Menulis Fiksi : Mulai Menghidupkan Imajinasi

Alasan mulai menulis fiksi

Spesialisasi saya adalah menulis artikel. Selama 2 tahun terakhir saya mencoba berbagai cara untuk menghasilkan artikel yang bagus. Terutama artikel dengan topik ngeblog dan menulis, topik favorit saya. Tapi akhir-akhir ini saya juga mulai tertarik untuk menulis fiksi seperti cerpen dan cerbung. Dan tentu saja itu merupakan tantangan yang besar bagi saya.

Produktivitas saya dalam menulis fiksi tergolong buruk. Tahun 2015 saya hanya mampu menulis 2 cerpen saja, yakni “Pak Polisi yang Bijaksana” dan “Apakah Kau Mencintaiku?”. Kemudian di tahun 2016 saya cuma berhasil menghasilkan sebuah cerbung “Sebuah Cinta di Pulau Tak Berpenghuni” (Sekarang masih sampai episode 4).

Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu tertarik dengan fiksi. Sampai saya membaca beberapa cerpen terjemahan kelas dunia. Yang paling menyebalkan adalah kenyataan bahwa saya menganggap cerpen tersebut buruk. Mungkin karena saya bukan penggemar sastra dan saya tidak mengetahui bagaimana menilai sebuah cerpen. Jadi, saya ingin mencoba lebih serius mendalami pembuatan tulisan fiksi dan lebih produktif menulis fiksi di tahun 2017 mendatang.

Kesulitan Terbesar Saya

Sejujurnya saja, pengalaman membaca cerpen atau cerbung hanya terjadi masa kecil saya saja. Di waktu SD, saya benar-benar menyukai cerita dongeng di buku pelajaran Bahasa Indonesia dan majalah anak-anak seperti mentari dan bobo. Namun seiring berjalannya waktu, saya tidak lagi membaca cerpen, saya lebih menikmati novel.

Tanpa pengalaman membaca cerpen sama sekali, mustahil bagi saya produktif menulis cerpen. Jadi, beberapa bulan terakhir saya mencoba membaca cerpen-cerpen berkualitas dari berbagai blog, terutama cerpen yang sudah dimuat di media cetak dan mencoba mempelajari bagaimana menulis cerpen yang bagus.

Tapi menulis fiksi benar-benar berbeda dibanding menulis artikel. Jika menulis artikel, untuk mendapatkan kualitas yang bagus biasanya saya akan mengutip para ahli atau penelitian yang masih berhubungan dengan topik yang saya angkat. Menggunakan data-data yang valid adalah keharusan. Dan pikiran saya sudah terbiasa melakukannya. Saya bisa mencari sumber referensi dan menyelesaikan sebuah tulisan dalam waktu 2-3 jam saja.

Namun menulis fiksi bisa membuat saya frustasi. 2 cerpen yang saya terbitkan membutuhkan waktu berhari-hari. Itulah level menulis fiksi saya saat ini.

Walau saya sudah punya ide yang bagus, merealisasikannya menjadi cerpen butuh usaha keras. Dan sampai saat ini, saya selalu kesulitan untuk menyelesaikan ide-ide yang ada. Sepertinya saya tidak berbakat untuk menulis fiksi.

Belum lagi saya tidak pernah membaca teori-teori menulis fiksi. Ilmu saya masih nol. Pantas saja saya merasa kesukaran sekali. Padahal saya menganggap ide cerita saya sangat baik. Walaupun demikian, saya merasa tertantang untuk terus menulis fiksi. Dan saya butuh waktu untuk mempelajari teori-teori dasar menghasilkan fiksi yang bagus beberapa hari kemudian.

Yang Dibutuhkan Adalah Imajinasi yang Tepat

Fiksi adalah cerita rekaan. Kita bisa menulis apapun, bahkan sesuatu yang tidak nyata seperti naga atau penyihir atau makhluk halus. Tapi tetap saja, cerita yang bagus adalah cerita yang bisa diterima oleh logika manusia. Itu letak kesulitannya.

Saya bisa saja berimajinasi menciptakan karakter, membuatnya sampai pada keadaan tertentu, sampai adanya konflik yang harus diselesaikan. Tapi itu sulit sekali untuk menuliskannya. Saya sudah memikirkan berkali-kali dan mensimulasikan cerita rekaan saya dalam pikiran, namun selalu saja mengalami kebuntuan. Kadang ceritanya biasa saja. Kadang saya juga kesulitan memulainya. Benar-benar membuat frustasi.

