Kasih Sayang Seorang Ibu

Tidak ada yang menyangkal bahwa kasih sayang seorang ibu tidak memiliki batasan. Hanya saja, kadang-kadang seorang anak itu tidak pernah tahu bahwa bentuk kasih sayang seorang ibu itu bisa bermacam-macam. Saya mencoba menggali memori tentang kasih ibu kepada saya. Tetapi apa yang saya temukan sungguh mengherankan. Saya menemukan banyak sekali cerita tentang ibu saya. Karena kebingungan, saya memutuskan untuk menulis beberapa diantaranya saja. Mungkin Anda juga pernah mengalami apa yang saya alami berikut ini sehingga Anda akan merasa beruntung pernah memiliki seorang ibu:

1. Jika Anda Salah, Maka Anda Pantas Dihukum

Ini pengalaman masa kecil saya. Seperti kebanyakan anak, saya juga memiliki berbagai kenakalan yang kadang membuat ibu saya jengkel. Dan jika hal itu terjadi, biasanya ibu akan menghukum saya.
Pernah suatu kali saya bolos untuk mengaji. Saya tidak pergi ke tempat mengaji seperti seharusnya. Di tengah jalan saya bertemu seorang teman. Dia mengajak saya untuk bermain game. Dan tanpa berpikir panjang, saya pun mengiyakannya.

Karena terlalu asyik bermain, saya lupa waktu. Jam di dinding pusat permainan game telah menunjukan pukul 17:30. Anda tahu apa yang terjadi kemudian? Seharusnya saya sudah pulang dari menggaji pada jam itu. Ibu saya khawatir. Ia mencari saya di tempat ngaji, tapi tidak menemukan saya. Tahu sendiri kana pa yang dikatakan oleh guru ngaji saya? Guru saya mengatakan kepada ibu bahwa sore itu saya tidak pernah sampai di tempat ngaji. Setelah berputar-putar dan bertanya ke rumah teman-teman ngaji saya, ibu akhirnya mendapat informasi tentang keberadaan saya. Tanpa pikir panjang, ibu pun langsung pergi ke tempat permainan game.

Saya yang sedang asyik bermain game sangat terkejut dengan kehadiran ibu. Dengan wajah marah ibu langsung menarik lengan saya dan segera menuju rumah. Sesampainya di rumah, ibu langsung marah-marah. Ia memukul bokong saya dengan keras ha ha ha….
Seingat saya rasanya tidak sakit. Tapi entah mengapa waktu itu saya menangis sejadi-jadinya.

Bukan hanya itu saja. Ibu juga pernah menghukum saya dengan cara yang lain. Sewaktu kecil, bermain di sungai adalah kebiasaan anak-anak di sekolah saya. Tapi entah mengapa setiap orang tua pasti melarang anaknya bermain di sungai. Teman-teman saya banyak yang cerita bahwa mereka juga mendapat hukuman dari ibunya karena mereka pergi ke sungai. Saya juga pernah dihukum.

Karena kecerobohan saya ketika bermain di sungai, pakaian saya jadi basah. Mau tidak mau saya pun pulang dengan keadaan pasrah. Ibu saya bertanya “dari mana saja?” dengan lugu saya mengatakan bahwa saya habis bermain di sungai. Toh… bakal ketahuan dari pakaian saya yang basah kuyub. Setelah itu, selama beberapa hari saya harus pulang. Dan sesampai di rumah, ibu mengunci saya di kamar. Tidak sakit sih. Tapi lagi-lagi saya menangis sendirian ketika menjalani hukuman tersebut.
Apakah saya jera setelah mendapat hukuman? Sayangnya tidak. Sebagai anak kecil, saya tidak pernah menyalahkan diri saya sendiri. Saya hanya menganggap bahwa ibu itu galak he he he…. Sekarang, setelah saya dewasa dan banyak berpikir, saya baru tahu bahwa hukuman adalah salah satu bentuk kasih sayang ibu kepada saya.

Ibu Selalu Memberi Hadiah Jika Saya Berprestasi

Rasanya tidak adil jika saya hanya menuliskan betapa galaknya seorang ibu. Ya… saya tahu kalau saya salah, tapi anak kecil tidak pernah mau disalahkan ketika ia salah. Ya kan…? Oleh karena itu, saya juga menuliskan hal ini.

