7 Hal yang Menjengkelkan Saat Berdagang

Sudah bertahun-tahun lamanya saya berdagang di pasar. Sudah sejak usia saya 14 tahun. Banyak pengalaman berdagang bukan berarti semuanya akan berjalan lancar. Ada saja kejadian-kejadian sepele yang membuat saya terkadang merasa jengkel.

Apa saja hal yang bisa membuat seorang pedagang berpengalaman merasa jengkel? Berikut adalah 7 hal tersebut, setidaknya bagi saya :

1. Membeli Sedikit tapi Menggunakan Uang Besar

Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah pelanggan. Jika saya berpikir positif mungkin saya akan mengira pelanggan tersebut benar-benar tidak memiliki uang receh. Satu-Satunya uang yang dimiliki hanya pecahan Rp 100.000,00.

Tapi jika sedang berpikir negatif, dalam hati saya berkata “ini mau beli atau mau tukar uang?”.

Bayangkan seseorang hanya membeli 1/2 Kg jeruk yang harganya Rp 12.000,00 per kilonya. Jadi, harga yang harus dibayar hanya Rp 6.000,00. Tapi membayar dengan uang pecahan Rp 100.000,00.

Bukannya tidak boleh tapi kalau pas sepi saya benar-benar tidak punya kembaliannya. Untungnya di sekitar tempat saya berjualan banyak pedagang lain sehingga bisa untuk menukarkan uang yang nantinya digunakan sebagai uang kembalian.

Jadi, bagi Anda yang ingin berbelanja sedikit dengan menggunakan uang pecahan besar, sebaiknya berpikir dua kali karena tindakan Anda secara tidak langsung menyakiti kami, para pedagang.

2. Orang Mencicipi Buah Tanpa Ijin

Yang ini termasuk pelanggan yang paling saya benci. Mereka tanpa ijin langsung memakan satu buah jeruk besar yang utuh tanpa minta ijin terlebih dahulu.

Bukannya pelit, tapi harga satu buah jeruk besar adalah Rp 2.000,00. Itu harga yang besar menurut kami para pedagang buah.

Di era ekonomi yang saat ini serba sulit, terpaksa tanpa sungkan-sungkan saya ikut menghitung buah yang mereka makan. Rp 2.000,00 rupiah adalah keuntungan saya. “Kalau Anda tidak membayarnya, saya bisa gulung tikar”.

Beberapa pelanggan yang baik mungkin akan membayarnya dengan ikhlas. Tapi bagi sebagian pelanggan yang buruk, mereka mungkin kapok berurusan dengan saya.

Saya tidak punya pilihan lain. Seandainya saja harga buah sedang turun, saya pasti tidak mengharuskan Anda membayar apa yang sudah Anda makan.

3. Menawar harga terlalu rendah

Namanya pasar, pasti berisi macam-macam orang. Dalam hal berdagang, menawar harga barang adalah hal lumrah dan wajar selama Anda tidak keterlaluan.

Sering terjadi ada orang yang menawar harga terlalu rendah. Tapi karena saya berprinsip pembeli adalah raja, maka dengan sopan saya tetap melayaninya.

Kemudian saya menjelaskan bahwa buah yang saya tawarkan adalah buah berkualitas nomer satu. Jika beruntung, orang tersebut akan membeli buah saya. Tapi jika orang tersebut tidak terlalu peduli dengan keterangan yang saya sampaikan, bisanya tidak akan terjadi transaksi jual beli. Mereka pergi begitu saja.

Kadang-Kadang saya berpikir bagaimana mereka bisa menawar harga terlalu rendah untuk buah yang berkualitas? Mungkin mereka tidak tahu harga pasar dan tidak pernah membeli buah.

Bagaimana pun juga, meskipun saya jengkel, saya tetap ramah sesuai tips mendapatkan pelanggan ketika berjualan karena mereka adalah calon pelanggan yang berharga.

4. Tidak Ada Pembeli.

Yang namanya berjualan buah pasti ada saatnya Anda berada di bawah. Kalau pasar sedang sepi, segiat apapun saya berusaha, tetap saja akan sepi.

Barang dagangan banyak, tapi pengunjung sepi. Untuk beberapa alasan, kadang-kadang saya takut mengalami kerugian. Padahal semua orang yang berdagang pasti pernah mengalami rugi.

