Sumber gambar : stuckincustom.com
“Orang-Orang yang hidup jarang memikirkan kematian. Kita hanya ‘Berusaha bahagia’ menurut versi masing-masing. Tapi cepat atau lambat, kematian akan menemukan kita dan membawa kita menuju dunia misterius karena orang yang telah melewati gerbang kematian tidak dapat bercerita apapun kepada yang hidup. Kita semua buta tentang dunia itu. Dan itu membuat masing-masing berpikir akan hidup dalam waktu lama untuk menghindari rasa takut terhadap kematian.”
Tantangan hari ini berkaitan dengan kematian. Jika tiba-tiba kematian datang, apa yang kira-kira Anda ingin orang katakan tentang Anda? Apakah ada sesuatu yang akan Anda sesali?
Pertama, saya ingin dikenang sebagai orang baik. Meskipun pada hakikatnya tidak ada yang sempurna sehingga saya pernah melakukan kesalahan, saya ingin orang-orang yang merasa tersakiti oleh apapun yang saya lakukan memaafkan saya dengan tulus. Agar saya bisa beristirahat dengan damai.
Kedua, saya ingin orang mengatakan hal-hal baik tentang saya. Entah itu sesuatu yang kecil atau besar, selama itu terdengar bagus, maka saya akan berterima kasih akan hal itu.
Dan terakhir, bagi orang-orang yang menyayangi saya, saya memperbolehkan Anda bersedih untuk beberapa saat dalam kenangan, kemudian cukup menyimpan kenangan itu dalam hati dan mengingatnya di saat-saat tertentu, dan melanjutkan hidup dengan tegar. Karena bagaimana pun manusia berusaha, kematian adalah salah satu ketetapan Tuhan yang tidak bisa dicurangi.
Untuk mendapatkan ketiga hal berharga di atas, tentu dimulai dengan berbuat baik kepada orang lain. Bahkan kepada orang asing sekalipun, saya harus bersikap ramah dan tersenyum. Dan Jika memungkinkan, maka saya ingin menolong sesama semampu saya sebelum tidur untuk selamanya.
Bagian-Bagian buruk seperti penyesalan, saya tidak pernah memikirkannya. Dunia memang terkadang menyakitkan dan tidak semua hal yang saya inginkan terwujud. Tapi kecil kemungkinannya saya akan menyesal. Kalau pun ada, itu pasti sesuatu yang konyol dan tidak pantas diceritakan.
Namun jika benar-benar harus mengatakan apa yang mungkin saya sesali, itu pasti karena tidak menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang saya sayangi. Bagaimana pun juga, dalam hidup saya sering melakukan hal-hal untuk menyenangkan diri sendiri dan lupa waktu. Ketika saya kembali mengingat-ingat masa yang telah terlewati, begitu sedikit kenangan bersama orang-orang yang saya sayangi.
Oleh karena itu, saya melakukan semua yang terbaik dan berusaha menghargai kebersamaan bersama orang-orang terdekat. Semoga saja ketika kematian datang, saya sudah memberi kenangan-kenangan indah bagi orang-orang disekitar saya.
Meskipun saya juga masih memiliki begitu banyak target hidup yang benar-benar ingin saya capai dalam beberapa tahun ke depan, tapi itu bukan masalah besar seandainya tidak terwujud. Jadi, kalaupun hari ini saya akan benar-benar bertemu dengan kematian (saya sudah memikirkan hal ini dalam waktu yang cukup lama), maka saya berusaha menyambut kematian dengan senyuman. Memangnya ada cara lain yang lebih baik?
Tidak ada gunanya menghindari kematian atau menakutinya. Karena kematian sendiri adalah penyempurna kehidupan. Saya hanya ingin berteman dengan kematian dan menganggapnya sebagai proses yang wajar. Lagipula semua orang juga akan mati. Lalu, untuk apa merasa takut dengan kematian?
Terkadang saya hanya menutup mata sesaat dan membayangkan kematian yang semakin dekat. Dan ada saat di mana saya merasa beruntung sekali dengan anugrah-anugrah dari Tuhan atas kehidupan saya. Itu membuat saya begitu bersyukur. Dan semoga saja tidak ada penyesalan apapun di akhir kehidupan saya.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda pikirkan tentang kematian? Bagikan di kotak komentar.
Selalu terpukau dengan tulisannya, mengalir, seperti suara hati saya. Hehe.
Kematian itu pasti, mengakrabinya bukan hal yang mudah, sekian lama mencoba memahami saya baru benar-benar bahwa kematian itu ada ketika Ibu saya meninggal.
