Apa Itu Sukses?

Kita belajar dengan sungguh-sungguh dari bangku SD hingga perguruan tinggi untuk mencapai kesuksesan. Kita juga rela bekerja lebih keras dari orang lain untuk mencapai kesuksesan. Bahkan kadang-kadang kita mengikuti seminar dan mempelajari skill-skill tertentu untuk mencapai kesuksesan.

Semua orang ingin sukses.

Tapi ukuran kesuksesan antara Anda dan saya bisa sangat berbeda. Begitu pula dengan orang lain. Disadari atau tidak, kita memiliki pandangan yang berbeda tentang apa itu sukses. Dan itu membuat kita melakukan tindakan yang jauh berbeda untuk mencapai kesuksesan seperti yang kita persepsikan.

Itu yang ingin saya bahas dalam artikel ini!

Semua berawal dari perasaan rendah diri yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Perasaan itu muncul karena saya merasa apa yang telah saya capai dalam kehidupan saya masih belum terlalu bagus. Intinya, saat itu saya merasa belum sukses.

Itu membuat saya sedih.

Juga gelisah.

Pikiran saya dipenuhi hal-hal negatif. Bagaimana kalau keadaan tetap seperti ini dan tidak menjadi lebih baik? Apakah saya melakukan kesalahan yang tidak pernah saya sadari sehingga saya tidak merasa sukses (tidak bahagia)? Apa yang harus saya lakukan agar saya bisa sukses?

Pikiran saya berkelana. Semua memori pengalaman hidup muncul begitu saja. Dan saya mulai sedikit memahami tentang kehidupan. Saya menyimpulkan bahwa saya tidak akan pernah merasa sukses jika saya….

Membanding-Bandingkan dengan Kehidupan Orang Lain

Tahun 2011 saya terkena skizofrenia (orang awam menyebutnya sebagai penyakit kejiwaan dan penderitanya disebut orang gila). Setelah cuti selama dua semester, sepertinya takdir juga berkata bahwa saya harus gagal kuliah di semester tujuh. Sepertinya saya mengalami apa yang disebut “sudah jatuh tertimpa tangga”. Kedua kejadian buruk yang beruntun tersebut membuat mental saya jatuh. Saya frustasi.

Saat itu saya memiliki ijasah D1 tahun 2008 dan ijasah SMA tahun 2007. Keduanya tidak lebih dari 2 lembar kertas yang tidak berguna karena isu yang berkembang adalah pabrik dan perusahaan-perusahaan hanya mau menerima lulusan-lulusan terbaru atau mereka yang sudah memiliki cukup pengalaman bekerja. Jadi, tidak ada kesempatan bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan.

Saya sudah mencoba berpikir positif, mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat menggunakan kedua ijasah tersebut, tapi saya tetap gagal mendapat pekerjaan.

Keadaan  bertambah lebih kacau ketika saya mulai membanding-bandingkan. Saya chatting dengan teman-teman SMA, bertanya kabar dan basa basi, kemudian mulai timbul rasa iri. Kebanyakan dari mereka telah memiliki pekerjaan tetap. Ada yang jadi pembicara di seminar, ada yang bekerja di pabrik, dan ada yang bekerja di perusahaan-perusahaan di luar kota.

Begitu pula dengan teman-teman di bangku kuliah. Mereka sudah lulus kuliah. Saya juga merasa iri ketika mengetahui beberapa diantara mereka telah bekerja di perusahaan asing. Pasti gajinya juga tidak sedikit.

Mereka adalah gambaran orang-orang sukses bagi saya.

Kejadian selanjutnya, saya sering menangisi nasib saya sendirian. Seperti kebanyakan orang saat menerima takdir yang buruk, saya merasa Tuhan tidak adil kepada saya. Mengapa kok nasib saya begitu buruk? Saya menyalahkan Tuhan. Saya tidak lagi berusaha mencari kerja. Selama kurang lebih setahun saya menjadi pengangguran dan menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan, Tidur, bermain game, dan merokok.