Sebenarnya saya sudah biasa masuk rangking tiga besar. Jadi, saya sudah terbiasa mendapat pujian dari orang lain. Satu-satunya yang harus Anda tahu adalah ibu saya “mungkin” merasa bangga jika saya berprestasi sehingga selalu memberi saya hadiah.

Jujur saja ya…. Sebenarnya hadiah-hadiah itu tidak pernah membuat saya senang. Saya mendapat sepatu baru, baju baru, meja belajar, dan yang terpenting, ibu mengijinkan saya nonton TV sampai malam. Semua keistimewaan itu terasa biasa saja. Sampai saya kelas tiga SMP.
Ini adalah hadiah terindah yang pernah saya dapatkan sepanjang hidup saya. Di usia 15 tahun, saya mendapatkan motor pertama saya. Saya tidak pernah tahu apa yang dipikirkan ibu saya, tapi saya benar-benar bahagia… Baru di SMA saya menyadari bahwa motor tersebut kredit. Kadang saya kasihan sama ibu ketika harus membayar cicilan motor setiap bulan. Dan itu membuat saya selalu membantu ibu berjualan di pasar setelah saya pulang sekolah. Tahu mengapa saya tidak pernah punya teman di waktu SMA? Karena saya sibuk membantu orang tua saya berjualan. Saya tidak pernah menyesalinya. Meskipun sebenarnya saya ingin sekali menikmati yang namanya sweet seventeen.

3. Jangan Remehkan Pengetahuan Ibu Anda

Ibu saya hanya pernah mengenyam sekolah sampai SD saja. Itu kadang-kadang membuat saya meremehkan apa yang diketahui ibu saya. Sampai suatu hari saya menyadari bahwa pengalaman hidup mengajarkan banyak hal kepada ibu saya sehingga ia mampu bertindak tepat jika menghadapi suatu permasalahan.

Kejadiannya saat saya baru masuk SMP. Sebagai seorang lelaki, tentu saja saya juga harus disunnat. Saya sudah lupa mengapa baru ketika SMP saya di sunnat, tetapi hal inilah yang membuat saya tidak pernah meremehkan pengetahuan ibu saya.

Kalau diingat, sunnat itu tidak sakit sama sekali. Saya Cuma merasa sakit ketika disuntik obat penghilang rasa sakit. Selebihnya saya tidak merasa apa-apa. Tapi setelah beberapa jam, saya mulai merasa nyeri. Anda tahu apa yang dilakukan ibu saya? Ibu saya menyuruh saya berendam di air panas.

Padahal setahu saya burung yang habis disunnat tidak boleh terkena air kalau lukanya belum kering. Ya kan…? Tentu saja saya tidak mau berendam air panas. Tapi ibu saya memaksa. Saya hanya pasrah. Saya pun mulai takut sendiri. Jangan-Jangan nanti burung saya bisa bengkak ha ha ha….. rasanya perih. Dan itu dilakukan setiap pagi. Untungnya ketakutan saya tidak pernah menjadi kenyataan. Saya pun berangsur-angsur sembuh.

Usut punya usut, itu adalah cara yang dilakukan orang zamannya ibu saya jika ada yang disunnat. Terdengar aneh, tapi semua berjalan normal. Saya pun banyak bercerita tentang pengalaman saya ketika disunnat kepada teman-teman. Mereka menganggapnya biasa saja. tahu kenapa? Karena di desa sebelah punya cara yang lebih aneh lagi. Anak yang habis disunnat diharuskan berendam di sungai. Ngeri nggak?

4. Jika Anda Meminta Sesuatu Kepada Seorang Ibu, Anda akan Mendapatkan yang Terbaik

Pernah tidak Anda meminta sesuatu kepada ibu Anda? Lantas apa yang diberikannya?

Ketika saya pertama kali kuliah, hal pertama yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah komputer. Tentu saja ketika itu saya tidak pernah tahu Komputer apa yang terbaik. Waktu itu ibu memberi saya uang 5 juta dan berpesan belilah computer yang terbaik. Dengan senang hati saya pun pergi ke toko computer di kota malang. Sesuai perintah ibu, saya pun memilih computer terbaik. Computer yang saya beli adalah keluaran terbaru dan memiliki spesifikasi yang sangat baik. Bahkan berhasil membuat teman-teman satu kosan merasa iri dan ingin meminjam laptop baru saya.

