Hari Ke-17 : Anda Tidak Butuh Bakat Untuk Menulis

Bakat dalam menulisSumber gambar : carolinaratri.com

Apakah Anda berniat menjadi penulis? Tapi ada sebagian dari jiwa Anda yang memberontak dan mengatakan bahwa Anda tidak punya bakat menulis. Itu merupakan pemikiran yang mengerikan. Dan Anda ragu untuk mulai menulis.

Saya tidak begitu paham apakah bakat atau talenta benar-benar eksis, tapi sepertinya saya tidak pernah memilikinya. Saya baru rutin menulis ketika berumur 25 tahun dan tidak dengan cara yang mudah. Saya disiplin dan mulai menulis sejak pukul 6 sore, dan jika sedang tidak beruntung, maka tulisan baru selesai pada pukul 10 malam. Saya melakukannya sepanjang tahun.

Menurut saya kata “bakat” merupakan bentuk pemerkosaan pembaca terhadap penulis. Jika Anda sukses atau Anda menghasilkan karya yang menuai pujian, saya berani bertaruh orang-orang akan mulai mengatakan bahwa Anda berbakat. Tidak ada penghargaan pada kerja keras atau pengorbanan yang telah Anda lakukan, benar?

Itu sebabnya lebih baik lupakan bakat dan mulai menulis.

Semua Butuh Proses

Penulis adalah seniman aksara. Selama Anda punya sesuatu untuk ditulis, bahkan pemikiran sampah sekalipun, dan kemudian tekun berlatih, maka Anda akan mahir.

Lihatlah daftar isi blog ini, lalu Anda bisa memilih judul di bagian bawah (tulisan tahun 2015), dan bandingkan dengan tulisan saya di masa sekarang. Perbedaan kualitasnya terlihat sangat mencolok. Itulah yang disebut proses.

Tidak ada tongkat ajaib yang mampu menolong Anda. Jika Anda ingin menjadi penulis hebat, maka Anda harus mulai menulis saat ini juga. Sekalipun hasilnya buruk dan tidak Anda sukai. Hanya itu jalan yang tersedia. Jadi, apakah Anda masih mau menjadi penulis?

Seandainya Bakat Benar-Benar Ada

Mungkin Anda masih ragu dan bersikeras mengatakan bahwa bakat itu ada dan merupakan hadiah dari Tuhan sejak manusia lahir. Dan diberikan kepada manusia-manusia tertentu. Anda juga mungkin melihat orang yang baru belajar menulis, tapi ia mampu menghasilkan karya yang mengagumkan. Itu bukti kuat eksistensi bakat di dunia ini.

Jika mengambil sisi negatifnya, maka Anda akan minder dan mengurungkan niat menjadi penulis karena ketika Anda mencoba beberapa kali, tulisan Anda begitu jelek sampai Anda ingin menangis saat membacanya.

Namun coba ambil sisi positifnya. Bakat mungkin membuat beberapa orang terlihat unggul, tapi bukan kemustahilan mengalahkan mereka. Pedang yang tidak diasah pun akan karatan. Bakat besar sama tidak bergunanya seperti kotoran jika tidak digunakan dan dibiarkan.

Anggap orang-orang berbakat tersebut sebagai pesaing Anda dan kalahkan mereka. Mungkin saat ini pedang Anda tumpul, tapi jika Anda rajin mengasahnya, tidak ada yang berani bertaruh bahwa di masa depan pedang Anda akan kalah tajam.

Atau cobalah bertanya kepada penulis-penulis profesional, apakah mereka berhasil karena bakat atau perjuangan berdarah-darah? Dan Anda akan terkejut mengetahui jawabannya.

Latihan Menciptakan Kesempurnaan

Dalam hal apapun, istilah ini sangat benar : “Practice makes perfect”. Dan akan sangat berguna jika Anda mengingatnya dan mulai menerapkan kedisiplinan tingkat tinggi dalam bermain kata-kata.

Cobalah menulis setiap hari. Lakukan dengan sungguh-sungguh dan jangan pikirkan hasilnya. Jangan terlalu mengkritik tulisan Anda sendiri dan terus lakukan sepanjang tahun. Kemudian baca lagi karya-karya di masa awal dan Anda akan menemukan kebenaran sebagaimana saya. Prosesnya begitu alami sampai-sampai Anda tidak menyadari perkembangan skill menulis Anda sendiri.