Kemudian keadaan menjadi sedikit lebih baik. Saya benar-benar berterima kasih kepada Tuhan saat itu. Adik saya yang masih SMP sering bermain game. Ia kenal dengan penjaga game online tempat biasa ia bermain. Secara kebetulan ada lowongan sebagai penjaga game online. Saya mendapat rekomendasi dari salah satu penjaga game online kenalan adik saya. Tentu saja saya langsung diterima bekerja sebagai penjaga game online.

8 bulan kemudian saya berganti pekerjaan menjadi photo editor di sebuah studio. Saya sedikit bahagia saat itu. Mendapat rekan kerja yang baik, bos yang pengertian, semua berjalan dengan lancar. Tapi tetap saja, apa yang saya capai selalu saya bandingkan dengan teman-teman saya. Saya tidak pernah merasa sukses.

Sekitar tahun 2013 kedua orang tua saya menganggap skizofrenia saya bertambah parah. Saya berhenti bekerja dari studio. Saya dipaksa menjalani perawatan di dua tempat rehabilitasi untuk skizofrenia selama 2 tahun. Di 2 tempat inilah saya belajar untuk tidak lagi membanding-bandingkan.

Di tempat pertama, saya melihat beberapa orang penderita skizofrenia parah yang kakinya dirantai di ruang-ruang kecil (Mungkin mereka menunjukan gejala-gejala menyakiti diri sendiri sehingga mereka terpaksa dirantai). Mereka juga tidak bisa diajak berbicara. Sepertinya mereka terlalu jauh masuk kedalam dunia halusinasi. Entahlah….. yang jelas keadaan mereka sungguh memprihatinkan.

Tanpa baju, tubuh dekil, rambut acak-acakan. Pokoknya menyedihkan.

Di tempat kedua, saya juga mendapati pemandangan yang tidak jauh berbeda. Penderita skizofrenia yang parah tubunya dirantai secara berkelompok. Kemana-mana mereka harus bersama (biasanya satu kelompok dipimpin oleh penderita skizofrenia yang tidak parah).

Menurut cerita yang saya dengar, mereka sudah bertahun-tahun menderita skizofrenia yang parah dan harus menjalani sisa hidup mereka seperti itu. Di saat itulah saya benar-benar merasa beruntung. Saya tersadar bahwa saya terlalu lama melihat keatas karena sering membanding-bandingkan dengan prestasi orang lain. Dan saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi.

Di dunia ini ada orang penderita gangguan jiwa yang dirantai dan hidupnya hanya dihabiskan untuk makan, minum, dan buang air di sebuah ruangan kecil.

Apa Itu Sukses?

Seperti yang saya katakan di awal artikel ini, setiap orang memiliki definisi sukses yang berbeda-beda. Logika sederhananya, kalau Anda ingin sukses, maka Anda harus bisa mendefinisikan pengertian sukses itu sendiri. pertanyaan yang harus dijawab adalah “Apa itu sukses menurut Anda?”

Sebagai nasihat untuk Anda, sebelum Anda menjawab pertanyaan tersebut, pikirkan baik-baik jawaban yang mencerminkan tujuan hidup Anda. Mungkin Anda bisa mencari inspirasi dengan membaca berbagai quotes tentang sukses dari orang-orang terkenal atau Anda bisa mempertimbangkan definisi sukses berdasarkan pandangan saya ketika saya menjawab pertanyaan “apa itu sukses?”.  Berikut adalah jawaban saya:

1. Sukses Itu Ketika Penghasilan Lebih Besar dari Pengeluaran

Saya tipe orang realistis.

Untuk mendapatkan hidup yang bahagia saya membutuhkan uang. Tidak perlu menjadi milyarder atau orang kaya, cukup memiliki penghasilan yang lebih besar dari pengeluaran saya setiap bulan.

Selisih uang tersebut akan saya simpan untuk keperluan-keperluan yang mendesak dan tidak terduga. Misalnya untuk biaya berobat ketika sakit, sebagai modal awal ketika usaha saya mengalami kerugian, atau untuk membelikan hadiah buat orang-orang yang saya sayangi.

