Review Buku Crying 100 Times by Nakamura Kou

Review buku crying 100 Times Sumber gambar : dinoybooksreview.wordpress.com

Suatu malam saya benar-benar ingin membaca. Lagipula sudah cukup lama tidak mereview buku, maka saya berhenti bermain internet dan memilih buku-buku yang tersedia di rak.

Rak buku tidak selalu penuh. Terkadang adik-adik saya membawa buku tertentu. Jadi, terkadang ketika saya sudah menentukan suatu buku untuk dibaca di malam hari, tiba-tiba buku itu telah lenyap dari rak. Itu sudah biasa terjadi. Lagipula adik-adik sayalah yang paling rajin berbelanja buku untuk mengisi rak.

Pilihan malam itu jatuh pada “Kaleidoskop” karya Danielle Steel. Itu buku yang sangat menyedihkan. Suatu ketika saya benar-benar tidak kuat untuk membaca kisahnya. Itu sebabnya buku tersebut tidak pernah saya selesaikan. Dan sepertinya saya sudah memiliki mental yang cukup kuat untuk menyelesaikan buku memilukan yang satu ini.

Setelah 3 malam membaca bagian awal, rasanya tidak menarik. Saya masih sedikit takut, teringat beberapa bab yang mengerikan. Dan saya pun tidak melanjutkan membaca. Akhirnya saya menemukan buku karangan Nakamura Kou. Dan jatuh cinta sejak bab ke-3.

Berikut adalah review buku Crying 100 Times :

Judul : Crying 100 Times

Pengarang : Nakamura Kou

Pengalih Bahasa : Khairun Nisak

Penerbit : Penerbit Haru

Halaman : 250 Halaman

Jalannya Cerita Crying 100 Times

Semua dimulai dari seorang pria yang mendapat telepon dari ibunya. Kata ibunya anjingnya sekarat dan mungkin tidak akan bertahan lama. Pria tersebut pun melingkari sebuah tanggal. Bagaimana pun juga, ia ingin bertemu dengan Book, anjingngnya.

Ia telah mengalami banyak hal menyenangkan dengan Book sejak ia akan masuk kuliah. Dan sepertinya sudah wajar jika ia harus menjenguk Book. Apalagi sudah sekian tahun tidak berjumpa dengan Book. Ia merindukan Book.

Hal pertama yang harus ia lakukan adalah memperbaiki motor. Book menyukai motor tua itu dan hanya bereaksi terhadap motor 2 tak. Jadi, pria tersebut harus membawa motor tuanya untuk menyenangkan Book.

Setelah melakukan perbaikan di pom bensin dan mendapat petuah tentang motor dari penjaga pom, pria tersebut mulai memperbaiki motornya. Dan sesuai janji, pacarnya datang dengan pakaian siap kotor untuk ikut membantu.

Pacarnya menangis ketika mengetahui kondisi Book. Terharu. Entah bagaimana keadaan Book berangsur-angsur membaik dalam beberapa hari. Mungkin Book bersemangat karena dibisiki bahwa tuannya akan segera pulang, pria yang memungutnya dari jalan sejak ia masih kecil.

Pria itu pun melamar pacarnya saat memperbaiki motor. Dan pacarnya berkata bahwa ia akan menolak lamaran itu jika dilakukan di restoran dengan pemandangan indah. Benar-Benar pasangan yang sama-sama konyol.

Motornya pun sembuh setelah 4 tahun tertidur. Pria itu pun pulang kampung setelah 4 tahun meninggalkan rumah. Setelah 4 jam perjalanan, akhirnya ia bertemu dengan Book. Pria itu ingin mengajak Book berjalan-jalan seperti dulu kala, tapi Book hanya diam seolah mengatakan “Maaf setelah sekian lama tidak bertemu, keadaanku masih seperti ini dan tidak bisa melakukannya.

Setelah mendengarkan kisah Book selama ditinggalkan, pria itu kembali ke Tokyo. Dan akhirnya ia dan pacarnya sepakat latihan menikah, tinggal bersama selama satu tahun.

Untuk sesaat keduanya cukup bahagia. Sampai si gadis tiba-tiba demam. Gadis itu menjelaskan bahwa ia sudah biasa demam dan akan segera sehat dalam tiga hari. Tapi untuk pertama kalinya gadis itu demam selama lima hari. Lalu semua berjalan seperti biasanya.

Anehnya gadis itu sering demam. Dan akhirnya memutuskan meninggalkan si pria untuk sesaat, kembali ke rumah orang tuanya dan memeriksakan diri di rumah sakit keluarga.

Pria itu bekerja seperti biasa. Di lain waktu ia menerima telepon dari pacarnya tentang perkembangan penyakitnya. Setelah melalui banyak pemeriksaan, gadis itu menceritakan bahwa ada tumor di rahimnya. Akhirnya pria itu mengunjungi rumah sakit di mana pacarnya dirawat. Dan ia menangis sepanjang jalan menuju ke sana.

