Hari ke-30 : Tanpa Rasa Bersalah di Masa Kecil

Anak Kecil tidak merasa bersalahSumber gambar : Buddhazine.com

Anak kecil tidak pernah berdosa. Bahkan ketika mereka melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Berbicara mengenai ketiadaan rasa bersalah karena ketidaktahuan di masa kecil, maka itu pasti ketika mengambil mangga di kebun-kebun milik orang lain.

Saya hidup di daerah pedesaan ketika berumur 7 atau 8 tahun. Di masa itu makanan gratis yang sering dimakan anak-anak desa pada umumnya adalah buah mangga. Mengingat betapa banyaknya kebun mangga di lingkungan kami, mendapatkan buah mangga bukan sesuatu yang sulit. Hanya butuh kesabaran dan lari yang cepat agar bisa menjadi yang pertama menemukan dan mengambil mangga jatuh.

Dalam kepercayaan anak-anak kecil, buah yang jatuh dengan sendirinya boleh dimiliki oleh yang pertama kali menemukannya. Bahkan meskipun tanpa minta ijin kepada pemilik kebun. Tapi tetap dilarang melempar batu atau menggunakan galah (mengambil secara sengaja) karena itu termasuk perbuatan mencuri.

Perbedaan semacam itu merupakan garis pembatas antara โ€œmencuri dan menemukanโ€ diantara anak-anak desa. Dan aturan tersebut tetap berlaku sampai kami dewasa dan mengetahui bahwa meskipun buah mangga jatuh dengan sendirinya, kami tetap harus minta ijin kepada pemilik kebun.

Biasanya di saat hujan lebat dan banyak angin, itu merupakan saat terbaik untuk berburu mangga. Anak-Anak kecil menjelajahi semua kebun mangga yang ada di tengah guyuran hujan. Kadang-Kadang ada yang bernasib malang dan berakhir gatal-gatal karena terkena bulu ulat. Maklum saja, kebunnya begitu belukar dan ditumbuhi berbagai macam tanaman sehingga mudah menyebabkan gatal-gatal. Tapi ada kegembiraan ketika berhasil menemukan mangga yang matang. Semacam kebanggaan untuk dipamerkan kepada teman-teman lainnya.

Di lain waktu kami hanya duduk-duduk saja di kebun mangga yang luas. Begitu ada mangga yang jatuh, kami berebutan. Anak yang posisinya paling dekat dengan mangga jatuh yang akan beruntung mendapatkannya. Namun faktor lari cepat juga mempengaruhi. Jadi, adu lari menuju tempat mangga jatuh adalah permainan yang sering dimainkan.

Entah mengapa hal-hal semacam itu membawa kesenangan tersendiri. Walaupun kadang-kadang keadaan benar-benar tidak adil. Ada yang mendapatkan begitu banyak mangga, sementara ada anak lain yang tidak mendapatkan satu pun mangga. Tapi begitulah permainannya. Dan di masa itu tidak ada yang paham tentang konsep keadilan yang sebenarnya.

Permainan semacam itu sering dimenangkan oleh anak-anak yang lebih besar. Sedangkan anak-anak kecil semacam saya dan teman-teman hanya sebagai pengembira saja. Kami seolah mengikuti permainan yang tidak mungkin dimenangkan. Hanya saja faktor kesenangan yang entah darimana selalu hadir membuat kami tetap mau mengikuti permainan. Dan tidak ada rasa sedih sedikit pun meski sering menderita kekalahan dan tidak mendapatkan mangga.

Ada satu cara yang sering saya gunakan untuk mendapatkan buah mangga. Ini merupakan rahasia yang saya dapatkan dari anak-anak besar. Mereka mengajak ke kebun-kebun mangga rahasia. Dengan syarat tidak boleh memberitahu anak-anak lainnya. Karena sepi, peluang menemukan mangga yang tergeletak begitu besar. Dan benar saja, anak seusia saya sering menemukan mangga sebelum ada orang lain yang mengambilnya.

