Musim Gelitu 2016 Telah Tiba

Buah Gelitu Atau Buah Kenitu Masak
Sumber gambar : wikipedia.org

Bulan september. Sejak awal bulan ini mulai muncul buah gelitu. Ya… musim gelitu tahun 2016 telah tiba. Gelitu biasa juga disebut kenitu, sawo susu, atau menurut wikipedia biasa disebut sawo duren. Buah ini berwarna hijau kecoklatan. Semakin coklat buahnya, semakin manis rasanya. Jika Anda orang desa, maka pasti tidak asing dengan buah ini. Waktu kecil dulu, saat saya mengunjungi rumah kakek di lamongan, ada saja pohon gelitu yang sedang panen.

Jika ketika memasok buah jeruk saya bisa membantu Ibu karena sudah cukup mahir memilih buah jeruk berkualitas, maka ketika memasok gelitu saya tidak bisa membantu sedikit pun. Dalam memasok gelitu perlu ketelitian tinggi karena semua gelitu berada dalam keranjang yang ditutup rapat. Kita hanya bisa melihat bagian samping saja sehingga kadang-kadang akan salah memilih. Jika keranjang yang kita pilih di dominasi oleh gelitu berwarna hijau, maka keuntungannya pun menurun. Sedangkan jika keranjang yang kita pilih didominasi oleh warna kecoklatan, akan lebih mudah memasarkannya dan tentu saja mendapatkan untung yang lebih banyak. Disini pengalaman yang akan banyak bicara. Dan biasanya Bapak saya yang melakukan tugas memilih keranjang gelitu dari pedagang besar.

Karena permintaan masyarakat Mojosari yang tinggi akan gelitu, hampir bisa dipastikan semua pedagang buah akan mampu menjual gelitu dalam jumlah banyak. Resikonya kecil, namun potensi keuntungan besar. Itu menyebabkan persaingan untuk mendapatkan gelitu terbaik menjadi lebih ketat. Bayangkan saja, sebelum truk gelitu datang, satu jam sebelumnya para pedagang buah telah menanti di pasar buah Mojosari. Ketika gelitu mulai diturunkan dari truk, saat itu pula para pedagang buah berebutan keranjang gelitu yang dianggap memuat gelitu-gelitu terbaik. Kalau sedang sial, akan ada beberapa pedagang buah yang tidak kebagian gelitu. Jadi, harus sigap setiap waktu.

Pemasaran Buah Gelitu

Gelitu sangat mudah dipasarkan. Biasanya kami membandrol gelitu terbaik dengan harga Rp 10.000,00/Kg. Sedangkan gelitu yang hijau dan tidak berwarna coklat, kami obral pada harga Rp 8.000,00/Kg.

Di awal-awal musim gelitu kami biasanya mampu menjual 3 keranjang gelitu dalam sehari. Tapi karena bisnis sedang berjalan baik, beberapa hari terakhir kami mampu menjual sampai 6 keranjang gelitu sehari.

Pemasaran gelitu sangat mudah. Saya bahkan bisa memastikan bahwa semua pedagang gelitu meraih keuntungan. Itu disebabkan permintaan gelitu sangat tinggi, sedangkan stok gelitu di pasaran masih sangat terbatas. Dalam kondisi seperti ini, tidak akan ada persaingan berarti antar pedagang buah. Tidak ada perang harga. Semua pedagang buah bisa meraih keuntungan tambahan selama musim gelitu.

Kalau boleh bilang, musim gelitu merupakan “angpao” bagi pedagang buah. Kecil kemungkinanya mengalami kerugian. Itu mengapa musim gelitu merupakan salah satu musim buah yang saya nantikan. Untungnya banyak dan saya selalu bersemangat. Lagipula sangat jarang ada pelanggan yang mengeluh tentang harga gelitu. Harganya yang terbilang murah mampu diterima masyarakat dengan baik. Mereka untung, kami pun untung. Win-Win Solution.

Kekurangannya hanya satu, gelitu tidak begitu tahan lama. Usianya Cuma sehari saja. Jika ada gelitu sisa kemarin, pasti akan terlihat kusut. Walaupun rasanya mungkin tidak jauh berbeda, tapi tidak cukup menarik bagi pelanggan. Jadi,sangat penting untuk memasok gelitu dalam jumlah yang tepat. Seandainya terlalu ambisius dan memasok terlalu banyak, nanti akan banyak sisa. Walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian, tapi tetap saja harus hati-hati agar mendapatkan untung yang maksimal.