Semua butuh perencanaan yang matang.

Sejak tahun lalu, setiap kali saya mendapat banyak keuntungan dari berjualan di pasar, saya selalu menyisihkannya untuk di tabung di bank. Jumlahnya memang masih belum banyak, tapi saya selalu mengikuti kata pepatah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”.

Tapi dalam pengaplikasiannya saya benar-benar mengalami kesulitan. Dalam beberapa minggu terakhir saya tidak bisa menyisihkan uang sedikit pun. Hujan membuat pelanggan saya tidak mau keluar rumah. Penjualan menurun. Dan akibatnya, penghasilan saya ikut berkurang. Sementara pengeluaran masih tetap sama.

Uang saya habis tidak bersisa.

Artinya tabungan saya tidak lagi bertambah.

Itu cukup mengecewakan bagi saya.
Untuk sementara, saya akan bertahan dengan keadaan saya yang sekarang. Tidak mungkin saya tiba-tiba berhemat ini dan itu secara sembrono. Kehidupan saya nanti bisa tidak bahagia lagi ha ha ha….. Ya kan? Mungkin tahun depan saya bisa merencakan keuangan saya lebih baik dari tahun ini ketika menghadapi musim hujan.

Artinya, sepanjang sisa hidup ini, saya akan berusaha untuk menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Manakala saya mampu menabung di akhir bulan, itu artinya saya telah mencapai kesuksesan kecil. Semakin besar jumlah tabungan saya, semakin besar kesuksesan yang saya capai. Sesederhana itu kehidupan yang saya jalani.

2. Sukses Itu Ketika Mempunyai Cukup Teman Di Kehidupan Saya

Saya tipe orang introvert.

Tidak punya banyak teman. Dan itu merupakan hal yang paling saya benci dalam hidup ini.

Pengalaman menyakitkan itu saya alami di tahun 2009. Saat itu keinginan terbesar saya adalah menerbitkan sebuah buku. Setelah melalui proses yang panjang, suatu ketika tulisan saya berhasil menjadi juara pertama dalam sebuah lomba. Dan sebagai hadiahnya, tulisan tersebut dibukukan bersama tulisan pemenang lainnya.

Saat itu saya sangat senang. Apa yang saya inginkan benar-benar tercapai. Tapi itu tak bertahan lama. Sore harinya, di hari dimana saya diumumkan sebagai pemenang, saya merasakan kesepian untuk pertama kalinya. Saya tidak tahu harus berbagi kebahagian dengan siapa. Saya tidak pernah memiliki teman yang cukup baik untuk berbagi.

Kalau dilihat secara sepintas, orang akan mendeskripsikan saya sebagai orang dengan IQ yang lumayan, cerdas, dan mungkin kutu buku. Bahkan beberapa orang benar-benar mengatakan bahwa saya adalah anak yang pintar. Mereka berpikir bahwa seharusnya saya merasa senang dengan kelebihan saya tersebut. Tapi kenyataannya tidak demikian.

Jauh di lubuk hati saya, mungkin lebih baik saya menjadi orang yang biasa-biasa saja. Yang penting bisa bergaul dengan banyak orang, menjadi tipe orang yang menyenangkan ketika berbicara, dan tidak merasa canggung jika keadaan mengharuskan saya bertemu dengan orang-orang baru. Saat itu, saat saya merasa kesepian, saya memutuskan untuk memperbaiki kemampuan berbicara saya agar saya bisa bergaul dan memiliki teman-teman yang baik.

Saya membaca banyak buku tentang psikologi. Mempelajarinya, dan mengaplikasikannya. Tapi tetap saja, saya tipe orang yang cukup memilah-memilah dalam memilih teman. Pada akhirnya, jumlah teman saya bisa dihitung dengan jari.

Lumayan.

“Setidaknya ada sedikit peningkatan” pikir saya.