Begitu pula ketika adik saya yang pertama masuk kuliah. Adik saya juga meminta laptop. Ibu pergi ke toko computer terdekat dan membeli laptop keluaran terbaru. Saya menganggapnnya sebagai pemborosan. Tapi setelah saya mengingat bagaimana saya membeli laptop, saya baru menyadari bahwa seorang ibu hanya mau memberikan yang terbaik untuk anak-anak.

Hal ini terus menjadi pengamatan saya. Ternyata saya baru menyadari bahwa setiap kali saya atau adik-adik saya meminta sesuatu, ibu pasti membelikan yang terbaik. Mulai dari baju, sepatu, dan berbagai barang kebutuhan kami adalah yang terbaik. Tapi saya jarang melihat ibu membeli sesuatu untuk dirinya sendiri. Saya jadi semakin bersalah sama ibu jika tidak mampu menjaga pemberiannya. Saya jadi sedih hiks… apakah kalian menyadari hal ini?

5. Hati-Hati Dengan Perintah Ibu Anda

Sudah dari sananya kalau saya terlahir sebagai anak nakal. Jadi, saya punya berbagai cerita tentang kenakalan saya saat saya tidak mematuhi perintah ibu saya.

Pernah suatu kali ibu melarang saya untuk bermain bola bersama dengan teman-teman. Saya tidak tahu dengan jelas apa alasan ibu melarang saya, tapi saya tidak pernah peduli dengan larangan tersebut. Saya pun diam-diam keluar rumah untuk bermain bola dengan teman-teman. Lagi asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba ada sesuatu yang membuat kaki saya terasa nyeri. Ternyata sebuah paku menancap di kaki saya.
Dibantu beberapa orang, saya pun akhirnya sampai di rumah. Ibu saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang mengantar saya pulang. Kemudian seperti biasa, ibu memarahi saya dan menjewer kuping saya. ibu berkata kurang lebih seperti ini “makanya, kalau orang tua ngomong itu dengarkan” dan bla blab la….. Kemudian ibu dengan kasih sayangnya pun tetap mengobati saya .

Kejadian di atas tidak membuat saya sadar bahwa ketika ibu memberi perintah, jangan pernah melanggarnya. Saya mengalami kejadian lain yang membuat saya tersadar.

Suatu ketika ibu dan adik-adik saya pergi ke rumah salah seorang saudara jauh dan meninggalkan saya seorang diri di rumah. Perintah ibu saya kurang lebih begini “jaga rumah. Jangan kemana-mana.” Saya pun dengan acuh tak acuh mengiyakan begitu saja.

Beberapa jam kemudian, tiba-tiba saya ingin bermain play station. Tanpa pikir panjang, saya mengunci semua jendela dan pintu. Kemudian saya segera mengambil sepeda dan pergi menuju rental PS terdekat. “toh ibu tidak akan tahu” pikirku. Semua berjalan lancar. Saya merasa puas setelah beberapa jam bermain PS. Tapi lagi-lagi saya mengalami sial. Sepeda saya selip dan membuat saya terjatuh. Lutut saya lecet-lecet. Dengan menahan rasa sakit, saya melanjutkan perjalanan pulang. Saya segera mencari celana panjang agar luka saya tertutupi. “saya tidak akan membiarkan ibu tahu kejadian ini” pikirku. Saya segera ke kamar tidur dan sukses tertidur.

Ibu pulang ketika hari sudah malam. Ia tidak tahu kalau aku telah melanggar perintahnya. Tapi semua itu berubah ketika pagi hari. Saya sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang semakin nyeri di lutut dan beberapa bagian yang lecet di kaki. Saya akhirnya memberanikan diri untuk bercerita kepada ibu. Ibu marah sebentar saja. Lalu ia pergi ke pasar membeli perban, obat merah, kapas dan entahlah apa saja yang dibeli. Saya tidak pergi ke sekolah hari itu. Bentuk kasih sayang seorang ibu lainnya ya kan?

Itulah hari dimana saya menyadari bahwa jangan pernah sekali-kali melanggar perintah ibu atau Anda akan mengalami kesialan.