Selepas itu saya merasa kehilangan apapun tidak sesakit ketika Ibu pergi, bahkan rasanya ingin selalu berbuat baik karena sosok yang paling saya sayangi tidak boleh menyesal atau mendapat siksa karena saya berdosa.
Lantas saya bertemu seorang yang membuat saya mencintai, sekian waktu merasa terbangkitkan semangat sampai saat akhirnya dia meninggalkan dengan alasan yang tidak bisa saya terima. Saya meyakininya sebagai takdir saja.
Jangankan dia orang baru yang membuat saya merasa dicintai, bukankah Ibu yang benar mencintai sayapun kalau Tuhan menghendakinya pergi, pasti pergi.
Selepas itu, sedikit demi sedikit memahami kematian sebagai obat penenang hati. Bahwasanya apa yang kupertahankan benar dengan ambisi dan berapi-api padahal semua akan ada saatnya tak berarti, ialah saat kita mati.
Maka saya berusaha tidak takut mati, yang saya takutkan adalah kematian datang saat saya melupakan Tuhan atau sedang khilaf.
Saya ingin menyambut kematian dengan senyum tenang, tak ada yang membebani saat tanah mengubur raga ini, dan berharap benar semua yang kusayangi melanjutkan banyak kebaikan untuk generasi yang akan datang.
Keinginan kecil saya yang sederhana, kelak setelahku berpulang dijemput kematian, ada yang menyempatkan memahami apa yang pernah saya tuliskan.
Karena saya yakin, kebanyakan orang tidak tahu sisi lain yang saya ungkapkan hanya berupa tulisan.
Begitu shiq4… 🙂
SukaDisukai oleh 2 orang
Boleh mbak…. Soalnya saya dulu didiagnosis sakit skizofrenia. Browsing2 katanya penyakitnya gak bisa sembuh. Udah kepikiran sebentar lagi mau dipanggil. Jadi ya udah malas-malasan terus. Eh kok gak meninggal2, barulah mau berjuang lagi. Dulu waktu mikir gitu gak ada yg tahu. Maunya meluangkan lebih banyak waktu bersama anggota keluarga lainnya. Cuma ya mereka sibuk masing2. Jadi dulu saya selalu sedih dengan kondisi semacam itu. Sekarang sudah baik kan keinginannya tetap sama, meluangkan waktu bersama keluarga saja. Itu berharga sekali buat saya.
SukaDisukai oleh 3 orang
aku selalu takut untuk baca tulisan berbau kematian, tapi mau gak mau aku memaksa diriku untuk selalu baca biar selalu ingat bisa diambil kapan saja, terimaksih mas udah nginetin aku lewat tulisan ini, hahah 🙂
SukaDisukai oleh 2 orang
Sama2 mas kunudhani :).
SukaDisukai oleh 1 orang
😦
SukaDisukai oleh 1 orang
Sejak mengenal dunia saya tahu bahwa kematian itu ada dan pasti datang, tapi benar-benar terasakan saat suami meninggal di depan mata saya.Saaat itu saya benar-benar menyadari bahwa jarak antara hidup dan mati sangatlah tipis,karena beberapa menit sebelumnya suami masih bisa bicara dan menanyakan anak-anaknya dan beberapa menit kemudian ternyata tak mampu berbuat apa-apa bahkan nyawapun sudah tak ada.Tapi hikmahnya saya semakin menyadari bahwa suatu saat entah kapan akupun akan menemui hal yang sama, Semoga dengan kesadaran ini semakin meningkatkan amal ibadahku, terlebih diingatkan kematian melalui tulisan ini.
SukaDisukai oleh 3 orang
Iya mbak. Kematian itu begitu dekat. Kadang2 saya juga merasa waktu saya tinggal sebentar lagi. Jadi mesti banyak melakukan kebaikan. Paling tidak hidup harus berguna lah…..
SukaDisukai oleh 3 orang
Kematian memang sesuatu yg misterius. Walau setiap kita tahu bahwa kematian akan menimpa setiap orang, tapi kita ttp tidak terbiasa terhadap kematian.
Tapi krn ketakutan terhadap kematian tidak mungkin mengurangi masalah, lebih baik bersiap diri setiap saat kapanpun itu akan dtang kepada kita, dngan berbuat yg baik dan ttp takut akan Tuhan.
Itu aja, sya tdk mau ngebahas klo dari sudut agama dan teologi tertentu ttg kmatian, tp setidaknya kita sadar bhwa setiap kita bkal menuju kematian. Karena itu slgi ada nafas di dada, ingatlah dan bersyukurlah..make our life meaningful.
SukaDisukai oleh 2 orang