Karena rutin menulis membuat semuanya menjadi lebih mudah. Lakukan lagi untuk tahun berikutnya, dan tahun berikutnya lagi seolah menulis adalah nafas bagi Anda. Dan Anda akan tersenyum karena orang-orang akan mulai memuji karya-karya Anda. Hanya jika Anda cukup keras kepala untuk rajin berlatih. Mudah, bukan?

Iklan

19 tanggapan untuk “Hari Ke-17 : Anda Tidak Butuh Bakat Untuk Menulis

  1. Absobloodylootely agree Bang Shiq4. . .

    Bakat adalah apa yang benar2 kita lakukan dan perjuangkan.

    Cari di Google seberapa banyak waktu yang digunakan Ronaldo (pesepakbola berbakat) untuk berlatih kalo nggak percaya.

    Suka

  2. Abang masih mending mulai jam 6 selesai jam 10.. aku pernah nulis mulainya jam 8 malam selesainya jam 4 pagi.. hhhhhahaa

    Suka

  3. Saya setuju sekali tulisan ini. Practice makes perfect. Untuk org yg punya telenta nulis mungkin prosesnya lbh mudah dibanding yg gak ada bakat. Tp semuanya butuh proses. Yg punya talenta pun gak akan bisa berkembang kalau gak dilatih. 👍

    Disukai oleh 1 orang

  4. Benar sekaliiii. Saya aja kalau nulis bisa makan waktu cukup lama. Bahkan untuk membuat 1 blogpost bisa berhar-hari karena ada yang ingin ditambahkan, belum ngedit fotonya, apalagi kalau ingin ditambahkan video, bisa lebih lama lagi (atau bahkan gak kelar-kelar). :)))

    Disukai oleh 1 orang

    1. Klo foto2 saya masih belum pake foto pribadi. Biasanya comot sana-sini. Klo video apalagi, kayaknya masih sangat lama buat bikin video pertama untuk blog :).

      Suka

  5. Saya setuju, menulis memang perlu proses (banyak berlatih dengan sungguh-sungguh), tetapi jika orang dibekali bakat (kecerdasan) proses itu mungkin lebih singkat, contohnya putri mas Desfortin umur 10 tahun sudah menghasilkan sebuah buku cerita, kalau tidak ada bakat tentu tidak secepat itu bagi anak yang baru lima tahunan sebelumnya belajar membaca dan menulis. Mas Shiq4 baru 2 tahun negeblog dapat menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas, menurutku disamping kerja keras juga karena ada bakat, penulis lain seperti saya bisa membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk seperti mas shiq4

    Suka

    1. Ha ha ha saya gak secerdas itu. Juga bukan tipe pekerja keras. Saya cuma berbekal sedikit passion saja mbak. Klo dibanding blogger-blogger pro kualitas tulisan saya masih kalah jauh. Klo kasusnya anak yg berusia 10 tahun masih terlalu dini untuk menilai. Saya nggak punya referensi bacaan dalam kasus menulis. Tapi dalam dunia bola sering ada pemain muda yg digadang-gadang akan jadi pemain besar gagal bersinar. Klo bakat atau kecerdasan sih semua manusia punya kelebihan masing2. Tinggal kita mengasah apa yang menurut kita kelebihan kita :).

      Disukai oleh 1 orang

  6. Tapi sepertinya saya tidak pernah memilikinya (bakat) –> atau mungkin bang Shiqa tidak sadar kalau punya bakat.
    Menurut saya setiap orang ada bakat tapi ada yang sadar, ada yang tidak sadar. Dan bakat itu baru keliatan kalau kita rajin mengasahnya dan melatihnya (proses) sehingga at the end hasilnya bisa dilihat/dinikmati orang lain (dan dirinya sendiri)…

    Suka

    1. Bukannya ada atau tidak ada, cuma saya gak percaya sama bakat. Soalnya sejak awal kesulitan dalam menulis ha ha ha…… Biarlah klo ada orang yg bilang saya punya bakat. Itu juga nggak papa.

      Suka

Komentar ditutup.