Penulis, Secangkir Kopi, dan Sekelompok Semut

Antara penulis, Semut, dan Secangkir kopiSumber gambar : ucsc.edu
Aku biasa menulis pada pukul 6 sore ke atas, tepat setelah pulang dari pasar. Biasanya aku membeli beberapa batang rokok dan membuat secangkir kopi, untuk kunikmati sambil menulis. Dan sepertinya kegiatan merokok, minum kopi, dan menulis telah menjadi kebiasaan. Satu saja yang tidak ada, maka hariku tidak akan sempurna.

Biasanya aku meletakkan gelas kopi di bawah meja untuk menghapus kemungkinan kopi tumpah. Karena jika tidak, bisa-bisa seperti masa lalu, kopi tersengol dan tumpah ke keyboard sehingga keyboardnya rusak.

Aku tidak suka kopi panas. Jadi, selagi menunggu kopi menjadi dingin, aku mulai menulis. Juga merokok.

Pernah suatu kali aku menemukan banyak mayat semut di dalam gelas kopi. Kejadian terjadi berulang kali dalam beberapa hari. Selalu seperti itu. Kupikir semua akan berubah ketika kupindahkan letak kopi, tidak di bawah meja, melainkan ke meja lain dalam ruangan yang sama. Tapi tetap saja ada mayat semut di dalamnya.

Setelah memikirkan kejadian tersebut, aku menyimpulkan kalau kopiku terlalu manis. Semut-Semut tersebut pasti hanya mengikuti bau gula dan berpikir bahwa mereka bisa membawa kopi panas tersebut seperti membawa makanan lainnya. Bukannya kenyang, sekelompok semut itu malah mati tenggelam.

Agar korban tidak lagi berjatuhan, aku pun mengurangi gula dalam kopiku. Bahkan cenderung menjadi kopi pahit. Tapi tak masalah, aku menggunakan kopi sebagai pelengkap rokok saja, kopi pahit pun bekerja sama baiknya. Nikmat.

Berarti kesimpulan awalku salah. Semut tersebut mati tenggelam bukan karena mengikuti aroma gula. Buktinya, tetap saja ada mayat semut di dalam kopi pahitku.

Logikaku mengatakan bahwa semut-semut itu sengaja bunuh diri. Mungkin karena kalah bersaing dengan koloni semut lainnya, semut-semut dalam ruangan tersebut tidak lagi punya makanan dan stres. Atau depresi karena ada pemangsa di sekitarnya.

Lalu, seorang semut yang sudah mulai gila mengatakan “Lebih baik aku mati tenggelam daripada harus ditangkap musuh (kelompok semut lain). Setidaknya aku akan mati kenyang dalam larutan kopi”

Begitulah perkataan seorang semut ketika pertama kali melihatku membawa kopi panas. 9 semut lainnya yang juga sama gilanya akhirnya menyetujui ide tersebut. Di saat aku fokus mengetik, 10 semut tersebut merayap tanpa sepengetahuanku dan menceburkan diri. Dan mati.

Kemudian terdengar kabar yang tak kalah mengemparkan. Kabarnya semut-semut yang ditangkap musuh akan digigit banyak semut lain sampai mati. Bahkan ada tubuh semut yang organ-organnya tidak lagi utuh. Merasa ketakutan dengan teror tersebut, seorang semut lain berkata “Aku akan bunuh diri seperti semut lainnya kemarin. Mati dalam kenikmatan. Setidaknya aku bisa mati dengan tenang. Dan tanpa rasa sakit.”

Kali ini 19 semut setuju dan mereka pun melakukan tindakan yang sama, menenggelamkan diri dalam kopiku. Semut-Semut lainnya yang sudah stres akhirnya juga bertindak bodoh, mereka pun mati tenggelam dalam kenikmatan manisnya kopi.

Lalu, akhirnya koloni tersebut membagi diri menjadi kelompok-kelompok tertentu. Dan membuat jadwal mati secara bergiliran mengingat mereka mungkin sungkan kepadaku. Mereka berpikir kalau jumlah yang bunuh diri terlalu banyak, maka aku akan langsung membuang kopiku, tidak mengambil sendok dan mengeluarkan mayat-mayat semut seperti biasanya.