Ya… semua anak punya rahasia masing-masing. Di masa itu tidak ada yang pernah tahu adanya kemungkinan bahwa sebenarnya tidak pernah ada sesuatu yang disebut dengan rahasia. Karena tempat rahasia sangat mudah ditemukan. Hanya saja jaraknya cukup jauh bagi ukuran anak kecil di masa itu.

Apakah Anda pernah punya perasaan tidak bersalah karena ketidaktahuan dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan? Bagikan di kotak komentar.

Iklan

19 tanggapan untuk “Hari ke-30 : Tanpa Rasa Bersalah di Masa Kecil

  1. kalu aku bukan masih kecil, saat SMA juga kadang ngeronda tiap malam nyari mangga.wkwkwkw
    apalagi pas bulan puasa..
    aku lebih banyak begadang tiap malam..
    ya gitu, kalau gak main catur, setelah capek, cari makanan dari alam yang ada, wkwkwk
    walaupun ada pemiliknya, entar saat lebaran, kita minta maaf pada orangnya.. hahaha

    Suka

      1. kan gedenya masih ababil mas, lah wong zaman SMA..
        bukan hanya itu saja, dulu saat hobby mancing di sungai, aku ngambil singkong atau jagung dan di bakar di pinggir sungai sambil nungguin ikan makan umpannya

        Disukai oleh 1 orang

  2. Jadi inget jaman SD saya sering diam-diam metikin Jagung di kebun orang. Sekarang baru ngerasa bersalah, padahal dulu sebenarnya kalau pas ada orangnya pasti dikasih.

    Suka

  3. Haha..terkesan sama mangga ni ceritanya. Klo sy ada bbrapa mas. Di masa llu sy trmasuk yg nkal. Tapi btul sprti kata Cinta1668, agak rahasia sih. Malu nyeritainnya. Dan saya menyesali smuanya.

    Tapi begitulah anak kecil. Polos, apa adanya.

    Suka

  4. pasti pernah XD saya pernah menyimpan rasa bersalah karena melakukan sebuah hal yang tidak seharusnya dilakukan… dan itu bener-bener bikin stress sendiri hahaha. Takut ketahuan ๐Ÿ˜€ Walau pada akhirnya saya jujur juga sih karena tidak tahan menyimpannya
    Duh jadi kepengen makan mangga deh XD

    Suka

  5. Cerita seperti diatas saya pernah ngalami juga sih Mas. Bedanya bukan di kebun mangga, tapi di pelataran rumah tetangga. Orang di desa halaman rumahnya luas, jadi banyak pohon mangganya. Dan anak2 kecil seusia saya dulu kalau siang suka main2 di halaman rumah tetangga yang banyak pohon mangganya. Sambil main sambil nungguin mangga jatuh. Apalagi pas hujan…biasanya mangga yg jatuh lebih banyak. Kadang ijin dulu kalau mau ngambil tapi seringnya juga tidak. Sampe sekarang masih suka ngerasa berdosa sih, tapi moga2 udah dimaafkan kenakalan2 waktu kecil itu..๐Ÿ˜€

    Btw salam kenal Mas Shiq ๐Ÿ™‚

    Suka

  6. Wah jadi inget masa-masa kecil dulu, pernah si adik ngidam jambu air tetangga belakang rumah. Sebagai kakak yang pengertian saya langsung hampiri rumah tetangga terus minta ijin petik buahnya. Terus saya manjat pohonnya dong untuk metikin jambu airnya. Adik saya bahagia, eh tapi ibu saya besoknya malah malu karena saya jadi bahan perbincangan di arisan RT. Cewek kok manjat pohon ya kak wkwkwk ๐Ÿ˜‚

    Suka

    1. Wkwkw….. Emang ada-ada aja ya tingkah anak2 kecil. Pasti tugas ibu itu berat karena harus mengawasi tingkah laku anak sehari-hari yang kadang gak punya rasa bersalah.

      Disukai oleh 1 orang

Komentar ditutup.