Review Buku Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela by Tetsuko Kurayonagi

Resensi buku totto-chanSumber gambar : nia-share.blogspot.com

Pertama kali mendengar Totto-chan dari komentar pengunjung blog. Katanya buku tersebut mirip dengan Crying 100 Times. Karena jumlah buku di rumah masih banyak, saya masih belum punya keinginan menambah buku lagi dalam waktu dekat. Dan tidak berminat dan melupakan Totto-chan.

Kemudian seorang teman bertanya tentang e-book kepada saya. Sudah lama sekali saya tidak mengoleksi e-book. Kalau pun ada, baik laptop dan komputer lama sudah tidak digunakan lagi. Satu-Satunya komputer yang sering saya gunakan adalah notebook bekas adik saya. Jadi, saya tidak bisa membantu teman saya mengenai pertanyaan tentang e-book dan bagaimana mendapatkannya.

Lalu di suatu malam, secara tidak sengaja saya terdampar di halaman download e-book. Kebetulan sekali ada e-book Totto-chan. Saya memang mendownloadnya, tapi saya masih belum tergerak untuk membacanya.

Namun kebetulan begitu sering terjadi. Ada bloger lain yang sekilas membahas Totto-chan dan merekomendasikannya. Dua rekomendasi itu sudah cukup. Dan saya memutuskan kembali membaca e-book setelah sekian lama.

Berikut adalah review buku Toto Chan :

Judul : Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela

Penulis : Tetsuko Kuroyanagi

Penerbit : Unknown (versi e-book), PT Gramedia Pustaka Utama (versi cetak)

Halaman : 275 Halaman (versi e-book), 272 Halaman (versi cetak)

Catatan : Jika Anda ingin membaca versi e-booknya, maka Anda bisa meninggalkan komentar dan tuliskan email Anda. Nanti akan saya kirimkan e-booknya.

Jalannya Cerita Buku Totto Chan

Totto-chan masih kelas 1 SD dan baru bersekolah. Tapi tidak butuh waktu lama bagi Totto-chan untuk mengacaukan kelas. Antara kepolosan dan kenakalan jadi satu sehingga Kepala Sekolah terpaksa memanggil Mama, kemudian mengatakan agar Mama memindahkan Totto-chan ke sekolah baru.

Sekolah baru Totto-chan bernama  Tomoegakuen. Gerbangnya saja terdiri dari dua batang kayu, bukan beton. Lebih tepatnya kayu hidup yang ada batang dan daunnya. Yang membuat Totto-chan senang adalah kelasnya merupakan gerbong kereta sungguhan.

Mama khawatir kalau Totto-chan tidak akan diterima. Jadi, ia mengatakan kepada Totto-chan agar sopan ketika bertemu dengan Kepala Sekolah.

Lalu Kepala Sekolah menyuruh Mama keluar dan meninggalkan Totto-chan. Kepala Sekolah bertanya apakah ada yang ingin diceritakan dan Totto-chan sangat senang sekali. Totto-chan bercerita terus sejak pukul 8 pagi hingga 12 siang. Dan Totto-chan begitu menyukai Kepala Sekolah. Bahkan ia ingin bersama Kepala Sekolah selamanya.

Totto-chan pun bersekolah lagi. Di hari pertama anjingnya kebingungan karena Totto-chan tidak lewat jalan seperti biasanya. Namun kemudian Totto-chan memberitahu Rocky bahwa ia bersekolah di “Sekolah kereta”. Sepertinya Rocky mengerti dan tidak lagi mengikuti Totto-chan. Kalau Rocky ingin ikut, ia pasti tidak boleh naik kereta. 

Di hari pertama bersekolah di sekolah baru, Totto-chan datang pertama. Disusul anak perempuan lain. Kemudian anak lelaki yang melemparkan tasnya ke rak barang. Kemudian yang lain pun datang. Total ada 9 anak di kelas baru Totto-chan.

