Idul Fitri : Penjualan Tidak Sesuai Rencana

penjualan buah di hari idul fitri

Sumber gambar : nuripurwanti.blog.upi.edu

Dari tahun ke tahun, idul fitri merupakan puncak tertinggi penjualan. Selain merayakan kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan penuh, beberapa pedagang di pasar tradisional juga mendapatkan rejeki berlebih karena bisa meraih untung lebih banyak dengan menaikkan harga jual produknya. Hal tersebut berlaku pula pada bisnis buah-buahan yang dijalankan keluarga kami.

Setelah sempat memperoleh keuntungan berlebih di awal ramadan tahun ini, saya cukup optimis bahwa penjualan di hari idul fitri akan  lebih menjanjikan lagi. Namun semua tidak berjalan sesuai rencana. Kata ibu saya, keuntungan di hari idul fitri tahun ini tidak seperti biasanya. Pasar lebih sepi. Penjualan lebih sedikit. Dan itu berimbas kepada keuntungan yang lebih sedikit daripada tahun lalu.

Sedangkan bagi saya sendiri, tahun ini adalah tahun pertama saya untuk mengumpulkan data-data bisnis yang akan saya gunakan untuk praktik pemasaran dan bereksperimen dengan teori-teori pemasaran ala saya. Dengan data tersebut, saya yakin bisa mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penjualan dan bagaimana mengambil keputusan paling bijaksana di masa depan.

Kalah dalam Perjudian Pepaya

Buah pepaya cukup diminati penduduk di sekitar mojosari. Terbukti dengan penjualan yang meningkat selama bulan puasa kemarin. Bahkan karena terlalu banyak permintaan, saya pernah mencatat terjadi sedikit kelangkaan.

Ada saat dimana stok buah pepaya menipis. Walaupun tidak sampai terjadi kenaikkan harga, lapak buah kami kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Untuk mengatasinya, beberapa kali kami sempat membeli pepaya dalam jumlah banyak. Diharapkan tidak ada bounce rate pelanggan alias leads yang tidak terpenuhi. Semua berjalan sesuai rencana selama bulan ramadan. Penjualan bagus. Keuntungan pun bagus seperti yang diharapkan.

Untuk idul fitri, ada kejadian aneh. Pada H -1 harga pepaya tiba-tiba turun drastis, sekitar 60% dari harga normal. Kemudian ibu saya berspekulasi membeli sekitar 50 Kg pepaya dan menjualnya dengan harga normal. Untuk sesaat saya merasa mendapat angin segar. Tidak ada komplain dari pelanggan berkaitan harga yang kami tawarkan. Saya merasa akan memperoleh untung besar. Namun itu tidak berlangsung lama.

Ternyata ibu saya salah. Begitu pula prediksi saya yang meleset jauh. Pepaya yang terjual hanya sedikit sekali. Kami rugi. Walaupun kerugiannya tidak besar, tapi tetap saja saya sedih. Dan saya pun menyimpulkan “Permintaan pepaya sangat sedikit pada idul fitri di awal bulan juli”.

Pelajarannya hanya satu : Jangan pernah menjual pepaya di hari idul fitri dan semoga kejadian semacam ini tidak terjadi lagi tahun depan.

Penjualan Salak Lebih Baik Dibandingkan dengan Pepaya

Performa salak cukup baik. Walaupun hanya sedikit saja pembeli yang berminat pada salak, tapi tidak sampai merugikan. Salak tetap laku terjual sampai 50%. Sisanya dijual dengan harga agak murah di hari berikutnya.

Berbeda dengan pepaya yang mudah busuk, salak memiliki daya tahan yang bagus. Jadi masih dapat sedikit untung. Yang jadi masalah hanya kualitas salak. Juli bukanlah waktu terbaik memanen salak. Meskipun buahnya manis, namun ukurannya kecil. Harga belinya juga sangat mahal sehingga kami tidak bisa mengambil banyak untung.