Apalagi saya merupakan tipe orang realistis, saya tidak terbiasa berkhayal atau berimajinasi, itu juga kekurangan saya dalam menulis fiksi. Tapi berkaca dari 2 cerpen yang sudah saya selesaikan, saya tidak perlu terlalu jauh berimajinasi, cukup melihat kejadian sehari-hari. Boleh dibilang bahwa karya saya adalah setengah kenyataan dan setengah khayalan. Dan saya merasa mampu melakukannya.

Cukup memikirkan pengalaman pribadi sendiri atau cerita yang saya dengar dari orang-orang sekitar. Kemudian tambahkan imajinasi yang tepat agar sesuai dengan logika dan jadilah sebuah cerpen. Itu rencana saya untuk menghasilkan karya-karya fiksi di masa depan. Semoga saja semua berjalan dengan baik-baik saja.

Tujuan Menulis Fiksi

Karier menulis saya dimulai 2 tahun yang lalu. Semua dimulai dengan menuliskan kejadian sehari-hari yang saya alami. Kemudian entah mengapa saya tertarik dengan teori-teori menulis dan ngeblog sehingga saya menghabiskan banyak waktu bergelut dengan konten yang membahas keduanya yang ditulis profesional. Karena terlihat keren, saya pun ikut-ikutan mencoba menulis hal yang serupa.

Diluar dugaan, tulisan saya mendapat respons positif dari pengunjung. Itu membuat saya senang dan saya terus mengasah pemahaman saya berkaitan dengan topik ngeblog, SEO, copywriting, content marketing dan sejenisnya. Saya menyebutnya sebagai koleksi ilmu pengetahuan. Dan saya selalu suka untuk menambah konten-konten baru yang masih jarang dibahas oleh bloger lain sebagai koleksi berharga saya.

Sedangkan tujuan menulis fiksi, itu hanya untuk melengkapi koleksi tips menulis yang saya bangun. Kebanyakkan koleksi tips menulis di blog shiq4 merupakan konten yang mambahas cara menulis konten atau artikel saja. Belum sampai pembahasan teori-teori menulis fiksi. Karena saya melihat beberapa blog yang membahas tips menulis juga membahas tentang fiksi, maka saya pun merasa harus melengkapi koleksi saya dengan tips-tips menghasilkan karya fiksi.

Tentu saja mustahil melakukannya jika saya tidak punya pengalaman sama sekali. Jadi, saya berniat menguji coba teori-teori menulis fiksi yang beredar di internet dan mengetahui bagaimana pengaplikasiannya secara nyata sehingga nanti orang yang belajar teori tersebut bisa pula membaca contoh nyatanya.

Jadi, mari berimajinasi dan mulai menulis fiksi. Kalau Anda, apakah Anda tertarik untuk menulis fiksi di kemudian hari? kira-kira apa yang membuat Anda tertarik melakukannya? Saya akan senang membaca pemikiran Anda di kotak komentar yang disediakan.

67 tanggapan untuk “Menulis Fiksi : Mulai Menghidupkan Imajinasi

  1. Apalagi aku yg pemula banget di blog, tanpa teori… Hanya nuangin isi kepala terutama uneg”… 3 tahun belum mampu menulis fiksi apalagi dengan nilai bagus… Hehe
    Tapi keinginan membuat aku terus belajar… Terimakasih postingannya Mas 🙂

    Suka

  2. Yang paling menarik dari menulis fiksi adalah membangun dunia milik kita sendiri. Menikmati sendiri, sedih sedih sendiri, senang senang sendiri. Dan menjadi tuhan atas semua khayalan.

    Ada kepuasan batin menyampaikan sebuah hayalan dalam lembaran-lembaran.

    Suka

  3. wow, artikel yang keren !
    saya sangat tertarik dengan cerita fiksi kak.
    kalau menurut saya, saat menulis cerita fiksi, jangan terikat dengan teori-teori. menulis lepas saja, tulis apapun yang terlintas. kenapa begitu, kalau saya lihat dari pengalaman saya, terikat teori itu bikin cepat stak atau buntu inspirasi. Menulis dulu, baru berfikir, itu kata guru saya.
    yo kak, semangat nulis fiksinya…!!! 😀 saya belum sempat baca cerita kakak.. hehe
    saya bakal paling semangat deh bacanya >,<
    ganbatte ganbatte…

    Suka

    1. Dari duli dalam melakukan apapun saya selalu mengikuti teori. Udah biasa seperti itu. Ntar klo udah paham sama teorinya barulah saya improvisasi dan menulis bebas.