Tapi hal buruk kembali terjadi. Sejak saya terkena skizofrenia, saya putus kontak dengan teman-teman. Saya hanya berhubungan dengan mereka melalui facebook. Itu bukan komunikasi yang baik untuk menjaga suatu hubungan. Saya kembali merasa kesepian.

Sedikit gambaran kehidupan saya diatas adalah alasan mengapa saya menganggap bahwa orang yang sukses adalah mereka yang memiliki banyak teman. Saya benar-benar ingin memiliki hubungan pertemanan dengan orang-orang yang tepat di masa yang akan datang.

Sulit, tapi bukanlah sebuah keniscayaan.

3. Sukses Itu Ketika Saya Punya Waktu Luang Untuk Melakukan Apa yang Saya Sukai

Punya banyak uang, prestasi yang menonjol, pacar yang cantik, dan pekerjaan terhormat, Itu adalah gambaran kesuksesan bagi sebagian besar orang di era teknologi saat ini. Kadang saya merasa bahwa orang-orang terlalu bekerja keras seolah dikejar-kejar waktu untuk meraih semua hal itu sehingga mereka lupa meluangkan sedikit waktu buat bersenang-senang.

Saya tidak mau seperti itu.

Menurut saya kehidupan semacam itu membuat orang memiliki pikiran tertutup. Mereka terlalu serius sehingga tidak bisa menikmati bunga-bunga di tepi jalan atau nikmatnya menghirup udara pagi. Mungkin mereka juga tidak memiliki selera humor. Hidup mereka penuh dengan tekanan dan mungkin tidak bahagia.

Bagi saya, orang yang sukses adalah mereka yang mampu mengatur waktu dengan baik sehingga mereka memiliki waktu luang untuk bersenang-senang. Jadi, bisa dikatakan bahwa kunci kesuksesan adalah manajemen waktu yang bagus.

Sejauh ini saya cukup puas dengan kehidupan yang saya jalani. Saya memiliki waktu luang untuk membaca, menulis untuk blog ini, membeli makanan-makanan murahan di tepi jalan, menikmati secangkir kopi, dan sesekali mandi dengan air hangat. Saya merasa cukup bahagia dengan apa yang saya miliki saat ini.

4. Sukses Itu Ketika Memiliki Hubungan Baik dengan Keluarga

Dan jawaban terakhir untuk pertanyaan apa itu sukses bagi saya, tentu saja jawabannya adalah memiliki hubungan baik dengan keluarga.

Jawaban ini berdasarkan kenyataan bahwa banyak orang yang tidak pernah memikirkan orang-orang yang mereka sayangi. Mereka tidak pernah berusaha untuk mengenal ayah, ibu, atau saudara mereka karena terlalu egois memikirkan kesenangan diri sendiri.

Saya ingin mempelajari cara untuk bisa lebih mengenal keluarga saya. Saya telah banyak mendengar cerita tentang masa muda ayah dan ibu saya. Saya juga sering ngobrol dengan adik-adik saya membicarakan hal-hal yang tidak penting. Rasanya luar biasa.

Tapi kami juga sering bertengkar. Kadang-kadang ibu dan adik saya berdebat tentang hal-hal yang tidak penting. Sesekali ayah dan ibu juga berdebat tentang pelanggan atau barang dagangan. Juga pernah ayah dan saya berebut memilih acara televisi. Tapi saya beranggapan bahwa pertengkaran-pertengkaran kecil tersebut mampu menciptakan hubungan yang lebih baik diantara kami.

Setidaknya saya merasa bahwa kami saling belajar untuk mengenal sifat satu sama lain. Saya ingin agar semua tetap seperti ini saja. Kami merasa senang.

Tidak perlu jadi orang kaya, yang penting bisa memenuhi kebutuhan pokok. Saya juga tidak berharap adik-adik saya menempati posisi tinggi di perusahaan, yang penting mereka punya pekerjaan yang baik dan jadi orang. itu saja.

