Hari Ke-5 : Kejadian Sebenarnya di Tahun 1990-an

Kejadian di masa kecil tahun 1990-an

Salah satu kegemaran saya di waktu kecil adalah bermain game. Di tahun 1990-an ada dua tempat bermain game di daerah saya. Hampir setiap hari saya mengunjunginya.

Terdapat bermacam-macam jenis permainan. Saya hanya butuh uang receh Rp 100,- saja untuk mulai bermain. Durasi waktunya tergantung ketrampilan, jika jago bermain, maka investasi Rp 100,- sangat menguntungkan karena bisa bebas bermain game sampai karakter kita mati.

Pada suatu hari, saya bermain seperti biasanya. Tidak ada yang aneh. Sampai kemudian datang seorang teman, namanya Bagus. Ia anak orang kaya. Di tahun 90-an, keluarganya sudah memiliki mobil pribadi.

Singkat cerita, Bagus mengajak saya ke tempat pertukaran koin. Ia mengeluarkan uang Rp 50.000,- dan menukarnya dengan uang receh. Di usia yang masih 9 atau 10 tahun, saya tidak tahu betapa besarnya nilai uang Rp 50.000,- tersebut. Saya tidak terkesan dan merasa biasa saja.

Bagus pun menjadi bos hari itu. Ia mengajak saya bermain dengan uangnya. Dan tentu saja, saya tidak menolak kebaikannya. Ia mengeluarkan seluruh uangnya dan menitipkan kepada saya. Setiap kali kami memainkan game baru, saya mengeluarkan uang yang diperlukan. Begitu seterusnya.

Tak lama kemudian ada kakak Bagus. Bagus pun berhenti bermain dan pamit pulang. Namun sebelum ia beranjak, ia mengatakan saya boleh memakai uang yang ia titipkan dan ia akan segera kembali. Kurang lebih seperti itulah perkataannya.

Saya merasa beruntung. Tanpa sungkan-sungkan, saya bermain dengan uang titipan tersebut. Kebetulan lainnya adalah saya bertemu teman lainnya, namanya Jainul. Dan saya pun mengajak Jainul menemani saya bermain game menggunakan uang Bagus.

Setelah beberapa lama, Bagus datang. Ia mengambil seluruh uangnya. Karena saya sedang sibuk bermain game, maka saya pasrah ketika Bagus mengambil seluruh uang miliknya di saku baju saya dan ia pamit untuk pulang.

Setelah puas, saya dan Jainul berpisah. Saya pun pulang dengan kepuasan karena telah banyak memainkan game. Ternyata ibu sedang mencari saya. Suatu kebetulan. Sampai di rumah, ibu mengintrogasi saya. Ia bertanya apakah saya telah mencuri uang. Merasa tidak melakukannya, saya pun mengaku tidak melakukannya.

Lalu ibu memegang tangan saya dan menyeret saya dengan kasar. Ternyata saya dibawa ke rumah Bagus. Sampai di sana, saya bertemu dengan ayah Bagus. Kemudian ayah Bagus menjelaskan situasinya, Bagus ternyata mengambil uang tanpa ijin. Dan bagian yang mengherankan adalah uang tersebut hanya bersisa Rp 20.000-an saja. Padahal Bagus hanya sebentar bermain.

Merasa tidak mencuri uang titipan tersebut, saya menjelaskan bagaimana kejadiannya. Saya menceritakan dengan jujur apa saja yang saya lakukan dengan uang tersebut. Dan saat itu saya mengaku menghabiskan sekitar Rp 2.000,- – Rp 3.000,-. Berarti uang yang hilang sekitar Rp 20.000-an, bisa membayar biaya SPP setahun anak SD Muhammadiyah Mojosari.

Untungnya saya bersama Jainul ketika menghabiskan uang tersebut sehingga ada saksi bahwa saya tidak menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain.

Saat itu saya mengatakan mungkin terjadi kesalahan di tempat pertukaran uang. Saya hanya memasukan uang yang dititipkan Bagus tanpa menghitungnya. Dan saya tidak kemana pun sampai Bagus datang kembal untuk mengambil uang titipannya. Itu berarti kemungkinan uang hilang di jalan menjadi tidak ada.