      Disukai oleh 1 orang

      1. ohh.. begitu. okeh, pasti tiap orang punya caranya sendiri dalam menulis. itu hanya sebatas tanggapan saya saja yang memang tidak suka menulis fiksi dengan teori. keep writing.

        Suka

  4. saya tertarik sekali menulis fiksi, tapi kendalanya selalu nggak bisa panjang. selesai di satu halaman, padahal kan umumnya cerpan 4 – 8 lah. 😀
    mungkin yang mesti dilakukan ya latihan dan membaca terus. namanya skill kan nggak bisa instan.

    Suka

    1. Ha ha ha…… Klo mau yg lebih singkat ada, flash fiction. Cuman saya bukan penggemar flash fiction, terlalu singkat dan tidak bisa menimbulkan emosi bagi pembaca.

      Disukai oleh 1 orang

  5. dulu gua sempet memantapkan diri untuk bikin fiksi sebulan sekali. sayangnya trus brenti karena keabisan ide. hahahaha. udah lama banget nih gak bikin fiksi…

    Suka

  6. Wah udah bagus dong ada 2 cerpen dan ada cerbung juga. Saya yg ngaku suka baca dan nulis fiksi aja baru nge-post 3 cerpen selama ngeblog dari 2014. Sebenernya banyak yg saya tulis di folder fiksi saya tp banyak yg belum kelar, karena excited nulis di awal tapi trus gak diselesaikan haha. Ini yg mau saya ubah dan semoga tahun 2017 lebih konsisten nulis fiksinya.

    Suka

    1. Wah sama mbak icha. Saya juga udah punya stok, tapi masih belum selesai juga. Semoga kita bisa menerbitkan banyak fiksi di thun 2017 mendatang.

      Suka

  7. Terus tingketin gan agar agan jadi penulis tingkat dewa. So,asah terus kemampuan kamu,jangan pernah menyerah dan anggap respon positif sebagai mod kamu dan respon negatif gunakan sebagai acuan menjadi yang lebih baik.

    Suka

  8. Hmm…. betul, menulis konten yg bukan style emang sulit, dulu gua jg terbesit dan mencoba untuk menulis novel, tp krn style saya yg kurang bagus dalam novel, ya… saya akhirnya menyerah dah menutup beberapa huruf, kata, dan kalimat yg sudah saya tuang.

    Suka

    1. Ternyara kita berbeda ya ha ha ha…… Tapi nulis fiksi itu menghabiskan banyak jam dan bikin frustasi pas udah sampai tengah cerita, eh tiba2 idenya kosong.

      Suka

  9. Menulis fiksi emang penuh tantangan. Kalau nulis artikel, belum selesai pun bisa mudah dilanjutin keesokannya. Kalau fiksi, jika lupa pun berakhir mau dibawa kemana ceritanya 😀

    Suka

  10. Menurutku jadi penulis itu harus punya suasana hati yang selalu bagus, supaya menghasilkan karya yg bagus, ya klo saya sih baru bentar duduk manis didepan komputer atau pegang tablet langsung anakku narik2 tanganku, dorong2 tabletku. Kesal tingkat tinggi deh klo ada bocah kecil pada saat mood nulis lagi menggebu haha 😀 .

    Suka

    1. Iya mbak nella. Kadang punya ide yang bagus tapi pas lagi nggak mood juga berasa kesiksa. Makanya sekarang mulai melakukan aktivitas yg bikin heppy biar produktivitas menulisnya lebih baik lagi.

      Suka

    1. Ya kalau masih pemula masih butuh mengikuti aturan kepenulisan biar bagus. Klo udah banyak pengalaman baru mencoba cara baru yang lebih kreatif agar tampil beda dgn penulis lain.

      Suka

  11. Kalau menulis drama fiksi, aku sudah terbiasa, bahkan pada acara tgl 2 Desember 2016 yang lalu, dramaku dipentaskan. Hanya untuk dipublikasikan di web, aku agak kurang PD. Nah, kalau nulis cerita fiksi sejenis cerpen dan cerbung aku belum pernah coba sama sekali. Kayaknya tantangan juga ya. Jadi penasaran aja setelah baca tulisan ini. Makasih ya.

    Suka

    1. Wah keren klo drama sudah dipentaskan. Klo nulis di web ada caranya sendiri mas. Cuman di indonesia belum banyak yg bahas. Coba cari di blog luar cara ubtuk menulis di web.

      Suka

Komentar ditutup.