Pak Polisi yang Bijaksana

Aku berjalan seorang diri dalam gelap malam. Tampaknya malam ini lebih suram dari malam sebelumnya. Bukan karena bulan tidak tampak karena tertutup awan. Bukan pula karena hari ini taman sepi pengunjung, tapi lebih karena suasans hatiku yang sedang tidak enak karena baru kehilangan dompetku.

Didalamnya berisi beberapa ratus ribu rupiah, KTP, STNK motor dan yang terpenting, surat cinta yang kutunjukan kepada atasanku, Pak Doni.

Harusnya surat cinta itu kuberikan malam ini. Sudah 6 bulan ini aku dan pak doni menjalin hubungan. Bukan hubungan yang biasa, karena pak doni adalah pria yang sudah menikah. Itu berarti kami memiliki rahasia yang tak boleh diketahui siapa pun.

Aku terus berjalan berputar-putar di taman kota ini. Aku yakin dompet ku jatuh di sekitar taman karena terakhir aku melihatnya ketika membayar tagihan kopi di cafe pinggir taman. Aku sudah janjian untuk bertemu di taman kota dengan pak doni pukul delapan malam. Dan jam tanganku sudah menunjukan pukul sembilan malam.

Kalimat terakhir yang kudengar dari pak doni adalah amarah yang memuncak ketika ku jelaskan tentang hilangnya dompetku malam ini. Ia berkata “Pokoknya jangan sampai surat itu membongkar hubungan gelap kita. Cari sampai dapat. Bisa gawat kalau ditemukan orang”. Kemudian ia pergi tanpa basa basi meninggalkan aku seorang diri. Ya… itu adalah ucapan yang egois. Tepat satu jam yang lalu. Itu memang kesalahanku, tapi aku tak sengaja menghilangkan dompetku. Dan aku tak mau disalahkan.

Harusnya malam ini kami melewatkan malam yang indah berjalan berduaan di taman. Bukan seperti ini.

Aku masih berjalan lemas, tak tahu arah. Aku melihat kantor pos polisi di seberang taman. Mungkin bukan ide buruk untuk melaporkan kehilanganku. Setelah berbasa-basi, aku menjelaskan kehilangan dompetku kepada polisi yang melayaniku. Ia kemudian berdiri “Tunggu sebentar” dan masuk ke dalam pos polisi.

Beberapa saat kemudian polisi itu membawa sebuah dompet besar yang terlihat masih baru. Itu dompetku. Aku begitu senang ketika menerima dompet itu dari pak polisi.

“Maaf, tadi saya membuka semua isi dompet Anda.” sambil menyerahkan dompet itu.

“Kalau boleh saya memberi nasehat, Sebaiknya Anda tidak melanjutkan hubungan tersebut.” katanya terbata-bata.

“Anda begitu cantik, dan menurut saya Anda hanya dimanfaatkan oleh lelaki itu” Lanjutnya.

Aku hanya mengiyakan dengan menunduk. Malu. Dan berkata “Akan saya pikirkan hal tersebut.”

“Anda tidak tahu betapa beruntungnya Anda. Lihatlah siapa yang tadi menemukan dompet Anda” sambil memberikan sebuah kartu nama.

Kubaca kartu nama itu dan terkejutnya aku. Itu kartu nama istri sah pak doni.
Nama dewi lestari, alamat jl manggis no. 5 sidoarjo dan bla bla bla.

Aku merasa ingin menangis dan berkata “Saya harap Anda merahasiakan tentang hal ini” kataku lirih. ” saya akan segera mengakiri hal ini.” pintaku.

“Sebenarnya wanita itu ke taman ini karena curiga suaminya punya selingkuhan. Ia mengikuti suaminya ke taman ini dan kebetulan menemukan dompet Anda.”

“Karena terburu-buru, ia berlari ke kantor polisi dan menyerahkan dompet Anda. Ketika saya bertanya tentang namanya, ia menyerahkan kartu nama dan bilang bahwa ia sedang mengikuti suaminya”

” lalu ia pergi berlari tanpa berkata apapun.” lanjut polisi itu.

Polisi itu melanjutkan lagi “Saya tahu bahwa suami bu dewi itu adalah lelaki yang Anda maksud di dalam surat itu. Benar-benar kebetulan bukan?”

“Saya harap Anda merahasiakan tentang hal ini pada bu dewi lestari. Saya mohon….”

“Maaf saya tidak bisa. Saya akan menceritakannya kepada bu dewi lestari besok pagi. Karena itu sudah menjadi tanggung jawab saya.” lanjut polisi itu.

“Baiklah kalau begitu” terima kasih atas dompetnya. Aku mengucapkannya dengan bibir gemetaran… Dan pergi begitu saja.

Dalam perjalanan pulang, aku memeriksa semua isi dompetku. Semuanya utuh kecuali surat cintaku yang sudah hilang dari tempatnya. “Polisi sialan” gerutuku sambil menangis.

Akhirnya, karena ketakutan aku segera mengemas semua barangku dari tempat kos-kosan ku dan segera berpamitan kepada ibu kos malam ini juga. Aku berbohong dengan mengatakan ibuku sedang sakit dikampung dan menyuruhku segera pulang. Ibu kosku yang percaya ikut membantuku mengemas barang-barangku. Dan tepat pukul sebelas malam aku meninggalkan kota sidoarjo menuju mojosari, kampung halamanku.

Aku sudah tidak peduli lagi. Betapa malunya aku jika semua orang tahu bahwa aku menganggu rumah tangga orang. Aku tidak peduli lagi pada pekerjaanku sebagai sekretaris di perusahaan swasta yang maju. Pekerjaan bisa dicari, tapi aib ini…… Aku menangis dengan mengendarai motorku melewati malam. Sendirian dan berharap masalah ini tidak dibesar-besarkan keesokan paginya.

Iklan

3 tanggapan untuk “Pak Polisi yang Bijaksana

Komentar ditutup.