Hari ke-24: Anis dan Es Coklat

ANIS dan es coklatSumber gambar : mistercoklat.blogspot.com

Adik terakhir saya perempuan, bernama Anis Fitria. Ia masih duduk di kelas 7 MTSN Mojosari. Tubuhnya agak gemuk. Tapi itu alasan terbaik bagi semua anggota keluarga untuk mengodanya, mengatakan bahwa ia terlalu banyak makan dan harus mulai mengontrol pola makannya. Namun sia-sia. Anis tidak pernah peduli dan hanya tertawa-tawa saja.

Minuman favoritnya sepertinya adalah es coklat. Awalnya saya kira Anis hanya ingin es coklat saja ketika suatu malam ia minta diantar membeli es coklat. Maklum saja, saat itu saya baru keluar dari tempat rehabilitasi skizofrenia dan tidak banyak tahu perkembangan adik perempuan saya tersebut. Namun akhirnya saya sadar, hampir setiap minggu ia membeli es coklat.

Mimpi buruknya adalah penjual es coklat favoritnya tiba-tiba tutup untuk selamanya. Mungkin karena terlalu sepi sehingga penjualnya bangkrut dan menutup usaha. Sempat berkeliling Mojosari untuk menemukan penjual es coklat dengan brand sejenis, tapi tidak pernah menemukannya. Anis terlihat sedih kala itu.

Pernah juga saya berpikir bahwa kisah Anis dan es coklat sudah berakhir. Ia sudah move on dan mencoba es lainnya seperti es durian asli, es capuccino, dan es jus. Namun sepertinya ia tidak suka dan sesekali saya ajak berkeliling lagi untuk mencari es coklat lainnya. Dan ternyata tidak ada penjual es coklat lainnya.

Sampai suatu malam, entah mendapat informasi dari siapa dan bagaimana, Anis bersemangat minta diantar ke penjual es coklat baru. Letaknya tidak jauh dari rumah, hanya sekitar tiga gang saja. Tidak lebih dari tiga menit naik motor, ternyata ada penjual es coklat, dan akhirnya Anis mulai mengkonsumsi es coklat lagi.

Merknya es coklat semut. Saya tidak terlalu menyukainya, tapi Anis cukup senang saat menemukan penjual es coklat lagi.

Lebih spesifik lagi, rasa coklat terbaik menurut Anis adalah original. Padahal lidah saya tidak mampu terlalu membedakan rasa. Es coklat rasanya sama saja. Dan anehnya, seingat saya, Anis tidak pernah mau mencoba rasa coklat lainnya.

Kegilaan lainnya adalah anggota keluarga lainnya ikut-ikutan nitip es coklat. Saya tidak suka menunggu. Dan bertambahnya jumlah pesanan membuat waktu menunggu menjadi lebih lama lagi. Syukurlah penjual es coklat semut tidak ramai. Paling hanya ada dua atau tiga antrean sebelum pesanan dilayani.

Hanya ada satu masalah. Karena letak penjual es coklat di pinggir jalan, maka harus berhati-hati sekali. Tidak ada tempat parkir. Kalau pun memaksa parkir, saya biasa menaruh motor di pinggir gang. Namun setelah membaca larangan memarkir kendaraan di gang tersebut, maka saya memindahkan motor saya ke tempat lain. Pilihannya adalah di pinggir penjual es coklat, meskipun saya tahu motor saya akan berada tepat di depan penjual-penjual lain di trotoar.

Di sini saya juga merasa sungkan. Tapi mau bagaimana lagi, para pedagang itu telah melanggar aturan, berjualan di trotoar. Akhirnya saya hanya pura-pura tidak tahu saja dan tetap memarkir motor di sana.

Dan sekarang, saya cukup mentraktir Anis es coklat semut setiap hari sabtu. Ternyata menyenangkan hati adik paling bungsu saya mudah : Belikan saja es coklat semut seharga Rp 6.000,00.

Inginnya sih menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan adik-adik saya sebelum mereka dewasa dan menikah, kemudian memiliki kehidupan masing-masing. Jadi, sebisa mungkin saya akan menciptakan kenangan indah untuk dikenang sampai mereka dewasa nanti.

Iklan

23 tanggapan untuk “Hari ke-24: Anis dan Es Coklat

  1. Wah, adiknya gemar cokelat ya mas. Tambah gemuk tu, hehe…

    Seru juga ngelayani adik. Umur segitu (kls 7) biasanya asyik tu diajak having fun. Dulu saya juga sering jalan bareng adik laki2 saya, tapi skrang semenjak dia udah skolah di SMK, kebersamaan kami udah jarang terlihat. Seiring bertambahnya usia, saya liat dua lebih suka hang out bareng teman2 sebayanya.

    Btw, tema nulis Anda di hari ke-23 ini, klo boleh tahu ttg apa ya?

    Disukai oleh 1 orang

    1. Temanya nggak boleh menggunakan kata “that” dan “very”. Juga nggak boleh menggunakan adverbs lainnya kalo bisa. Karena saya tidak menulis english jadi gak bisa ikut tantangan. Tapi saya tahu inti tantangan ini belajar menulis ringkas. Sekalian iseng saya artikan “that” sebagai kata “yang”. Jadi tulisan di atas tidak menggunakan “yang” sama sekali.

      Disukai oleh 1 orang

  2. lah koq sma kyk si Risha…kl Cinta mnta jemput pulang krj, kebiasaan dia merubah arah jalan pulang…mampir dulu ke “nyoklat” itu brand es cokelat baru di Cikarang dg topping pilihan : keju, kacang almond, original, cofee, atau oreo. Harganya Rp. 8.000 – Rp. 10.000 rsanya memang mnggoda, Cinta-pun kl lg pusing atau badmood biasa ikutan beli. Katanya cokelat bs mengatasi stress. 😁.

    Tp koq ga ngaruh gemuk ke Risha, ngaruhnya bongsor aja : kelas 8 dg berat bdan 60kg, tinggi 168cm. Lebih ngaruh ke tantenya mgkn, tantenya nambah gemuk πŸ˜‚.

    Sorry mas Shiq, komennya puanjang. But over all, Cinta suka tulisan ini. Terlihat jujur tanpa dipoles πŸ‘

    Suka

  3. aku jadi ingat adikku. nanti aku ajak dia main ah.
    .
    oya bang, coba hitung berat badan ideal Anis deh, takutnya sudah masuk ke kategori obesitas.

    Suka

Komentar ditutup.