Bertemu Teman Lama

bertemu teman lama

Sumber gambar : suesol.typepad.com

Setelah saya terkena skizofrenia, saya dipaksa untuk melewati berbagai pengobatan. Mulai dari pengobatan alternatif seperti akupuntur dan minum obat-obat tradisional, hingga ke pengobatan modern, konsultasi ke dokter penyakit kejiwaan. Serangkaian pengobatan tersebut membuat saya kehilangan kontak dengan teman-teman saya.

Di tahun 2014, keadaan saya mulai membaik. Setelah dirawat di dua tempat penampungan khusus skizofrenia selama sekitar 16 bulan, saya diperbolehkan pulang. Tapi keadaan benar-benar berubah. Saya tidak punya teman. Teman-teman yang dulu sekarang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Belum lagi status mereka yang sudah menikah dan punya anak, tentu saja mereka tidak punya waktu untuk sekedar minum kopi  bersama saya seperti dulu. Lagipula saya juga merasa tidak enak jika harus menghubungi teman lama. Toh tidak ada sesuatu yang penting.

Untuk menghilangkan rasa sepi, saya kemudian mulai menulis di blog. Juga mulai berjualan buah di pasar. Juga mulai membaca beberapa buku novel yang ada di rak buku. Yang penting menyibukkan diri sehingga tidak ada lagi perasaan kesepian. Itu yang saya lakukan sehari-hari. Dan saya mulai menikmati kesendirian saya. Tanpa teman seorang pun.

Sampai suatu siang, beberapa minggu yang lalu, saya bertemu seoran teman lama. Dia adalah teman pertama yang ngobrol dengan saya dalam 12 bulan terakhir. Dia membeli buah salak di lapak buah saya. Setelah sedikit berbasa-basi, kami saling bertukar nomor telepon. Siapa yang tahu kalau pertemuan itu hanya merupakan sebuah awal? Karena saya benar-benar menyukai apa yang terjadi beberapa hari kemudian.

Tentang Teman Lama Saya

Namanya Swastika Sandy. Suka tersenyum. Juga suka membicarakan tentang wanita. Hubungan kami di mulai sejak SMA. Secara kebetulan kami sekelas ketika duduk di kelas satu dan kelas tiga. Tapi SMA bukanlah tempat dimana kami mulai berteman baik. Saya mengenal dia dan dia mengenal saya. Hanya sebatas itu.

Dalam ingatan saya, dulu kami pernah bermain bilyard bersama. Dan tentu saja bermain play station juga. Namun itu dilakukan secara beramai-ramai dengan teman-teman lainnya. Jadi, sebenarnya, kami tidak mengenal satu sama lain dengan baik.

Saya baru merasa berteman ketika berada di malang. Kami saling mengunjungi tempat kos masing-masing. Terkadang saya juga menginap di tempat kosan miliknya. Berbeda dengan tempat kos saya, tempat kos milik Sandy bebas. Tidak ada aturan khusus. Selama Sandy membayar uang kos secara rutin, tidak akan terjadi masalah apapun. Bahkan jika saya menginap selama beberapa hari.

Dan hubungan baik kami dimulai sejak saat itu. Kami pergi ke kafe, ngobrol di sosial media, dan saling mengenal satu sama lain. Sama seperti perlakuan saya kepada teman lainnya, saya juga menjadikan Sandy tempat berhutang. Selama sekitar 3 tahun kuliah, kebiasaan saya berhutang sudah tersebar dengan cepat. Entahlah. Apakah saya harus bangga dengan kebiasaan seperti itu?

Kegiatan paling konyol yang pernah kami lakukan bersama adalah minum minuman keras. Suatu malam, entah ide siapa, kami mulai membicarakan tentang bir. Dan beberapa jam kemudian, kami membawa pulang beberapa botol bir, membeli di warung terdekat dari kost Sandy. Tanpa banyak bicara, kami mulai meminumnya. Baik Sandy maupun saya bukanlah peminum yang baik. Dan kami berdua langsung tertidur sebelum menghabiskan sebotol bir. Itu adalah pengalaman lucu menurut saya. Pengalaman pertama dan terakhir, mabuk karena miras.

Selalu Ditraktir

Setelah pertemuan pertama, Sandy sering berkunjung ke lapak buah saya, tepat ketika saya sedang berjualan. Katanya ia suka melihat gadis-gadis yang lewat di depan lapak buah saya. Saya juga kurang tahu apakah Sandy sedang bercanda atau tidak, tapi itu alasan yang aneh ha ha ha…..

Kami membicarakan banyak hal. Mulai dari menertawakan sepak bola Indonesia yang tak kunjung maju, hingga tentang kehidupan teman-teman semasa SMA. Dari percakapan tersebut, saya mengetahui kabar terbaru dari teman-teman lama. Itu cukup menghibur. Setidaknya semua orang terlihat bahagia dengan kehidupan masing-masing. Dan saya ikut berbahagia atas berita baik tentang mereka.

Satu-satunya yang membuat saya tidak enak adalah Sandy sering mentraktir saya. Seharusnya saya yang berbuat demikian karena posisi saya sebagai tuan rumah. Sandy adalah tamu. Tapi ia selalu punya alasan untuk mengeluarkan uangnya dan membayar. Padahal saya merasa sungkan dan ingin bergantian membayar makanan dan minuman yang kami konsumsi.

Nanti, ketika Sandy berkunjung lagi, saya pasti akan mentraktirnya. Daripada saya merasa tidak enak dan terus merasa sungkan, ya kan? Semoga kali ini dia tidak menolak ketika saya mentraktirnya. Karena jika tidak, saya suka kepikiran dan tidak bisa tidur. Setiap kali ada orang yang baik hati kepada saya, maka saya juga harus baik kepadanya. Hukum alam selalu seperti itu. Tidak akan berubah.  

