikan yang lebih peduli, juga tidak apa-apa. Lagipula memang kucing tidak punya kesetiaan tinggi sebagaimana anjing. Apalagi kucing ini baru menetap di rumah. Jadi, kali ini saya sudah siap kalau kucing-kucing itu pergi begitu saja sebagaimana kucing-kucing terdahulu.

Berandai-andai Tentang Masa Depan Kucing

Mengingat pengalaman di masa lalu betapa sulitnya mengatur kucing untuk tidak muntah atau kencing di dalam rumah, saya agak pesimis bahwa kucing-kucing baru ini akan bisa dilatih. Tapi sejauh ini mereka hanya berada di dapur saja.

Dapur dirumahku berada di luar rumah, tepat berada di pintu belakang yang mengarah ke halaman belakang. Selain cocok untuk tempat kucing karena tidak sampai masuk rumah dan terlindung dari panas dan dingin, dapur punya pintu terbuka sehingga kapan pun kucing itu mau kencing atau buang kotoran, kucing tersebut bisa menuju ke halaman belakang atau pasir-pasir di depan rumah.

Yang boleh masuk ke rumah cuma induk kucing saja. Kalau anak-anak kucing hanya boleh di siang hari. Kalau malam mereka harus dikeluarkan dari rumah. Begitu aturan yang diterapkan oleh ibu agar kucing-kucing tersebut tetap menjaga kelakukannya.

Kalau boleh berandai-andai, hidup kucing bisa mencapai lebih dari 7 tahun. Jika anak-anak kucing itu tidak nakal dan tinggal selama itu di rumah, maka pasti rasanya menyenangkan. Mungkin secara emosi saya akan merasa sayang dan mengasihi kucing-kucing itu. Dan tentu saja, akan bisa digunakan sebagai postingan berseri tentang kucing.

Tapi saya juga harus realistis. Kucing kampung suka berpetualang. Ketika mereka sudah tumbuh dewasa, mungkin mereka akan meninggalkan rumah. Begitu pula si induk, ketika anak-anaknya sudah dewasa, ia juga mungkin akan kembali berpetualang dan meninggalkan rumah kami.

Jadi, kita lihat saja nanti kelanjutan cerita dari kucing-kucing kampung tersebut.

Apakakah ada yang memelihara kucing kampung? Mengapa melakukannya? Bagikan di kotak komentar.

25 tanggapan untuk “Perkembangan Kucing Kampung di Rumah

  1. Saya sendiri, kalau inisiatifnya dari saya, gak pernah. Selama ini, selain isteri, anak saya yg suka melihara kucing kampung di rumah.

    Hanya, saya cukup suka ada kucing di rumah, soalnya tikus2 nkal ga brani tinggal di rumah kmi, hee…

    Keren ya mas Shiq4 nama2 anak kucingnya. Saya jadi ingat bbrp thun lalu istri saya melihara anjing, dan namanya selalu dg inisial “B”, misal Bela, Bolo, Boni, Buddy, Boli.

    Bagi pecinta hewan, entah kucing atau anjing, psti sngat mnyenangkan.

    Suka

    1. Namanya merupakan permintaan bloger cewek Arin atau rissaid itu loh. Jadi saya kasih nama begitu. Sedangkan sisanya cuma mengikuti nama pertama biar saya mudah mengingatnya.

      Disukai oleh 1 orang

  2. Masalahnya kucing kalau beranak suka banyak dan ditinggalin sih, jadinya makin banyak kucing-kucing liar. Kadang suka kasihan juga kalau ngeliat kucing-kucing kampung yang tidak terawat, mereka tak seberuntung kucing-kucing peliharaan orang kaya yang dikasih makan bergizi 3 kali sehari. 😦

    Suka

    1. Ha ha ha kucing kampung biat begitu kuat dan sehat kok. Cuma memanv penampakannya agak kotor karena suka main di pasir dan tanah. Saya ngasih makam tulang, ikan, dan nasi. Klo punya uang saya belikan makanan di toko kucing.