Totto-chan sangat senang kelas barunya. Di kelas bebas belajar apapun. Ya… apapun yang disenangi. Guru hanya menulis pelajaran apa saja yang akan dipelajari di papan tulis. Semua tinggal memilih. Jika ada pertanyaan, maka boleh bertanya pada guru. Murid di sekolah ini belajar apapun yang mereka sukai. Tidak seperti sekolah lain dimana ada murid yang melamun sementara guru menjelaskan.

Ketika makan siang pun menyenangkan. Semua murid harus membawa “Sesuatu dari pegunungan dan sesuatu dari laut”. Kalau ada bekal seorang anak yang hanya membawa “Sesuatu dari pegunungan” saja, maka Kepala Sekolah berseru kepada istrinya, “sesuatu dari laut”

Dan istrinya akan menambahkan “Sesuatu dari laut” dari wajan untuk anak yang hanya memiliki “Sesuatu dari pegunungan”. Begitu pula sebaliknya.

Setelah makan siang, sekolah dilanjutkan dengan pelajaran jalan-jalan. Aturan ini bukan hanya untuk kelas satu, melainkan untuk semua kelas. Guru akan menjelaskan sesuatu selama jalan-jalan. Dan murid-murid terlihat senang dengan “Pelajaran jalan-jalan”. Mereka tidak pernah sadar telah belajar sains, sejarah, dan biologi. Dan dada Totto-chan dipenuhi kegembiraan di sekolah yang baru.

Ada juga gerbong ke-7. Gosipnya untuk perpustakaan baru dan Totto-chan dan teman-temannya penasaran bagaimana gerbong tersebut diangkut. Setelah minta ijin orang tua masing-masing, Totto-chan dan teman-temannya menginap di sekolah. Ketika gerbang ke-7 benar-benar datang, akhirnya mereka tahu bahwa di dunia ini ada Trailer besar yang ditarik traktor milik bengkel kereta api.

Di sekolah juga ada kolam renang. Kalau sedang kosong hanya berisi dedaunan. Tapi jika diisi air, maka luasnya bisa menampung semua anak. Bahkan masih terlalu luas. Dan untuk pertama kalinya Totto-chan berenang telanjang seperti halnya anak lainnya. Kepala Sekolah berpikir bahwa di masa anak-anak, mereka tidak perlu bersikap seperti orang dewasa. Dan tidak seharusnya orang dewasa melarang anak perempuan dan anak laki-laki telanjang di kolam renang karena memang mereka belum saatnya tahu hal-hal tentang perbedaan tubuh.

Di musim libur, Totto-chan akan berkemah. Ia bahkan tidak bisa tidur ketika memikirkannya. Dan seperti yang diharapkan, Totto-chan berkemah di aula sekolah Tomoe. Dia senang. Begitu pula murid-murid lainnya.

Setiap murid juga punya pohon masing-masing di sekolah. Totto-chan suka bermain di pohonnya setelah pulang sekolah atau jam istirahat. Pohon Totto-chan nyaman sebagaimana tempat tidur gantung. Karena setiap anak punya pohon masing-masing, maka jika mereka ingin memanjat pohon selain milik mereka, mereka harus minta ijin dengan mengatakan “Bolehkan aku masuk?” dengan sopan kepada pemiliknya.

Ada juga “Sekolah pantai” ketika libur musim panas. Totto-chan pergi ke suatu tempat bernama Toi, di semenanjung Izu, Shizuoka. Menginap 3 hari 2 malam. Di malam hari, akan ada cerita-cerita tentang hantu. Totto-chan dan beberapa anak kadang menangis. Tapi mereka tetap bertanya, “Lalu, apa yang terjadi?”

Setelah itu semester ke-2 pun dimulai. Dan Totto-chan begitu menyukai Tomoe Gakuen. Ada juga pelajaran musiknya, disebut Euritmik. Kepala Sekolah merupakan orang Jepang pertama yang menerapkan Euritmik untuk pendidikan setelah ia belajar dari Dalcroze di Perancis. Dan anak-anak menyukainya.