Beberapa hari terakhir aku tidak lagi menemukan mayat dalam kopiku. Mungkin semua semut dalam koloni yang kumaksud sudah mati semuanya. Sudahlah, aku tidak mau merasa berdosa karena membantu para semut bunuh diri. Setidaknya aku tidak memakan mereka. Dan semoga mereka tenang dan tidak menuntutku karena aku terbiasa membuang mayat-mayat mereka di tempat cucian piring.

32 tanggapan untuk “Penulis, Secangkir Kopi, dan Sekelompok Semut

  1. Haha…selalu saja ada ide Anda untuk menulis. Walau blog Anda ini mostly bahas semut, tapi saya suka fantasi dan imajinasinya, simple namun enak untuk dibaca.

    Saya boleh saran? Kalau Anda sedang nulis sambil ditemani rokok, dan kopi, coba taruh kulit mentimun dkat atau tepat di bawah gelas kopi Anda, sekedar eksperimen, apkah semut2 itu masih mau mendekat atau gimana reaksinya, haha… Anda kan akrab dg buah, sya pikir stok mentimun Anda ada, kan buah juga. Katanya, semut takut ma mentimun…

    Ditunggu ni ide di hari ke-23 dari tantangan menulis Anda, saya selalu teropingin, walau tlat, toalnya koneksi internet di desa saya ini belum sembuh total, jadi ga bisa lancar bergerilya di dumay.

    Suka

    1. Wah makasih info timunnya mas desfortin. Diatas sebenarnya kejadian nyata semua, cuma bagian semut yg berbicara saja yg fiksi, selebihnya bukan rekaan.

      Suka

  2. Tulisan ini keren… hanya berbekal semut-semut yang mati di secangkir kopi. Kreatif sekali, Mas. Sekarang setelah tidak lagi menemukan mayat semut di dalam kopi, menulisnya bisa lebih tenang lagi dong, hehe. Sip Mas, bagaimana pun kejadiannya, semoga semakin menikmati kegiatan menulis ini. Semangat terus ya Mas, tulisan-tulisan Mas menarik, jika ada notifikasi saya usahakan untuk membaca dan berkomentar, hehe.

    Suka

    1. Wah makasih mas gara apresiasinya. Soalnya saya sedamg jatuh cinta dengan menulis. Jadi pinginnya nulis semua kejadian yg saya alami. Ha ha ha…… Nggak tahu kenapa gitu, tapi saya menikmatinya.

      Suka

  3. Hahah ternyata ada karya menggelitik dan menarik diantara semut yg mati dalam kenikmatan secangkir kopi seorang penulis yaa.. Memang harus jeli terhadap fenomena yg terjadi disekitar, tak ayal tulisan yg lebih apa adanya lah yg dinanti pembaca

    Disukai oleh 1 orang

  4. Mas Shiq keren tulisan ini, awalnya gue kira non fiksi. Ternyata lama-lama gue larut dalam kopi bersama semut-semut itu. Berarti mesti sering2 liat cangkirnya supaya ga keminum hihihi..
    Btw mas, album yg kujanjikan besok malam gue kirim ya. Maaf ngaret, blm sempet buka laptop. 🙂

    Suka

  5. Ya ampun Shiq, seru banget cerita semutnya. Peperangan antar semut. Mayat bergelimpangan. Kayak nonton film kolosal gitu, tapi pemerannya semut. Hahaha.
    Keren idenya!

    Disukai oleh 1 orang

  6. Menulis, kopi dan semut. Tapi saya tertarik dg kalimat ini:

    Biasanya aku meletakkan gelas kopi di bawah meja untuk menghapus kemungkinan kopi tumpah. Karena jika tidak, bisa-bisa seperti masa lalu, kopi tersengol dan tumpah ke keyboard sehingga keyboardnya rusak.

    Salam mas

    Disukai oleh 1 orang

  7. Jam segini baru smpet baca. Lucu idenya. Semut-semut kecil yang bunuh diri. Kesannya tuh mau kasihan tp berujung lucu aja krn si semut mati bahagia dg pilihannya. 😂😅😁

    Mana katanya mau bikin jg tulisan kisah cinta antara dua penulis? Cinta antusias pas bca yg ini, ada kata penulisnya, kirain yg itu hehe. 😁

    Suka

Komentar ditutup.