      Disukai oleh 1 orang

      1. Tumbuh di jalanan mungkin bikin mereka kuat.

        Jangan sering-sering beliin makanan kucing mas. Apalagi kalau kucingnya ada banyak.

        Saya pernah lihat ada harga makanan kucing yang lebih mahal dari biaya saya sekali makan di warung.😂

        Disukai oleh 1 orang

        1. Harganya 10 ribu per bungkus. Bisa sampai seminggu. Ngasih makan sekali sehari diselingi makanan ikan yg dicampur nasi dan tulang-tulang.

          Disukai oleh 1 orang

  3. Pernah dulu ada kucing melahirkan di loteng, namun sayang nyawanya tak terselamatkan. Jenazahnya dievakuasi tim gabungan setelah beberapa hari. Memang sepertinya loteng merupakan tempat favorit kucing. Belakangan ini selalu saja ada suara gaduh dari sana. 👻

    Disukai oleh 1 orang

  4. Di rumah ada dua kucing kampung yang tiap hari mampir untuk minta makan. Dan utk waktu makannya sudah terjadwal, mereka seakan tau jika Bapak/Ibuku akan memberi mereka makan di waktu pagi (habis shalat subuh) dan sore hari (selepas ashar). Sisa waktunya dua kucing kampung ini pergi entah kemana dan akan selalu balik ke rumahku pagi dan sore hari 😄 kami nggak memeliharanya dan memang kucing kampung ini sama sekali tidak boleh masuk rumah (mencegah bulu-bulunya rontok dan mengotori seisi rumah, buang kotoran atau muntah sembarangan). Yg rajin kasih makan memang Bapak dan ibu, katanya sih Karena kasihan. Karena keseringan main ke rumah kucingnya saya panggil mengmeng 😅
    Btw mas shiqa, itu baby catnya lucu-lucu yaa. Gedean dikit mereka pasti pergi merantau 😄

    Suka

    1. Klo kasian sih saya nggak, ca memang ibu biasanya punya persediaan ikan dan ayam. Nah daripada dibuang, tulang-tulangnya dikasih ke kucing. Iya…. Gedean dikit bakalan pergi kayaknya nih kucing ehe he he……

      Disukai oleh 1 orang

  5. Mas Shiq saya suka posenya Irin, mata beningnya penuh tatap harapan 🙂

    dirumah saya tetap tidak boleh ada kucing 😦 Jadi tidak punya cerita kucing. tapi saya tetap suka ngeliat kucing-kucing dijalan atau dimanapun.

    Suka

  6. Saat dia kembali memboyong anak-anaknya ke rumah mas shiq lagi, itu kan tandanya sudah menganggap rumah mas shiq sebagi rumahnya juga. Saya yakin kucing2 itu akan tetap menjadi bagian dari mas shiq dan lama-mas Shiq4 akan semakin menyayanginya.
    Btw…arin, irin, dan orin manis2 semua, salam untuk mereka ya mas shiq4 he..he..he..

    Suka

    1. Iya nih masih belum terikat secara emosi. Nanti juga sayang sendiri kayaknya. Masih 1 bulanan tinggal di rumah. Tapi beneran cepet gede ya anak-anak kucing itu he he he…..

      Disukai oleh 1 orang

  7. yang jelas, kucing juga bisa memberikan kita pelajaran berharga, melatih kesabaran…he he kadang kita emosi menghadapi kucing yang membuang air kecil di sembarang tempat. Ketika kita sadar bahwa mereka adalah binatang……..bukan manusia……….maaf.

    Suka

    1. Ha ha ha…. Kucing buang air untuk menandai daerah kekuasaanya. Makanya selama di luar rumah punya tempat luas untuk bermain gak bakalan kencing di rumah kayaknya.

      Suka

Komentar ditutup.