Untuk Sesaat, Saya Merasa Bahagia

Pada awal bertemu dengan Sandy, saya merasa canggung. Walaupun perasaan saya senang, tapi saya sudah terlalu lama tidak berbicara dengan orang lain selain adik-adik saya dan orang tua. Kalaupun berbicara dengan orang lain, itu hanya masalah tawar-menawar harga dengan pelanggan. Saya menjalani kehidupan semacam itu selama beberapa bulan terakhir. Dan setiap kali Sandy berkunjung, saya selalu merasa kehilangan topik pembicaraan. Ada saat-saat dimana kami hanya saling terdiam dan hanya bermain HP masing-masing. Aneh kan?

Tapi karena kami sering bertemu, lama-kelamaan saya merasa akrab seperti dulu kala. Bahkan di suatu malam beberapa hari yang lalu, saya banyak omong tanpa berpikir apapun. Saat itu saya merasa bahagia. Saya menjadi diri saya sendiri seperti sebelum sakit skizofrenia. Perasaan saya tenang, pikiran saya bebas, dan bagi saya, itu adalah malam yang menyenangkan.

Sudah lama sekali saya tidak bercanda dengan orang yang usianya seumuran dengan saya. Rasanya berbeda sekali. Apalagi ketika kami membicarakan tentang wanita idaman yang akan jadi istri, saya merasa bergairah lagi seolah kami memiliki pandangan yang sama. Wanita yang mau diajak susah dan punya wajah cantik. Sempurna bukan?

Saya tidak tahu bagaimana hubungan kami berlanjut di masa yang akan datang. Pasti akan ada saatnya dimana kami akan memiliki istri dan tidak bisa bertemu sesering ini. Saya tidak peduli. Saya hanya menikmati momen yang ada. Bahagia. Tidak memikirkan masa depan yang tidak pasti. 

Bekerja Diluar Pulau

Tapi sepertinya Tuhan punya rencana sendiri. Dengan jelas Sandy menceritakan apa yang sedang ia rencanakan. Sandy telah melamar di beberapa perusahaan di luar pulau jawa. Interviewnya sendiri akan berlangsung di bulan agustus jika ia diterima. Artinya kami tidak memiliki waktu yang lama untuk bisa saling bertemu.

Perasaan saya? Lumayan. Saya sudah lama sekali tidak merasakan emosi. Tapi apa yang dilakukan Sandy membuat saya iri. Bagaimana pun juga, pemuda memang harus seperti itu. Berani berpetualang ketempat jauh untuk mendapatkan pengalaman hidup. Sedangkan saya, harus menjalani rawat jalan untuk menyembuhkan penyakit skizofrenia. Satu-satunya yang tidak berubah adalah saya masih mempercayai satu hal : TUHAN PUNYA RENCANA YANG BAGUS ATAS KEHDIUPAN SAYA. Pemikiran konyol semacam itu sudah lebih dari cukup untuk menghibur saya. Tidak lebih dari itu.

Sebentar lagi kami akan terpisah lagi. Sandy akan mengejar impiannya. Begitu pula dengan saya yang harus mempelajari banyak tips berdagang dari kedua orang tua saya. Semoga saja Tuhan membuat kami menjadi orang yang sukses dengan cara yang berbeda. Amiin.

Kehidupan Harus Berlanjut

Setelah mengalami saat-saat menyenangkan dengan Sandy, sebentar lagi keadaan akan menjadi sama seperti sebelum kehadiran Sandy. Saya akan lebih sering untuk menulis dan membaca. Kedua hal tersebut selalu membuat saya bahagia. Tidak ada kegiatan lainnya. Oh ya…. hampir lupa. Beberapa hari terakhir saya ingin mencoba mempelajari hal-hal baru berkaitan dengan pengembangan diri seperti membaca cepat atau copywriting. Pasti rasanya juga menyenangkan.

Kehidupan harus berlanjut. Kami akan berpisah. Suatu saat, ketika kami berumur 40 tahun, mungkin kami akan bertemu lagi. Dan saat itu terjadi, saya tidak ingin terdiam karena tidak memiliki pengalaman hidup. Oleh karena itu, saya harus terus belajar memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang bijaksana. Agar tidak memalukan ketika bertemu lagi, suatu saat di masa depan.

10 tanggapan untuk “Bertemu Teman Lama

  1. Ketemu dengan teman lama memang selalu menyenangkan… kadang ada hal -hal tertentu yang hanya bisa di lakukan bersama tema lama… Semangat teruss yaa..

    Salam…

    Suka

    1. Makasih mas fahrizinha udah berkunjung. Bener, bertemu teman lama lebih asyik ngobrol tentang masa lalu yg sudah kita lewati bersama.

      Suka

  2. Selalu menyenangkan kalo ketemu teman lama, kecuali kalo teman lamanya itu orang MLM. Hahaha

    Mungkin, soal berpetualang ke tempat yang jauh, itu ada gilirannya masing-masing. Mungkin giliran si Sandy sekarang, giliran Mas Shiq akan datang nantiii

    Suka

    1. Lha klo MLM itu bukan temen. Masa mau menjerumuskan ke lubang yang sama dengan dia.

      Ya saya udaj betaj dan nyaman jafi penjual buah. Jadi nggak mungkin deh merantau ke negeri orang ha ha ha…….

      Disukai oleh 1 orang

  3. Hidup harus berlanjut, sepi sendiri tapi kita punya Allah yang akan selalu menemani
    Allah takkan pernah membiarkan kita sendiri, silih berganti akan selalu ada datang dan pergi

    Suka

Komentar ditutup.