Karena kualitas yang rendah dan harga yang mahal, resiko kerugian menjadi lebih besar. Beberapa pedagang buah mungkin berpikir dua kali jika ingin berjualan salak. Bagi saya, tujuan membeli salak bukan untuk mencari untung, tapi lebih berfungsi untuk menjaga pelanggan-pelanggan lama. Bagaimana pun juga, masih ada pelanggan yang berminat pada buah salak. Jika kami tidak menyediakannya, ada resiko pelanggan akan membeli di tempat lain. Yang terburuk jika nantinya mereka sudah membeli di tempat lain, mereka tidak lagi berlangganan di lapak buah kami. jadi, strategi penjualan terbaik adalah tetap menyediakannya sekalipun resiko kerugian lumayan besar.

Produk Kualitas Rendah dan Kepuasan Konsumen

Keuntungan dari pepaya dan salak tidak bisa diharapkan untuk memperoleh THR. Bagi, pedagang buah, THR idul fitri didapatkan pada hari H karena jumlah permintaan buah melonjak tinggi. Terutama buah melon, jeruk, dan semangka. Lapak buah saya telah menjual ratusan kilo melon, ratusan kilo jeruk, dan ratusan kilo semangka. Seolah-olah kami mendapat THR juga seperti karyawan kantoran.

Sayangnya saya masih tetap saja kesal. Karena lapak buah kami ramai, kami kekurangan stok melon, jeruk, dan semangka. Untuk melon tidak ada masalah. Buahnya manis. Harganya lumayan mahal sekitar Rp 10.000,00 per kilo. Tapi dalam harga tersebut pelanggan pasti puas dengan kualitas melon.

Sedangkan semangka tidak cukup baik. Karena tidak ada stok semangka berkualitas di juragan kami, kami terpaksa membeli semangka dengan kualitas rendah. Harganya pun murah sekali, hanya Rp 6.000,00 per kilo. Warnanya merah sekali. Tapi rasanya tidak manis. Meskipun kami telah menjual ratusan kilo, secara pribadi saya merasa bersalah kepada pelanggan. Takut mereka tidak puas dan tidak lagi membeli dari kami di kemudian hari.

Jeruk juga begitu. Ada dua jenis produk jeruk yang kami jual selama idul fitri. Jeruk bali dan jeruk jember. Kualitas keduanya juga tidak begitu bagus. Jeruk bali besar-besar, warnanya bagus, masih segar, tapi rasanya tidak manis. Juga tidak asam. Hambar. Dan kami menjual produk seperti itu dalam jumlah besar karena memang tidak ada stok lagi. Untungnya semua laku terjual.

Jeruk jember masih lebih baik dibanding dengan jeruk bali. Ada yang manis dan ada yang asam. Yang penting ada rasanya. Tapi tetap saja, kalau pembeli tidak pintar memilih jeruk yang manis, yang ada nanti rasa kecewa. Secara keseluruhan, di bulan idul fitri ini kami bermasalah dengan kepuasan konsumen.

Entahlah. Yang ada hanya buah berkualitas rendah. Kami tidak punya pilihan lain selain memasoknya. Semoga saja pelanggan puas mengingat kami menjualnya dengan harga yang murah dari penjual lain dan bisa memaklumi situasi kami yang kekurangan stok.

12 tanggapan untuk “Idul Fitri : Penjualan Tidak Sesuai Rencana

  1. Kalo di tempatku yang laku pas Idul Fitri itu jeruk dan salak. Buat “suguhan” tamu di hari raya soale. Kalo pepaya ya mungkin lakunya pas Ramadhan yo

    Suka

  2. Semoga di bulan yang akan datang penjualan nya bisa meningkat yaa…
    Kalau buat lebaran dan bulan puasa saya biasanya makan timun suri… Rasa nya segar…

    Salam….

    Suka

Komentar ditutup.