Untuk menanggulangi pasar sepi, biasanya orang tua saya menyuruh menjual harga di bawah harga pasar. Istilah kerenya “diobral” daripada barang menjadi busuk dan tidak laku dijual.

Biasanya orang akan membeli buah dalam jumlah yang banyak sehingga dagangan cepat habis. Untungnya sih tidak seberapa tapi cukuplah untuk memutar modal dan dipakai untuk “kulakan”, membeli buah baru di pedagang besar untuk dijual kembali dalam jumlah kecil atau eceran.

5. Ingin Dilebihkan Ketika Menimbang

Untuk yang satu ini saya cenderung mengiyakan. Hanya melebihkan sedikit timbangan bisa membuat orang senang dan tentu saja mereka akan kembali membeli buah lainnya.

Meskipun menjengkelkan, tapi cara ini bisa membuat mereka tidak pergi ke super market untuk membeli buah karena di super market lebih setengah ons saja ikut dihitung.

Dalam berjualan itu yang penting tetap untung sekaligus menyenangkan pembeli. Sebagai gantinya, orang tua saya pun ingin dilebihkan ketika membeli barang di pedagang besar. Sepertinya hukum alam berlaku karena para pedagang besar tersebut memberi lebih saat menimbang dan memberi potongan harga yang masuk akal.

6. Banyak Omong tapi Tidak jadi Beli

Ada tipe orang yang selalu bertanya “Ini jeruk berasal dari mana?”, “Berapa harga salak 1 Kg”, dan berbagai pertanyaan tidak penting lainnya.

Sebagai pedagang yang ramah, Anda harus menjawab semua pertanyaan dengan senyuman. Meskipun menjengkelkan, tapi kan tidak membuat saya rugi. Jadi tidak apa-apa.

Mungkin mereka hanya memastikan bahwa barang yang mau mereka beli memiliki standart kualitas seperti yang mereka harapkan.

Apakah saya menjelaskan sia-sia? Tidak ada yang sia-sia dalam dunia bisnis. Dengan menjawab semua pertanyaan yang mereka ajukan, akan membuat kita akrab dengan calon pembeli.

Boleh saja hari ini mereka tidak beli. Mungkin karena mereka sedang tidak memiliki uang yang cukup. Di kemudian hari, ketika mereka cukup memiliki uang, mereka pasti lebih memilih membeli dari saya daripada ke pesaing karena mereka sudah akrab dengan saya.

7. Orang lupa bawa uang dan akhirnya hutang

Kadang-Kadang ada lho orang membeli tapi tidak membawa uang. Mungkin mereka lupa membawa dompet atau memang sengaja ingin berhutang.

Kalau bapak saya sih sering membiarkan orang yang berhutang. Tapi ketika ibu atau saya yang menjaga pasti tidak akan membolehkan adanya hutang piutang.

Kebanyakan orang yang hutang benar-benar sengaja untuk tidak membayar hutang mereka. Mau ditagih kok sungkan. “Kan hanya Rp 10.000,00.” kata bapak.

Tapi kalau saya, saya nggak akan pernah sungkan. Biarpun nilainya kecil, tetap saja mereka harus membayar. Saya tidak pernah canggung untuk menagih meskipun cuma Rp 10.000,00 atau Rp 20.000,00 karena berapa pun nilainya, Anda tidak boleh meremehkannya. Itu penting jika Anda ingin berhasil dalam berdagang.

Itulah 7 hal yang menjengkelkan saya ketika berdagang. Anda punya komentar? Jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar di kotak yang disediakan.

Iklan

2 tanggapan untuk “7 Hal yang Menjengkelkan Saat Berdagang

  1. Sama banget Mas, saya juga sering membantu ibu berdagang sembako di pasar jadi saya pernah mengalami hampir semua kejadian yang diceritakan di sini (kecuali yang mencicipi buah ya, soalnya sembako kan tidak bisa dicicipi, harus dimasak dulu :haha). Yep, intinya harus teliti, ramah dalam melayani, tapi juga kadang mesti tegas dan benar-benar berhitung (bisnis kan bisnis, ya). Yah kalau mereka tidak jadi beli ya tak apa, rezeki sudah ada yang mengatur :haha. Tulisan ini keren, Mas!

    Suka

Komentar ditutup.