Ayah bagus percaya dengan cerita saya. Bahkan ia menyuguhi saya sepiring kacang. Namun anak kecil seperti saya tidak tertarik dan tidak tahu tata krama, seharusnya saya menerima tawaran makan kacang bersama. Tapi itu tidak pernah terjadi.

Di rumah, sebelum ibu melanjutkan pekerjaan rumah lainnya, ia menasihati saya untuk tidak mencuri. Entahlah, saat itu kondisi keluarga kami tergolong miskin. Mungkin yang tersisa pada kami hanyalah harga diri. Dan itu harus dijaga dengan sungguh-sungguh.

Baru di sore hari terjadi kejutan. Ternyata saya menemukan uang pecahan Rp 20.000,- di saku saya. Mungkin Bagus terlalu tergesa-gesa ketika mengambil uang sehingga ada yang tertinggal. Saat itu saya takut, takut dikira mencuri, takut dengan ibu, takut dianggap bohong.

Akhirnya saya menyimpan uang tersebut di bawah terpal plastik di pinggir rumah. Padahal keadaan akan baik-baik saja seandainya saya menceritakan hal tersebut kepada ibu dan mengembalikan uang tersebut. Saat itu saya juga merasa bersalah.

Dan yang lebih aneh, saya tidak pernah menggunakan uang tersebut. Padahal bisa saja saya menggunakannya untuk membeli sesuatu atau bermain game di pusat game seperti biasanya. Akhirnya saya menyadari bahwa uang tersebut hancur di makan rayap di tempat persembunyiannya.

Catatan : Itulah salah satu hari yang tidak terlupakan dalam hidup saya.

38 tanggapan untuk “Hari Ke-5 : Kejadian Sebenarnya di Tahun 1990-an

  1. Ohmaygaaat! Aku pun punya kejadian serupa. Ada anak di kelasku, dia pintar, satu hari dia bilang dia mendapat hadiah ini itu dan sebagainya sebagai hadiah ulang tahun dan sunatan. Kami teman-teman sepermainan dia di sekolah percaya, lugu banget. Lalu dia bertanya, kami mau uang berapa. Kami pun meminta mulai dari 500 perak sampe beberapa ribu. Sore-sore beberapa hari setelahnya, ibu si anak datang bersama si anak, menjelaskan kalo temen saya itu mencuri uang tabungan guru. Gilaaaakk! Ngeri kan ya seumur gitu. Sama, Mama Papa saya juga menasehati tentang pentingnya jujur.

    Suka

    1. Wah itu termasuk kriminalitas keren kalau bisa nyuri uangnya guru wua ha ha….. Ya namanya aja masih kecil. Ntar pas udah gede kenakalan semacam itu waktu kecil bisa menjadi kenangan indah. Asal tidak diulangi pas gede ;).

      Suka

  2. Wah, jadi keinget masa-masa kecil. Permainan yang mas maksud di cerita ini namanya “Ding Dong” bukan? Dulu saya sering main sama kakak laki-laki saya. Di kampung saya permainan ini nggak bertahan lama karena diprotes para warga hahaha.

    Suka

    1. Bukan ding dong. Game ps 1 tapi bisa dimainkan dua orang debgan memasukkan koin. Ada layar dan tombol2. Klo kreditnya habis berarti kita mesti masukin koin lagi.

      Disukai oleh 1 orang

  3. Beneran, saya dapet banget waktu bacanya mas Shiq4. Anda benar-benar mampu menggambarkan kejadian tersebut dengan menyentuh. Saya merasa sebelum bisa menyelesaikan membacanya semakin penasaran. Saya penasaran dengan apa kejadian nyata yang sebenarnya ingin Anda sampaikan di balik kejadian bermain Anda bersama Bagus itu.

    Saya akhirnya kaget kalau ternyata uang tersebut ada pada Anda dan lebih kaget lagi kalau uang tersebut tidak pernah Anda kembalikan, yang akhirnya membusuk bersama tanah.