Kehidupan pria itu sedikit berubah. Ia kerja lembur agar bisa menjenguk pacarnya sesering mungkin. Ternyata kanker stadium III. Dan pria itu hanya ingin berada bersama gadis tersebut dan mendukungnya. Terlebih kalau pacarnya mengeluhkan sakitnya. Di lain waktu, pria itu akan memijat-mijat kaki pacarnya.

Gadis itu melewati enam tahap pengobatan. 4 tahap berhasil dan 2 tahap gagal. Hasilnya positif, tapi tidak menyebuhkannya. Dokter menyarankan untuk melanjutkan pengobatan dengan pemberian obat anti kanker.

 Setelah mencoba berbagai jenis obat, semua sia-sia. Efek samping obat terlalu kuat dan gadis itu kesakitan. Melalui pembicaraan di telepon, ayah pacarnya memberitahu pria itu bahwa umur gadis itu tinggal 3 bulan saja.

Akhirnya gadis itu meninggal dengan tenang di sisi pacar dan kedua orang tuanya. Dan pria itu menangis selama 100 hari sejak kematian pacarnya.

Kekurangan Buku Crying 100 Times

Buku ini tampak membosankan di dua bab pertama. Saya baru merasa bergairah di bab ketiga. Kalau ada kekurangannya, itu pasti istilah-istilah sulit yang memang diluar pengetahuan saya. Sebut saja bagian-bagian motor menggunakan “istilah-istilah sendiri”. Kalaupun dijelaskan, saya tetap tidak mengerti.

Lalu ada istilah-istilah kedokteran berhubungan dengan anjing. Jangankan memikirkannya, membacanya saja sudah membuat pusing.

Tapi hanya itu kekurangan buku ini. Selebihnya, semuanya tampak sangat bagus sekali.

Kelebihan Buku Crying 100 Times

Kekuatan utama buku ini ada pada gaya bahasa menulis yang sangat sederhana. Tapi sangat bagus sekali. Jika boleh membandingkan, maka gaya menulisnya mirip dengan The Day You Died.

Jack Lance unggul pada kesederhanaan dan keindahan kalimat-kalimatnya; tulisan Nakamura Kou tidak seindah Jack Lance, tapi lebih sederhana lagi sehingga tidak butuh banyak energi untuk membacanya. Bahkan saya sangat menikmati buku ini sampai-sampai merasa sangat sayang membuka halaman-halaman selanjutnya.

Namun cepat atau lambat saya harus menyelesaikannya. Dan saya berhasil.

Kelebihan keduanya adalah tidak ada banyak dialog antara si pria dan pacarnya. Hanya dialog-dialog singkat. Tapi kesan romantisme dan kehangatan begitu kuat. Dan saya menyukainya.

Nilai

Saya memberi nilai 77 untuk karya Nakamura Kou ini. Seandainya lebih banyak halaman dan lebih banyak cerita bahagia, saya berani memberi nilai 85.

Buku ini sangat saya rekomendasikan bagi orang yang mulai membaca karena kesederhanaan katanya sangat nyaman dibaca.

Bagaimana? Tertarik untuk membacanya? Saya tunggu respons Anda di kotak komentar.

16 tanggapan untuk “Review Buku Crying 100 Times by Nakamura Kou

  1. Banyak koleksi buku2 Jepang mas? Ada gak ebook nya mas, biar saya juga baca? Saya suka baca2 mas, tapi belakangan ini akses saya terhadap buku fisik agak kurang, jadi alternatifnya buku elektronik aja.

    Btw, hebat ya tangisnya sampe 100 hari, kayak kisah kmatisb Musa ditangisi bani Israel di Alkitab aja ya..

    Oya, tanya : koq td dlm ulasan mas Shiq4, baiki motornya di pom bensin ya, gitu ya kebiasaan org Jepang

    Suka

    1. Nggak ketemu penjaga pom bensin, terus dibantu memperbaiki di pom terusan.

      Klo ebook kurang tahu mas desfortin. Tapi kayaknya banyak deh novel bagus2. Dulu tahun 2009 udah banyak beredar. Klo yg versi inggris nggak tahu lagi.

      Suka

    1. Ha ha ha iya sad ending. Biasanya saya juga gak suka sad ending, ntar mood ikut kebawa. Buku di atas saya gunakan sebagai rujukan untuk mencoba menulis dgn gaya sederhana.

      Suka

  2. Ceritanya sedih. Aku takut bacanya. Padahal dr penerbit Haru ya. Aku suka buku2 terbitan penerbit Haru dan adik2nya. Tapi ini ceritanya sedih, jadi baca reviewnya aja cukup deh. Hehehe.

    Suka

    1. Iya ini ceritanya sedih, gak tega, padahal si ceweknya bilang “ingin sembuh” dan cowoknya bilang “tidak apa-apa” kesannya saya kasihan pokoknya. Di dunia ini pasti ada kehidupan yg seperti itu. Jadi bersyukur saja masih sehat dan punya kehidupan yang baik selama ini.

      Disukai oleh 1 orang

Komentar ditutup.