Kepala Sekolah juga menyuruh anak-anak memakai pakaian usang agar mereka tidak khawatir terkena lumpur atau robek. Pada jam istirahat, Totto-chan suka menyelinap di bawah pagar halaman orang atau halaman kosong. Jadi, itu merupakan aturan terbaik yang pernah ada.

Begitulah sekilas tentang kenakalan Totto-chan dan sekolah barunya. Masih begitu banyak cerita seru Totto-chan yang sayang untuk dilewatkan. Jadi, segera luangkan waktu untuk membacanya.

Kelebihan Buku Totto-chan- Gadis Cilik di Jendela

Ini merupakan buku pertama yang menggunakan sudut pandang anak kecil yang pernah saya baca. Begitu sederhana sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.

Menurut saya Tetsuko Kuroyanagi melakukan pekerjaan hebat. Ia mampu mendeskripsikan semua paradigma anak kecil yang penuh dengan imajinasi. Cerita-Cerita sederhana menjadi lebih menarik jika kita melihat ke dalam mata anak kecil.

Sangat menakjubkan. Banyak pesan-pesan yang sangat istimewa yang ditunjukkan bagi orang-orang dewasa untuk lebih memahami anak kecil. Walaupun orang-orang dewasa memiliki kuasa penuh atas anak kecil, tapi akan sangat bagus seandainya berusaha menjadi orang dewasa yang baik dan tidak menilai benar salah apa yang dilakukan anak-anak kecil.

Dengan pemahaman yang benar, generasi penerus bangsa akan mampu berkembang dengan baik. Hanya jika kita, para orang dewasa, mau meluangkan sedikit waktu untuk belajar bagaimana anak kecil bertindak dan apa yang mereka pikirkan.

Kekurangan Buku Totto-chan – Gadis Cilik di Jendela

Karena ini merupakan pengalaman pertama saya membaca buku dengan sudut pandang anak kecil, maka saya tidak terlalu tertarik menilai kekurangannya. Karena saya memang tidak tahu bagaimana melakukannya.

Buku ini akan saya jadikan standar sementara bagi buku-buku dengan sudut pandang anak kecil di masa depan.

Nilai

Saya memberi nilai 85 untuk buku yang menakjubkan ini. saya bahkan berharap untuk mendapatkan buku yang lebih bagus lagi di masa depan. Semoga ada yang mau mereview buku-buku bagus agar saya mengetahui buku yang layak dibaca di waktu luang.

40 tanggapan untuk “Review Buku Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela by Tetsuko Kurayonagi

  1. Keren…ditulis dg sudut pandang anak kecil, pnasaran bacanya.

    Anak kecil emang tampak lbih tulus ketimbang org dwasa yg suka liku2. Salut si Toto-Chan bisa crita slma itu (4 jam) dg kepala sekolah.

    Saya udah komen mas, tentu tak menolak buku yg Anda rekomendasikan ini, apalagi nilainya Anda kasih tinggi: 85
    Email saya juga: desfortin84@gmail.com

    Tks bnyak mas Shiq4

    Syukurlah ada

    Suka

  2. Sudah lama saya engga baca novel dengan sudut pandang anak2, terakhir yang saya baca itu lima sekawan karya enid blyton…semacam petualangan gitu hahaha 😆

    Suka

  3. Saya buku versi cetaknya dari 2004 silam. Dan pernah juga membahasnya di blog.
    Seingat saya, kalo ga salah ini merupakan ‘pengalaman penulis’nya sendiri melalui pendidikan di masa sekolah.

    Suka

    1. Iya ini bukunya kisah nyata penulisnya pas waktu kecil :). Kalo buku lain dari penulis sama saya juga ada, cuma belum sempat baca :).

      Suka

        1. Tapi seru. Bikin semangat pokoknya pas baca. Juga gregetan sendiri ha ha ha…. happy ending kok. Juga berasal dari kisah nyata. Tokoh utamanya menulis buku tentang samurai yg masih terbit sampai saat ini. Saya punya ebook karya tokoh utama tersebut.

          Suka

Komentar ditutup.