Semoga saya bisa mengenal keluarga saya dengan lebih baik lagi sehingga saya bisa memperlakukan mereka dengan baik. Itu arti kesuksesan bagi saya.

Ditulis dengan wordpress untuk android

24 tanggapan untuk “Apa Itu Sukses?

  1. setiap orang unik dan punya kisahnya sendiri-sendiri. ada pelangi diatas kepala mereka tapi karena posisinya tersebut, ia sendiri tak bisa melihatnya. akhirnya mereka hanya mengagumi apa yang ada di atas kepala orang lain..

    salam sukses Mas… (^^)\

    Suka

  2. Aih Mas. Makasih banyak postingannya. Kisah hidupmu membuat saya banyak berpikir. Dulu saya juga sempat membandingkan diri dengan orang lain tapi sudah berakhir saat merasa semakin merana. Thanks for sharing the story. Sukses itu ketika saya merasa cukup. Itu menurut saya Mas. Sekali lagi terima kasih. 🙂

    Suka

    1. Sama2 mas dani. Perasaan iri dengan kehidupan orang lain itu wajar, tapi klo sampai merana itu berbahaya. Harus pinter2 bersyukur dan sesekali melihat ke bawah.

      Suka

  3. Iya mas, saya kira dulu juga sering membandingkan diri dengan orrang lain. Sekarrang pun kadang juga begitu, apalagi kalo blogwalking sama yang suka jalan-jalan. Tapi kemudian saya baru sadar, kalo tiap orang punya sukses dan bahagia nya sendiri

    Suka

  4. Sukses itu adalah ketika kita merasa bahagia. Dan kebahagiaan sejati hanya didapat karena adanya relasi yang baik. Itu menurut saya.

    Betul sekali, jangan membanding2kan diri kita dengan orang lain. Jadikan kesuksesan orang sebagai motivasi sambil terus bersyukur dengan apa yang ada sekarang. Tetap semangat yaaa

    Disukai oleh 1 orang

    1. Bener sekali mbak. Ukuran sukses yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang adalah kebahagiaan. Biar saja orang lain ngomong apa yang penting kita bahagia dengan kehidupan yang kita jalani.

      Suka

    1. Siip gan. Itu yang penting, gak perlu jadi kaya lah. Pokoknya hidup dengan kecukupan saja ditambah rasa syukur pasti hasilnya bahagia 😀

      Suka

  5. Idem sama komen Mbak Dyah Rini.
    Dan setuju dengan point nomor 4. Keluarga.
    Keluarga itu buat saya menjadi fondasi utama kebahagiaan dan kesuksesan, kalau mau ditulis di sini semua kayaknya bisa jadi satu artikel….hehehe
    Shiq4, semangat yaaaa…..selalu bersyukur sama nikmat Tuhan, kamu itu cerdas dan pintar, kamu punya keluarga yang kompak, mungkin banyak orang di luar sana yang justru iri melihat apa yang kamu miliki sekarang.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Iya mbak ha ha ha….. Kehidupan memang aneh bagi saya. Mungkin benar jika ada yang iri dengan apa yang saya miliki sebagaimana saya pernah iri dengan kehidupan orang lain.

      Suka

  6. Sampe sekarang aku masih diambang percaya ga percaya, aku punya temen blog yang katanya pernah skizofrenia terus sekarang sehat, bisa nulis blog, bisa berangsur2 menjadi lebih baik. Hebaaat dan aku saluuuut! 😀

    *gak ngebahas perihal sukses nya, gapapa lah ya* hehehe

    Suka

    1. Iya mbak klo pas sakit dan mulai berhalusinasi ya saya pake buat nulis. Dari dulu kaya gitu. Menulis buat terapi mwa ha ha ha…..

      Suka

  7. Ya ampun, mas. Ternyata dirimu memiliki cerita hidup yang wow menginspirasi. 🙂
    Memang, sukses menurut kita itu berbeda.
    Tetapi yang jelas, kita harus selalu bersyukur atas hidup yang telah kita jalani. 🙂

    Disukai oleh 1 orang

Komentar ditutup.