    Cerita Anda ini memang unforgetable experience, menurut saya. Dan ini mengingatkan saya atas suatu kejadian yang juga saya alami waktu kelas 5 SD sekian tahun yang lalu, beda kasus tapi. Mungkinkah saya akan menceritakannya di blog saya tersendiri? Entahlah, agaknya seperti kurang pantas saja untuk diceritakan…..tapi intinya cerita Anda ini menginspirasi saya untuk bercerita juga, hehe …

    Terima kasih, mas Shiq4.

    Suka

    1. Ini pertama kali saya menggunakan teknik menulis bebas. Saya sendiri merasa kurang puas sebenarnya. Tapi ternyata ada yg suka. Makasih mas desfortin atas pujiannya.

      Disukai oleh 1 orang

  4. mas Shiq4…boleh Cinta ikut kasih saran? Namun maaf sebelumnya jika trkesan menasehati. Sebaiknya ceritakan yg sbnarnya ke mas Bagus, dan ganti uang yg 20rb itu. Klopun sudah ga ktmu mas Bagus, mintalah no hpnya mgkn ada saudaranya di situ.

    Cinta yakin stlah itu lbih plong pst perasaannya mas Shiq, pst bs lupa. 😊

    Suka

    1. Nggak papa cinta. Diakan anak orang kaya, jadi nggak masalah. Yg masalah di saya dong. Kan jaman dulu 20.000 itu besar. Klo dihitung dengan besar inflasi sekarang setara dengan uang berapa? Ha ha ha…… Biarin aja. Lagian udah berlalu. Dia kan kaya. Jadi nggak masalah.

      Disukai oleh 1 orang

      1. bukan kaya atau ga nya mas Shiq4…tp ikhlas atau ga nya stlah diceritain, kata pak ustad sih gtu mas.

        Hayooo coba hitung mas, kenaikan 10% aja setiap thn ya mas 😝

        Suka

        1. Waha ha….. Nggak papa. Tenang aja. Lagian udah nggak ketemu udah lama banget. Mungkin dia yg sekarang nggak mau lagi berhubungan dengan saya.

          Saya nyantai aja klo hubungan sama teman. Kecuali dia nyasar baca postingan ini. 🙂

          Disukai oleh 1 orang

  5. Cerita nyata yang bagus…endingnya juga berkesan…aduh dimakan rayap ya. Baru pertama baca tulisan mas Shiqa yg spt ini…

    Suka

    1. wah maaf mbak baru balas. Komentarnya masuk spam he he he…
      saya dulu terlalu takut. meskipun masih bisa dimaklumi tapi tetap saya yang salah.

      Suka

        1. Itu biasanya pernah ditandai blogger lain sebagai spam. Biasanya juga bisa karena komentarnya terlalu singkat. Kalo merasa komentar gak muncul, lebih baik hubungin blogger yg bersangkutan untuk ngecek kotak spam dan menandai sebagai bukan spam. Atau hubungi pihak wordpress.com kalo udah terlalu banyak komentar yg tidak muncul.

          Suka

  6. Kok jadi deg-deg an ya bacanya. Jadi ingat dulu semasa TK atau SD gitu, kita (red : saya dan teman-teman) sering banget nemu uang di jalan kisaran Rp. 100,- sampai dengan Rp. 5000,-. Itu kan udah banyak banget yak. Karena musim nemu uang, suatu hari salah satu teman saya bilang kalau nemu uang Rp. 50.000,- di poskamling. Itu kan banyak banget. Kita bingung dan heboh sendiri. Entah berikutnya uang itu kami apakan, saya lupa. Ternyata uang Rp.50.000,- itu merupakan uang ibu teman saya yang diambil tanpa izin sama anaknya. Duh, anak-anak ya…

    Suka

    1. waha ha aha…. maaf baru balas. Iya teman saya juga gitu diatas. Cuma saya sendiri juga salah karena tdak mengembalikan uang yang nemu di saku.

      Suka

Komentar ditutup.