Satu-satunya masalah tahun ini adalah hujan. Biasanya musim gelitu tiba pada musim panas sehingga kami tidak perlu mengkhawatirkan hujan. Namun tahun ini merupakan musim kemarau basah dimana hujan masih turun di musim panas. Kabarnya hujan akan terus turun sepanjang musim panas tahun ini meskipun intensitas tidak sesering ketika musim hujan.

Kemarin merupakan hari yang sedih. Hujan turun sejak sekitar pukul 12 siang hingga pukul 6 sore. Akibatnya, gelitu kami masih sisa banyak. Benar-benar menjengkelkan. Tapi yang namanya berdagang ya seperti itu. Kadang-kadang sesekali kita harus mengalami kerugian yang menyakitkan. Walaupun begitu, saya masih merasa senang karena ini merupakan catatan terburuk penjualan tahun ini. Lumayanlah buat pengalaman dan sebagai bahan cerita ha ha ha……

Orang-Orang Kaya dan Gelitu

Walaupun kami merupakan lapak buah dengan target pasar golongan menengah ke bawah, tapi kami tetap memiliki beberapa pelanggan kaya. Apalagi tahun ini kami menjual pear dan apel China, juga buah naga yang harganya selangit (buah kegemaran orang kaya), maka jumlah orang kaya yang datang ke lapak buah kami semakin banyak. Anehnya, beberapa diantara mereka tidak tahu tentang Gelitu. Padahal ini buah lokal yang populer loh….

Saya selalu suka dengan pelanggan kaya yang tanya-tanya tentang gelitu. Bertanya tentang rasanya, bertanya tentang namanya, atau bertanya tentang gelitu yang manis. Mereka penasaran. Dan itu bagus karena biasanya akan berakhir dengan pembelian gelitu. Walaupun sebenarnya saya agak takut kalau rasa gelitu tidak akan begitu cocok dilidah pelanggan-pelanggan kaya ha ha ha…..

Setidaknya pelanggan kaya tersebut tahu tentang gelitu. Agar buah lokal bisa populer. Syukur-syukur kalau mereka menyukainya dan terus membeli gelitu. Kan bisa membantu agar produk-produk lokal tidak kalah dengan produk-produk luar negeri sehingga kehidupan petani buah Indonesia menjadi semakin baik lagi. Itu saja sih harapannya.

Out Of Topic : Ternyata Masih ada Melon dan Garbis

Gosip yang beredar tahun ini adalah kegagalan panen petani melon dan garbis. Karena terkena hujan, melon dan garbis rusak sehingga tidak ditemui melon dan garbis di tahun ini. (Selengkapnya lihat di postingan ini).

Tetapi ternyata masih ada petani yang berhasil panen. Saya kurang tahu dari daerah mana buah-buahan tersebut dipasok, tapi stoknya cukup banyak di pasaran. Setidaknya kami sudah memasok melon sebanyak 5 kali bulan ini. Harganya masih stabil, kami menjualnya di kisaran Rp 9.000 – 10.000/Kg. Rasanya pun manis seolah ini bukan melon yang hampir gagal panen.

Sedangkan untuk garbis, jumlahnya cuma sedikit. Apalagi yang ada Cuma garbis jenis bisma, rasanya kurang manis dan hanya cocok dipakai untuk es (biasanya diserbat). Tidak cocok jika dimakan secara langsung. Padahal garbis yang manis adalah jenis kretek. Tapi tidak ada garbis kretek tahun ini. Jika ditahun-tahun sebelumnya kami mampu menjual garbis sampai 200 Kg per hari, tahun ini kami cuma bisa memasok 100 kg saja. Itu pun tidak selalu habis dan ada sisanya. Kami menjual garbis dikisaran Rp 3.000 – 5.000/Kg.

Meskipun penjualan melon dan garbis tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, setidaknya kami masih punya persediaan. Itu membuat pelanggan yang mencari garbis dan melon tidak kecewa. Dan tentu saja hal semacam itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi pedagang buah.

18 tanggapan untuk “Musim Gelitu 2016 Telah Tiba

  1. Aku suka banget makan kenitu. Keluarga kami punya beberapa pohon di kebun di Ambulu. Kalo pas lagi berbuah rebutan sama saudara2 lainnya. Duh jadi kangen makan kenitu

    Suka

  2. enak, cuma nggak tahan sama getah yang bikin bibir katak habis kena lem fox. tapi asli kangen makan genitu(lain lagi sebutannya ya 🙂 ) buahnya agak langka. kalau di kampungku orang nyebutnya sawo ijo

    Suka

Komentar ditutup.