6.Do’a Ibu Selalu Bekerja dengan Cara yang Tidak Terduga

Ini adalah kejadian paling konyol yang pernah saya alami. Kejadiannya aneh, tapi sangat berkesan di hati saya.

Saya pernah melamar pekerjaan sebagai marketing sebuah bank swasta. Setelah saya memastikan bahwa bank tersebut membutuhkan tambahan pekerja, saya pun segera membuat surat lamaran kerja. Karena saya sangat berminat dengan pekerjaan ini, saya pun membuat surat lamaran dengan sebaik-baiknya. Saya banyak membaca artikel-artikel yang bertebaran di internet dan berhasil membuat surat lamaran kerja yang mengesankan, setidaknya bagi saya.

Tiba-tiba ibu mendatangi saya dan mengatakan kalau surat lamaran pekerjaan saya salah. Setelah berdebat akhirnya saya menuruti perintah ibu. Di sana-sini diganti sesuai dengan intruksi ibu. Dan jadilah surat lamaran kerja yang konyol. Dengan kesal saya mengatakan kalau surat lamaran kerja tidak boleh seperti itu. Ibu saya bilang “Tenang saja, pasti diterima. Nanti ibu do,a kan”.

Waktu itu saya benar-benar menganggap bahwa surat lamaran kerja yang di edit ibu adalah surat lamaran kerja sepanjang hidup saya. Saya putus asa dan segera mencari lowongan kerja di tempat lain karena saya yakin orang yang membaca surat lamaran kerja saya pasti menganggap saya tidak serius. Tapi apa yang terjadi sungguh mengherankan. Sebulan setelah surat lamaran kerja itu dikirim, saya mendapat kesempatan untuk interview dan melakukan tes. Akhirnya, setelah berbagai tes dan interview, saya diterima bekerja di bank tersebut. Saya baru menyadari, mungkin yang membuat saya berhasil adalah do’a ibu saya. Sampai sekarang saya masih bingung mengapa surat lamaran kerja yang begitu konyol bisa membuat saya mendapatkan pekerjaan. Bagi Anda yang membaca artikel ini, jangan lupa meminta do’a ibu Anda ketika Anda ingin melakukan sesuatu. Juga jangan pernah remehkan pengetahuan ibu Anda.

8. Ibu Selalu Menerima Anaknya, Tak Peduli Seburuk Apapun Keadaannya

Kalau Anda merupakan pembaca setia blog ini, pasti Anda sudah tahu tentang kegagalan kuliah saya. itulah yang membuat saya depresi selama satu tahun. Waktu itu saya benar-benar hancur dan membutuhkan banyak dukungan. Tapi sepertinya teman-teman saya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing dan sudah melupakan saya. Hanya ada beberapa teman yang menjenguk untuk menghibur saya.
Saat itulah ibu saya seperti malaikat penolong. Disaat semua orang tidak peduli dengan keadaan saya, ibu selalu memotivasi saya untuk segera bangkit. Ibu menerima kegagalan saya dengan lapang dada dan tidak menyalahkan saya. Rasanya benar-benar nyaman. Satu-satunya yang saya ketahui, jika Anda memiliki masalah apapun atau ketika orang lain enggan menolong Anda, jangan malu untuk mengatakan segala hal yang Anda risaukan kepada ibu Anda. Karena ibu akan selalu menerima anaknya apa adanya tanpa syarat apapun.

Itulah beberapa pelajaran tentang pengalaman saya bersama ibu saya. Sebenarnya masih sangat banyak pengalaman yang ingin saya sampaikan, tapi karena tulisan ini sudah melampaui 2000 kata, maka saya pun menyudahinya. Lain waktu akan saya sambung lagi jika masih ada kesempatan. Apakah Anda punya cerita mengesankan tentang kasih sayang seorang ibu? Jangan malu untuk berkomentar di kotak komentar yang telah disediakan.

Catatan: Tulisan ini diikutsertakan dalam GA sejuta Kisah ibu.

21 tanggapan untuk “Kasih Sayang Seorang Ibu

  1. Saya percaya Do’a ibu bekerja dengan cara tak terduga, sampai sudah menikah pun saya selalu minta pendapat Ibu saya kalau urusan membuat keputusan walau hanya sebagai wacana karena saya berpikir kalau mendapatkan ridhanya pasti bisa lancar dan suami setuju itu:)

    Suka

Komentar ditutup.